✏ 8. Rapat.

28 1 0
                                    

"Oke, rapat hari ini segitu aja. Buat devisi yang masih ada kekurangan, bisa komunikasikan sama gue kendalanya apa aja. Supaya gue enak bantunya."

Wisnu menutup rapat malam itu setelah 3 jam lamanya mereka membahas mengenai acara ulang tahun himpunan yang merupakan tanggung jawab dari proker departemen mereka.

"Kak, kapan kita rapat lagi?" tanya Rachel.

"Ngide lagi anak ini. Baru juga selesai, nanya lagi kapan rapat. Emang cuma lo yang begini," sahut Haikal.

"Napa sih, lo sewot aja jadi orang," balas Rachel.

"Eh, sadar diri lo ya. Cuma departemen kita yang seminggu rapat bisa sampe tiga kali. Udah kek aturan les privat tau nggak lo?!" Haikal masih menanggapi Rachel.

"Ya bagus dong! Tandanya kita komunikatif jadi tim. Bisa membangun hubungan yang baik karena apa? Komunikasinya kenceng!"

"Iyadah, udah paling bener lo sejagat raya!"

Wisnu hanya tertawa melihat tingkah anggotanya yang terlihat tidak biasa itu.

"Nanti diinformasikan lagi ya. Pantengin aja terus grupnya. Yang nggak ikut rapat hari ini bisa suruh baca notulen biar nggak ketinggalan berita," ucap Wisnu menengahi keduanya.

"Eh, katanya ada yang ikut Harvard MUN ya? Siapa tuh?" tanya Wira tiba-tiba, entah kepada siapa. Karena semua orang yang ada di meja itu dilihatnya.

"Saya kak."

Wira memandang ke arah Haikal.

"Sendirian? Apa satu delegasi" tanya Wira lebih lanjut.

"Satu delegasi. Saya bareng Cila, Nabil, sama satunya anak Kominfo si Citra."

"Cuma berempat aja kalian? Nggak nambah lagi?"

Cila melirik ke arah Haikal yang sedang berpandangan dengan Nabil.

"Nggak ada yang mau kak. Kemungkinan besar cuma berempat," jawab Nabil dengan nada yang sangat tenang.

"Di Jepang ya? Asik tuh, apalagi pas musim dingin," Wisnu merespon topik pembahasan barusan.

"Bawain AKB48 bisa nggak, Kal?" tanya Rachel.

"Yakali??? Kenapa nggak sekalian lo tanya gue bisa bawain kakek Sugiono atau nggak?" Haikal geregetan dengan pertanyaan Rachel.

"Ih jorok!" respon Cila cepat.

"Tau lo siapa tuh orang?! Nonton apaan lo?!"

Haikal mulai menyelidiki Cila. Sementara perempuan itu sudah menutupi telinganya tidak ingin mendengar apa-apa lagi yang akan keluar dari mulut Haikal. Rachel sendiri sudah tertawa terbahak-bahak dengan Wira dan Nabil yang tepat berada di kanan dan kirinya.

"Gue nitip Tokyo Tower dong, Kal. Bisa nggak?" tanya Wisnu ikutan aneh-aneh.

"Hmm, ngide lagi ketua kita ini minta bawain Tokyo Tower," respon Haikal.

"Gue mau bunga sakura aja deh, Kal. Satu aja nggak usah banyak, tapi yang masih mekar ya! Nggak mau tau gue!"

Rachel masih belum berhenti meminta yang aneh-aneh.

"Meng, Jepang bulan November itu musim dingin ya. Bukan musim semi. Lo sebelum minta bisa ngotak dulu kagak?"

"Bawain salju aja kali, Kal, tuh anak," Nabil menimpali.

"Ngide lagi lo mau bawain salju! Sampe sini jadi air, cok!"

Bener-bener deh mulutnya Haikal ini nggak ada akhlaknya. Apa aja yang ada di otaknya akan keluar begitu saja tanpa disaring terlebih dahulu.

Zero Mile. | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang