The Exam

554 72 34
                                    

Sehun akhirnya memutuskan untuk mengabaikan Junmyeon dan latihannya, menurutnya itu adalah keputusan yang terbaik. Sehun menggigit bibir bawahnya, gugup lantaran ia harus menahan dirinya dari godaan agar tetap berpegang pada pendiriannya yaitu untuk tidak menerima panggilan masuk maupun pesan singkat dari Junmyeon yang tak terhitung lagi jumlahnya. Rupanya sang Leader tengah mengkhawatirkannya. Sehun melemparkan ponselnya ke sisi lain tempat tidurnya dan menenggelamkan diri di balik selimut, ia terisak dalam diam.

Ding! Ding!

Sehun menggeram kesal mendengar suara notifikasi pesan masuk yang berasal dari ponselnya, ia lalu menyibak kasar selimut tebal yang menyelimuti tubuhnya. Dengan langkah frustasi ia berjalan keluar dari kamarnya, berendam air hangat sepertinya cocok untuk dijadikan pengalih perhatiannya. Sementara di dalam kamar, suara nada notifikasi terus terdengar disertai shortcut pesan yang terus bermunculan.

Junmyeon :
Sehun, apa kau baik-baik saja ?

Junmyeon :
Aku belum mendengar kabarmu beberapa hari ini

Junmyeon :
Helloooo.(?)

Junmyeon :
Kau dimana ?!

Selasa pagi, adalah hari dimana jadwal kelasnya untuk semester ini berakhir. Sehun begitu percaya diri bahwa dia akan lulus dalam ujian kelas Seni, setidaknya dia harus mendapatkan nilai B. Minggu lalu dia sudah belajar sangat keras, mematikan ponselnya untuk menghindari gangguan serta menghilangkan segala pemikiran tentang Junmyeon dari kepalanya. Dia mengambil kesempatan ini untuk lebih fokus dalam ujiannya karena saat ini nilainya tengah berada di ambang batas antara lulus atau gagal, dan itulah yang membuatnya mengerahkan seluruh upayanya untuk fokus menatap buku-bukunya, mencatan point-point penting yang mungkin saja akan muncul dalam soal essay saat ujian nanti. Ia menulis semua itu di dalam buku catatannya dan mempelajarinya seolah itu adalah sebuah alkitab.

Setelah melahap suapan terakhir grilled cheese sandwich di tangannya, Sehun keluar dari apartemennya. Hal yang tak terduga, ia tiba di kampus sangat awal dan hanya beberapa mahasiswa yang terlihat berlalu lalang di halaman kampus. Di ruang kelas, dengan tidak sabaran dia mengetuk-ketuk penanya di atas meja tempat ia duduk, berharap hari ini akan segera berakhir.

Tak lama kemudian sang profesor pun datang dan memasuki ruang ujian, dia mulai membagikan lembar soal ujian dimulai dari deretan bangku paling depan. Ketika langkahnya sudah sampai pada bangku Sehun, alisnya terangkat.

"Aku berharap semoga kau sudah belajar minggu ini," ucap professor itu sambil meletakkan paket soal di atas meja Sehun.

Sehun membalasnya dengan sebuah senyuman, mengambil paket soal itu ke tangannya. "Bagaimanapun aku tidak ingin melihatmu lagi." lanjut profesor itu.

Setelah selesai membagikan soal ujian, sang profesor yang terlihat garang itu pun berdiri di depan kelas dan mulai mengedarkan pandangannya menyapu satu persatu muridnya, "Ujian dimulai sekarang. Dilarang berbicara atau mengobrol. Jika aku mendapati kalian melakukan kecurangan, maka tidak akan ada nilai dan kalian dinyatakan gagal!"

Sehun mengambil nafas dalam sebelum membaca soal pertama:

Jelaskan secara rinci apa saja yang terjadi di Venessia selama masa pembangunan.

"Shit..." umpat Sehun di bawah deru nafasnya. Dia melewati soal itu...

.
.
.

Sehun menyimpan semua perlengkapannya ke dalam tas punggung miliknya dan menyerahkan lembar jawaban yang sudah terisi ke meja dosen, setelahnya ia pun keluar dari ruang ujian dengan nafas beratnya. Akhirnya semuanya berakhir. Setidaknya dia tidak perlu menyalahkan dirinya sendiri karena dia telah melakukan yang terbaik dengan tidak melakukan kecurangan. Bahkan meskipun tanpa bantuan dari Junmyeon.

SeHo | Ride (Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang