"Baik gue jangan ditanya, jahat gue boleh dicoba!"
-Zaki Reihan-
Selasa pagi, masih terhubung dengan suasana ramainya sekolah. Sesilia yang datang terlalu pagi tampak sedang menunggu teman-temannya di dalam kelas duduk sendirian di meja depan barisan kedua sambil memakan sepotong roti yang di bawakan oleh Clara mamanya yang juga pergi berangkat shooting.
Sambil mengunyah makanannya Sesil mengeluarkan Handphone dari dalam tasnya untuk melihat jam, karena jam di kelas Sesil sedang mati dan tidak ada yang berinisiatif untuk menghidupkan lagi. Sesil memandang ke arah rangkaian tulisan-tulisan 'Zaki' di bangkunya seketika ia mengingat betapa dalam rasa yang yang kini sudah asing baginya.
Pikirannya melayang terbang ke masa lalu, hari dimana ia menjatuhkan hatinya kepada laki-laki yang ia kenal pada masa orientasi masuk SMA. Dilema menyerang otak kecilnya pikirannya ingin tinggal dengan rasa yang sama tapi hatinya sudah pergi bersama waktu.
Ia menggeserkan kotak makannya lalu menaruh kedua tangannya di meja sambil menumpangkan kepala di atas tangannya menghadap ke arah meja guru, egois! Pekiknya dalam hati seraya mengusap tulisan spidol permanen 'ZAKIREIHAN' di ujung mejanya. Teman kelasnya satu persatu mulai berdatangan tapi ia masih dengan posisinya yang seperti itu.
"Cie ada yang lagi kangen nih kayanya," bisik seseorang dari arah belakang Sesil. Membuat ia terbangun dan menoleh dengan cepat.
"Zaki!" ia mengerutkan dahinya memandang laki-laki yang tadi terbesit di pikirannya kini berada persis di hadapannya. Matanya mendelik raut wajah Sesil berubah terlihat seperti malas untuk bertemu dengan pacarnya itu. Sehingga ia membuang muka ke arah belakang.
"Maafin aku yang kemarin ya jangan ngambek lagi dong, Sil!" Zaki mencoba meraih tangan Sesil yang kali ini berdiri hendak berniat keluar kelas.
"Mau kemana, Sil?"
"Bukan urusan kamu!" Sesil berjalan dengan cepat di ikuti oleh Zaki yang tidak menyerah mendapat maaf dari gadis yang selama ini menjadi pacarnya.
"Sil, Tunggu! Kamu kok jadi gini, sih?" Zaki mencengkram tangan Sesil dengan kerasnya ia mulai merasa kesal karena omongannya tidak ada yang digubris oleh Sesil. Matanya mulai menampakan kalau ia emosi.
"Aww, Lepasin aku!" Langkahnya terhenti Sesil menjerit membuat semua orang yang hendak memasuki kelas memandang di koridor dekat kelasnya, tapi tetap saja tidak ada niat dari Zaki untuk melepas telapak tangannya yang melingkar di tangan Sesil.
"Lepasin!" mata Sesil mulai menatap Zaki dengan tajam, tangannya mulai merasa sakit dicengkram oleh Zaki.
"Nggak, sebelum kamu maafin aku!"
"Oke, kalo kamu cuma butuh maaf? aku maafin! Puas?" Sesil membantingkan tangannya yang di cengkram erat oleh Zaki. Ia bergegas pergi mempercepat langkahnya namun Zaki masih mengikutinya dari belakang, perasaan marah, kesal, emosi campur aduk membuat ia berjalan dengan menunduk.
"Sil!" teriak Zaki memanggil gadis yang ada di depannya.
Brakkk... Sesil berjalan menabrak seseorang, bahunya saling beradu.
"Sor--" Sesil menatap wajahnya, "ry!" ucap Sesil melanjutkan perkataannya. Ternyata yang ia tabrak itu temannya sendiri, Nabella yang baru saja datang ke sekolah. Ia menatap temannya itu, Nabella mendelik kemudian melirik ke arah Zaki dengan tajam. Lalu berjalan meninggalkan Zaki dan Sesil tanpa kata yang terucap dari bibir manisnya.
Aneh! Ujar Sesil dalam hati ketika Sesil juga melihat Zaki yang memperhatikan Nabella begitu serius tidak biasanya.
"Sil, katanya kamu udah maafin aku kok sikap kamu masih kaya gini?" gerutu Zaki seraya berjalan mengikuti Sesil.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK FUTURE
Fiksi Remaja|"Murahan lo!" | "bejad banget sih?"| Kata-kata komentar netizen itu selalu terngiang di kepala Sesilia Kirana gadis yang masih duduk di kelas 11 SMA yang membuat ia ingin mengakhiri hidupnya berkali-kali. Sampai akhirnya ia dinikahkan dengan laki-l...