The Bet

846 88 12
                                    

Pada hari berikutnya, Sehun tidak lagi mengkhawatirkan tentang insiden kamar mandi karena Junmyeon tidak tahu kalau dia telah mengintipnya. Beban besar yang tidak ingin dia hadapi seolah telah terangkat dari pundaknya. Angin kencang menerpa wajahnya seiring dia yang mempercepat laju motornya membelah jalanan Seoul yang sepi, perjalanan untuk menemui Junmyeon dan para crew yang lain.

Ini akan menjadi kali kedua dia mengikuti perlombaan dengan club motor lain. Meskipun dia sudah sering mengalahkan beberapa pembalap sebelumnya, tetap saja dia masih merasa nervous. Perutnya terasa seperti diikat dengan tali ketika tempat tujuannya sudah semakin dekat. Masih di tempat yang sama dimana dia dan Junmyeon bertemu untuk pertama kalinya. Sebuah bar, di tempat terbuka dan hampir sepi, hanya ada sebuah jalan aspal yang sangat jarang dilalui mobil. Kedua club telah berkumpul di dalam bar, beberapa terlihat tengah mengobrol dan berkeliling di luar.

Sehun memarkirkan motornya di depan bar bersama dengan motor-motor lain dan mencari Junmyeon ke dalam. Ketika dia baru memasuki bar, suara dentuman musik rock yang keras tengah dimainkan dari sebuah kotak juke tua, dan meskipun dia meneriakkan nama Junmyeon dia tahu kalau suara musik itu akan menenggelamkan suaranya. Matanya mencari seseorang dengan tubuh pendek dan kulit pucih pucat dengan rambut hitam pendek, tapi kali ini kerumunan itu memang terlihat cukup ramai. Merasa malas, akhirnya dia menyerah.

Baru saja dia duduk dan berniat untuk memesan minuman, sebuah tangan menepuk pundaknya dan mengejutkannya. Sebuah umpatan keluar dari bibirnya, tangannya sudah mengepal dan siap untuk melayangkan tinjunya, namun wajah Junmyeon muncul bersamaan dengan sebuah seringaian yang sangat menyebalkan menurut Sehun.

"Jangan melakukan itu, Hyung." Sehun meneriakinya, giginya menggertak menahan amarahnya. Dia benci dikejutkan, dan Junmyeon mengetahui hal itu, namun pria itu seolah tidak peduli.

Junmyeon tertawa meresponnya, "untuk ukuran pria yang selalu bersikap sok cool, kau sangat mudah ketakutan."

Sehun memutar matanya, "Shut up."

"Kita akan segera memulai balapannya sebentar lagi. Apa kau merasa excited ?"

"Tentu saja, ini sangat menyenangkan."

Seorang bartender datang dan menyambut mereka lalu Junmyeon mengambil duduk di sebelah Sehun.

"Heineken ? Seperti biasa ?" bartender itu tersenyum sambil membersihkan gelas dengan kain lap putih

"Ya, Luhan. Aku mau dua." Sehun menggesturkan tubuhnya menghadap Junmyeon, "apa kau juga mau ?"

Junmyeon tersenyum dan mengangguk. Tak berselang lama Luhan kembali dengan dua gelas beer dingin di tangannya, keduanya meraih gelas masing-masing lalu bersulang dan mulai meminumnya. Seulas senyuman terukir di wajah Sehun ketika melihat Junmyeon yang masih sibuk meminum beernya. Jakunnya bergerak naik turun di setiap tegukannya. Bibir Sehun terasa mengering dan dia refleks menjilatnya guna melembabkannya, mengamati temannya yang masih sibuk menghabiskan beernya dengan mata tertutup. Bisa dia ketahui bahwa Junmyeon sedang memiliki banyak masalah dipikirannya.

'Dia tidak tahu' pikir Sehun. 'Dia belum tahu kalau aku telah melihat tubuh telanjangnya dan aku akan membuatnya tetap seperti itu sebelum semuanya terasa canggung."

Sehun mendengar seseorang tengah membenarkan tenggorokannya, membuatnya terbangun dari lamunannya dan dengan segera menoleh ke arah Luhan yang telah memasang seringaian nakalnya. Wajah Sehun terasa panas, malu karena tertangkap basah tengah memperhatikan Junmyeon.

"Apa ?" teriak Sehun membela diri, wajahnya berubah menunjukkan ekspresi garang

"Oh, tidak ada~" Luhan menimpali kemudian berbalik untuk melayani pengunjung lain di seberang meja bar di sisi lain.

Setelah Junmyeon menghabiskan minumannya, dia meletakkan gelasnya lalu menyuarakan kelegaan, "Ahh." Dia membuka matanya dan kembali menatap Sehun.

Sehun merotasikan matanya, "Jadi, siapa saja yang akan maju kali ini ? Aku, kau, dan siapa lagi ?"

"Chanyeol," jawab Junmyeon. "Dia terus menggangguku agar mengajaknya dalam balapan kali ini karena memang sudah lama aku tidak menyertakannya akhir-akhir ini. Ini adalah babak tiga lap, dan dia adalah salah satu pembalap terbaik di club kita. Aku sudah menentukannya, kau akan maju duluan, Chanyeol yang kedua, dan aku akan menjadi yang terakhir."

"Kedengarannya cukup bagus." ucap Sehun menanggapi, lalu menyesap beernya.

"Untuk membuatnya lebih menarik, kupikir kita harus melakukan taruhan." Junmyeon menyeringai yang membuat Sehun penasaran dan berakhur menerimanya

"Apa yang ada di kepalamu sekarang ?"

"Well, kupikir jika aku berhasil mengalahkan kecepatan waktumu, kau harus membayar untuk apa yang sudah kau pecahkan semalam."

Sehun mengerutkan kekecewaan, itu sama sekali tidak terlihat seperti taruhan yang menarik, namun dia tidak keberatan untuk melakukannya. "Okay, dan jika aku yang mengalahkanmu ... ?"

"Itu terserah kau saja." Junmyeon menggigit bibirnya gugup, lalu memanggil Luhan agar memberinya beer lagi.

Sehun kembali merasakan ketidak nyamanan, membayangkan apa kiranya yang bisa dia minta sebagai taruhannya. Ada banyak sekali ide yang muncul di kepalanya saat ini; meminjam motor mahal milik Junmyeon untuk dia kendarai seharian, mengerjakan tugas laporannya untuk nilai semester kelas seni, atau mentraktirnya minum-minum. Bahkan dia sempat berpikir untuk menciumnya, tapi itu bukanlah ide yang masuk akal. Akan jadi terlalu absurd untuk dijadikan sebuah taruhan.

"Bolehkan aku memikirnyannya terlebih dahulu ? Aku sedang mencoba mencari sesuatu yang menarik."

"Well, kita tidak punya banyak waktu untuk semalaman, Sehun." Junmyeon mengerutkan keningnya, meraih gelas beer dari Luhan dan mulai menyesapnya.

"Jika aku sudah berhasil mengalahkan kecepatan waktumu..." Sehun berucap sambil berpikir, masih merasa nervous, "bisakah aku memberi tahumu setelah itu ?"

Junmyeon menaikkan alisnya, "Hmm. Sepertinya tidak ada peraturan yang menentukan kapan kau harus bertaruh saat kau sedang taruhan." Junmyeon menunjuk ke arahnya, terlihat seperti tengah menuntutnya, "tapi kau benar-benar harus memberi tahuku jika kau menang."

Sehun bersmirk, dia punya sesuatu yang menarik di dalam otaknya.

SeHo | Ride (Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang