Bagian 4 : Wan, Sekarang Jam Berapa?

4 0 0
                                    


Jangan lupa vote sama komen ya readers, biar aku semangat nulisnya. Makasih <3

~ Happy Reading ~

******

El turun dari motornya setelah sebelumnya mematikan mesin motor tersebut. Ia berjalan dengan tenang ke kelasnya. Tentu saja diiringi tatapan memuja dari siswi-siswi yang telah banyak berlalu lalang di koridor kelas.

"KYAAAAA. KAK EL GANTENG BANGEEET!!!"

"YA AMPUN. !!! CALON BAPAK DARI ANAK-ANAK KU. . .!!!"

"ASTAGHFIRLLAH, DIPANDANG DOSA NGGA DI PANDANG NYESEL"

Sekeras atau sebanyak apapun gadis-gadis tersebut berteriak, sama sekali tidak mengusik ketenangan seorang Elgio. Terbukti, cowok itu masih berjalan tenang dengan salah satu tangan dimasukkan ke dalam saku celana OSIS nya. Sedangkan tangan satu nya memegang tali ransel hitam yang ia sampirkan di salah satu bahunya.

Cowok itu duduk di kursinya setelah memasuki kelas. Sudah ada ketiga temannya disana. Dave tengah bermain mobile legend bersama Fazan. Sedangkan Leon tengah sibuk dengan ponselnya. Melihat postingan instagram salah satu kaka kelas mereka, anggota cheerleaders katanya.

"Woi, sampe juga lu bro. Gimana? Udah galaunya?" sambut Dave pada El setelah menyelesaikan game nya.

El hanya merespon dengan memandang Dave sekilas. Cowok itu lantas mengeluarkan buku paket Kimianya. Berniat membaca bab terakhir yang belum sempat ia baca semalam.

Fazan memutar bola matanya melihat El sudah tenggelam dengan kegiatan membacanya. Teman nya sejak duduk di bangku Sekolah Dasar yang satu ini terlalu lempeng menurutnya. Selain lempeng, hidupnya juga seperti tidak ada gairahnya.

Kegiatannya sehari-hari selalu sama. Tidak ada inovasi sama sekali, membosankan. Membuat ia dan kedua temannya yang lain selalu gemas ingin mengacaukan jadwal Elgio yang selalu tersusun rapi itu.

Fazan menggeser kursinya mendekat ke arah El. Memanjangkan lehernya mengintip apa yang tengah dibaca El dengan luar biasa serius.

"Cewek yang kemarin, cantik ya"

Ujar cowok itu berusaha memancing respon El. Tapi ia harus menelan kekecewaan lantaran El masih sibuk dengan kegiatannya, bahkan sesekali menandai beberapa bagian di buku paketnya dengan bolpoin merah yang cowok itu pegang.

"Lo. . . ngga ada niatan jadiin Zaara cewek lo? Cantik bro. Emang sih tingkahnya masih kaya bocah. Tapi justru itu yang bikin dia keliatan nggemesin."

El mendengus dalam hati. Dari sisi mana nya cewek cerewet seperti itu bisa dikatakan menggemaskan? Dan lagi, cewek yang tidak punya pendirian seperti gadis itu, mengatakan suka pada nya tapi membiarkan cowok lain memegang tangannya.

"Bro."

"Bro. . ."

"El woi!"

"Hah apa?"

Fazan mendengus, kebiasaan buruk temannya yang malas mendengarkan orang lain saja sudah mendarah daging haruskah sekarang ditambah kebiasaan melamun juga?. Huh untung dirinya sabar.

"Ckkkk, lo kenapa sih? Mikirin Claudia yang semalem nembak lo lewat line?" tanyanya.

Kini gentian El mendengus.

"Gak. Ngapain juga gue pikirin"

Cowok itu kembali ke kegiatan nya semula, membaca bab terakhir buku paket kimianya.

"Atau jangan-jangan. . . ." ucapan menggantung Dave yang saat ini telah duduk menghadap kearahnya dengan sempurna membuat El menaikkan alis.

"Apa?"

El ZaaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang