The Race

2.4K 184 15
                                    

Waktu menunjukkan lewat tengah malam dan di sana terlihat para pembalap yang sudah berdatangan untuk ikut berpartisipasi dalam acara balapan yang diadakan tiap bulan di tengah sebuah kota kecil. Setiap klub pembalap akan berkumpul dan menguji kemampuan para member yang baru bergabung dengan klub mereka. Tak sedikit orang yang keluar masuk bar, terlihat seorang pria berperawakan tinggi yang tengah duduk di salah satu sisi bar mengamati sembari meneguk birnya. Pemuda itu mengenakan pakaian berkendara lengkap seperti para pengendara yang lain, namun ia bukanlah bagian dari anggota klub manapun. Ini adalah kali pertamanya menghadiri acara ini, sekedar untuk mengisi waktu luangnya.

Semua orang saling beradu kemampuan satu sama lain, hampir setiap orang begitu menikmati pertunjukan. Berbeda dengan pemuda yang saat ini tengah bertengger di atas sepeda motornya, memperhatikan seolah penasaran. Terhitung sudah berjam-jam pemuda itu mengamati para pembalap yang saling berpacu kecepatan pada lintasan jarak pendek di jalanan yang sepi, memperhatikan nama-nama klub setempat dan mencari tahu siapakah yang terbaik.

Setelah dirasa bosan ia pun memutuskan kembali memasuki bar dan memesan minuman lagi. Dia duduk dan memanggil bartender untuk mengambilkan pesanannya. Dan seketika setelah dia terduduk, keraguan kembali menghampirinya. Mungkin dia masih belum siap untuk bergabung di klub manapun. Bisa jadi mereka akan mengganggu atau membully dirinya karena usianya yang belum mencapai 20 tahun, atau mungkin seharusnya dia lebih fokus untuk kelulusannya.

Tiba-tiba seorang pria bertubuh lebih pendek namun lebih tua darinya duduk tepat di sebelahnya, menatap lurus ke depan lalu melambaikan tangannya ke arah bartender. Pria itu memiliki potongan rambut hitam pendek, memakai jaket kulit dan celana jeans. Saat bartender menyambutnya dan bertanya, "Apa yang bisa kuambilkan untukmu?"

"Heineken" pria itu menjawab dan tersenyum ramah. Dia kemudian menoleh ke arah pemuda di sebelahnya dan memasang senyuman ramah yang sama.
"Kenapa kau sendirian ?" tanyanya

"Karena aku mau" jawab pemuda itu, "aku suka menyendiri"

"I see, kalau begitu jika kau mulai bosan sendiri, kau sudah punya teman sekarang. Aku Junmyeon"

"Aku Sehun, senang berkenalan denganmu"

Junmyeon tersenyum, meraih minumannya dan menyesapnya. Sehun memperhatikannya. Dia sudah berkeliling dan memperhatikan setiap orang yang ada di sini sedari tadi, namun ia tidak mengenali wajah pria ini.

"Aku belum pernah melihatmu sebelumnya. Dari klub mana kau, Sehun ?"

"Aku masih belum bergabung sama sekali. Ku pikir lebih baik jika sendiri."

"Ah, jadi kau seorang penyendiri, aku mengerti. Bukan bermaksud menyinggung, tapi kau tidak terlihat seperti sudah cukup lama bergelut di lintasan. Kau lebih terlihat seperti seorang noob yang baru saja membeli sepeda motor. Apakah itu benar ?" Junmyeon memancing

Sehun merasa darahnya mendidih, "Aku sudah sangat sering ikut balapan." dia memprotes, "aku hanya tidak ingin mengikutinya (klub). Aku selalu mengerjakan urusanku sendiri. Aku tidak memerlukan klub apapun hanya untuk merasa menjadi bagian dari sesuatu."

Alis Junmyeon terangkat, "Oh benarkah ? Jadi kau pikir kau lebih baik dari semua pembalap yang ada di sini ? Katakan berapa banyak balapan yang sudah kau menangkan ?"

"Tidak terhitung. Dalam seri persahabatan akulah yang terbaik, dan tidak ada satupun yang bisa mengalahkanku."

Junmyeon menatap Sehun yang mulai menarik perhatiannya. "Kau sedang menggertak, huh ?"

Sehun tersenyum lebar, menenggak habis birnya "Bahkan kau pun bisa kukalahkan."

Junmyeon mendengus, tertawa lalu membating gelas minumannya hingga merebut atensi orang-orang di sekitarnya "Aku akan membuatmu termakan omonganmu sendiri. Come on, let's race."

Junmyeon bangkit dari duduknya meninggalkan bar disusul dengan Sehun yang mengekor dibelakangnya. Beberapa pembalap lain mulai berkerumun ketika mendapati mereka tengah menggiring motornya menuju lintasan. Mereka (Suho & Sehun) menatap lintasan di hadapannya, menyalakan mesin motor masing-masing.

"Ready ?" Sehun bertanya, lalu bersmirk.

Junmyeon menyeringai kemudian mengenakan helmnya.
"Safety first (utamakan keselamatan)"

Merasa diingatkan, Sehun bergegas mengenakan helmnya lalu menunggu seseorang memberi aba-aba.

"...3...2...1..." seorang pria tinggi mengaba-aba di tengah-tengah, memutar-mutar sebuah bandana di udara lalu menghempaskannya ke bawah.

Keduanya menancap gas, melesat melewati pria tinggi itu. Garis finish hanya berjarak setengah mil dari garis start mereka tadi. Kedua pemuda itu saling menyalip satu sama lain dengan kecepatan yang seimbang. Sehun sedikit melirik ke sebelahnya, dan mulai memutar gasnya lebih dalam, melaju mendahului Junmyeon. Sehun menyeringai. Dia sudah sering mengalahkan para lawannya dengan tekhnik ini, dan dia yakin betul bahwa kali ini dia juga akan memasukkan pengalamannya ini ke dalam daftar kemenangannya.

Ketika mereka sudah mendekati garis finish, tiba-tiba seekor kelinci melompat dari balik semak-semak yang tak jauh di hadapan Sehun, membuatnya terkejut dan membanting setir ke kiri untuk menghindari jurang dan berakhir menghantamkan motornya ke arah Junmyeon. Keduanya bertabrakan dan kehilangan keseimbangan. Kejadiannya begitu cepat hingga mereka terpental dan tersungkur ke tanah, sedangkan motor keduanya melaju tanpa pengendara yang akhirnya ambruk dan mati tak jauh dari tempat keduanya terjatuh.

Sehun tidak bisa melihat apapun selain kabut debu tebal yang menghalangi pandangannya. Ketika kabut itu sudah mulai menghilang, bisa dia lihat bahwa kelinci itu selamat dan masih setia melompat-lompat melewati jalanan lalu menghilang ke dalam lubang sarangnya.

"Apa kau gila?!" Pekik junmyeon ketika dia bangkit sambil mendengus menahan sakit.
"Kau mau mempertaruhkan nyawamu demi seekor kelinci ?" Dengan kesal dia melepas dan membuang helmnya, berlalu mendekati Sehun.

"I'm sorry," Sehun sedikit memekik, lalu mencoba untuk berdiri, "Aku tidak bisa menyakiti apalagi membunuh binatang"

"Itu bahkan sangat..." Junmyeon mengacungkan telunjuknya ke arah Sehun, "jauh lebih buruk" Dia mengerang ketika merasakan nyeri pada kakinya akibat terjatuh tadi. Tubuhnya dipenuhi debu, namun lukanya tidak terlalu serius.

Sehun berjalan untuk mengambil sepeda motornya, tapi tiba-tiba ia kembali jatuh ke tanah saat merasakan sakit yang luar biasa di pinggulnya. "Ah!!" dia memekik dan nafasnya mulai memburu, pandangannya tiba-tiba kabur.

Junmyeon melihatnya, seolah seketika berubah menjadi orang lain begitu pula dengan reaksinya, ia terkejut dan matanya membelalak. "Hey, Sehun, apa kau baik-baik saja ?"
Saat Junmyeon mencoba meraih pundaknya dan membangunkannya, Sehun kembali memekik menahan sakitnya.

Beruntung tak lama kemudian beberapa anggota klub berdatangan menghampiri mereka setelah melihat keduanya terjatuh tadi.

"Junmyeon Hyung," seorang pria tinggi berteriak sambil berlari menghampirinya. "Apa kau baik-baik saja ? Bagaimana dengannya ?"

Sehun menutup matanya dan kehilangan kesadarannya. Kepalanya terasa pening, nafasnya memburu di dalam helm yang masih terpasang di kepalanya.

"Aku baik-baik saja" Junmyeon menyahut, berusaha mengangkat tubuh pemuda yang berada dirangkulannya. "Chanyeol, bantu aku membawanya ke dalam."

.
..
...
....
.....
☆☆☆
.....
....
...
..
.

Maaf kalau ada typo, nulisnya tengah malam, hehe 😅

Votement juseyo 😄

SeHo | Ride (Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang