PART3 #KETIKA IRI MELUAP

63 16 35
                                    

"BODOH! itu ketika... Kita yang selalu ada, tapi dia yang dicinta."

-Nabella Ebilia-

  Dariel memarkirkan motornya di garasi rumahnya yang mewah dan megah. Dariel pun turun dan berniat berjalan masuk ke dalam rumah, seketika ia melihat ke arah kaca jendela mobil yang terparkir di pinggir motornya. Ia melihat banyak plaster menempel di wajahnya, ia membungkuk dan bercermin di mobil membuka semua plasternya. Pikirannya melambung jauh mengingat kejadian saat mengantar Sesil pulang tadi.

----

  "Riel, mampir dulu ke warung ya beli plaster!" Ujar Sesil memukul pelan bahu Dariel.

  "Buat apa coba? Kan lo buru-buru!"

  "Buat lo! Kan gue mau bilang anter lo ke klinik, nyokap gue mana percaya kalo gada bukti!"

  "Haha niat banget lo, ya udah berhenti di depan situ ya!"

  Sesil pun bergegas turun dari motor membeli plaster untuk Dariel yang hanya lebam di tulang pipi kanan. Tak lama kemudian Sesil pun menghampiri Dariel yang parkir di pinggir jalan sedang berkaca di spion kirinya melihat lebam yang ada di wajahnya. "Nih, buka helmnya gue pasangin!"

  Dariel membuka helmetnya, dengan lembut Sesil memegang wajah Dariel yang sama sekali tidak ada luka. Tidak sengaja Sesil menatap raut wajah Dariel yang sedang memperhatikannya juga. Sorot mata mereka bertemu sejenak membuat mereka terdiam saling memandang.

  Sesil masih bergeming dengan rasio hati kecilnya yang sekejap merasa ingin Zaki bersikap manis kepadanya seperti Dariel.

  "Ehh, sakit... sakit!"

  "Oh, sorry... mana yang sakit?" sontak Sesil melepaskan tangannya dari wajah Dariel.

  "Kaki gue, Sil. Jangan di injek!" pekik Dariel. Wajahnya mulai meringis menahan sakit.

  "Sorry aduh gue gak liat sih tadi." Sesil pun kembali memasangkan plaster di wajah Dariel dengan terburu-buru karena ingin pulang.

----

  "Aduh, Sesil kenapa gue mikirin lo ya?!" ujar Dariel seraya melepaskan plaster terakhir. Ia menatap wajahnya di kaca spion dan seketika memikirkan hal yang tidak dapat terjadi pada dirinya.

  Pertama, nilai Ujian Nasional yang begitu baik untuk masuk ke Australian National University di Australia melanjutkan studinya yang sekarang berantakan. Kedua, Gadis cantik yang kebetulan melintas di pikirannya. Tidak sanggup membayangkannya ia pun bergegas masuk ke dalam rumah.

  "Dariel!" panggil seseorang ketika Dariel hendak masuk ke kamarnya. Dariel menoleh ke arah sumber suara.

  "Dari mana kamu?" ucap Bryan dengan logat bahasa Indonesia yang tidak begitu pasih.

  "Ayah!" Laki-laki warga negara asing berusia paruh baya itu pun mendekati Dariel dengan gagahnya meraih dagu Dariel melihat lebam yang ada di wajahnya.

  "Lepas!" ucap Dariel menepis tangan Bryan.

  Mungkin bagi Dariel, Bryan Edric bukan sosok ayah yang baik. Bahkan ia mempunyai anggapan bahwa ayahnya itu bukan manusia, Abnormalitas! Lahir di Belgia, menempuh pendidikan di Amsterdam dengan nilai kumulatif tertinggi dan memulai bisnis di Negeri Kangguru, Australia. Sampai ia melebarkan sayap bisnisnya menyebar ke berbagai penjuru wilayah Indonesia. Hingga di juluki 'Mammon' atau dalam bahasa Indonesia Dewa kekayaan.

DARK FUTURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang