Bagian 5 : Petrus Jakandor Samyang Jumanji!

3 0 0
                                    


Halooo. El Zaara kembali nih. Jangan lupa Vote sama Comment ya. Biar author semangat nulisnya hehe.

Happy Reading~


Belum ada 10 detik sejak Pak Handoko melangkah keluar dari ruang kelas X IPS-1 Zaara dengan kecepatan kilat berlari keluar kelas tanpa membereskan kekacauan di mejanya. Meninggalkan Wanda yang meneriaki dirinya untuk lekas ke kantin saat urusannya selesai. Tujuan utama gadis itu hanya satu, bertemu pujaan hatinya. Siapa lagi kalau bukan elgio?

Gadis itu melangkahkan kakinya ke lantai 2, tempat kelas XI IPA-1 berada. Sesampainya di depan kelas XI IPA-1 Zaara mendapati bahwa pintu kelas tertutup rapat dan dari jendela ia melihat bahwa kelas tersebut belum bubar, ada guru laki-laki berkepala plontos yang Zaara tidak tahu siapa namanya masih berbicara di depan kelas sembari menenteng beberapa buku paket. Jadilah gadis itu memilih mendudukkan dirinya di kursi panjang yang ada di depan kelas.

Tidak butuh waktu lama sampai guru berkepala botak tersebut keluar kelas. Zaara langsung bangkit berdiri, merapikan poninya dan juga menggeser roknya yang sedikit miring. Penghuni kelas yang satu persatu mulai keluar menyengrit bingung mendapati Zaara berdiri disana, dua orang siswi yang baru keluar kelas menghentikan langkahnya melihat Zaara. Menatap Zaara dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Siapa? Ngapain disini?" Tanya salah satu cewek yang menurut Zaara seragamnya ketat seperti lemper. Ah Zaara jadi lapar...

"Nafas" jawab Zaara sekenanya kemudian, malas sekali untuk menatap dua orang cewek yang menatapnya dengan tatapan remeh itu. Jadilah matanya ia sibukkan untuk memindai ruang kelas XI IPA-1, saat matanya menemukan apa yang ia cari, senyumnya terbit. Di dalam sana Elgio tengah merapikan buku-bukunya di meja, tentu saja bersama tiga temannya.

"Heh! Kalo ada kaka kelas ngomong itu di dengerin! Kalo ada yang nanya juga jawab yang bener! Mana sopan santunnya hah?!" ujar cewek lainnya.

Zaara mengalihkan pandangannya pada kedua cewek tadi. Gadis itu menarik nafas dalam-dalam sebelum kemudian berujar "Hih! Kili idi kiki kilis ngiming tih dingirin! Kili idi ying ninyi jigi jiwib ying binir! Mini sipin sintinnyi hih?!" Zaara mengerjapkan matanya, tidak menyangka kalau dirinya punya bakat berbicara dengan satu huruf vocal seperti itu. "Eh buset! Kok gue lancar banget ya? Ngga bisa, pulsek nanti harus pamer ke abang!" Lanjutnya,merasa terharu dengan bakatnya sendiri.

Bakat dari mananya sih????

Sementara kedua kakak kelas tadi menggeram menahan marah, baru kali ini ada adik tingkat yang meremehkan mereka seperti ini! Mereka sudah siap untuk membalas adik tingkat kurang ajar didepannya sebelum sebuah suara menginterupsi niat mereka berdua.

"Eh kok rame? Lagi pada ngapain sih cewek-cewek" Leon, cowok itu berjalan pelan kearah tiga cewek tersebut, Fazan dan Davin mengekor dibelakangnya. Sedangkan Elgio yang malas ikut campur memilih menyender pada kusen pintu sambil memasukkan salah satu tangannya ke saku celana. Menunggu Leon selesai dengan urusannya.

Dua cewek teman sekelasnya terkejut melihat Leon dan sahabatnya menghampiri mereka, buru-buru mereka merapikan rambut dan memasang senyum semanis mungkin. Sedangkan Zaara? Jangan ditanya, atensi cewek mungil tersebut tentu saja hanya pada Elgio saja.

"Eh Leon, ngga papa kok. Tadi kita cuma lagi ngajarin cewek ngga jelas ini biar lebih sopan ke kakak tingkat, ya kan?" Ujar cewek bernama Sania dengan nada lemah lembut yang dibuat-buat tentu saja.

Zaara memutar kepalanya seketika. Bilang apa tadi? Cewek ngga jelas? Dia mengatai dirinya cewek tidak jelas? Apa cewek ini ngga punya kaca? Zaara mencebik.

El ZaaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang