17

62 5 3
                                    

"Zahra" ucap Zidan yang berada d belakang Zahra.

"Lo, mau apa lagi?" Dengan nada kesalnya Zahra berseru "belum puas ngerusakin sepedah gue? Masih kurang?"

"Gua gk ada niatan buat nabrak lo, lagian gue cuman mau minta maaf, dan karena sepedah lo di bengkel jadi gue mau ngajak lo pulang bareng, mau gk?" Ujar Zidan.

'bener mau nganter gue apa ada maksud lain' ucap Zahra dalem hati.

Zahra menyipitkan matanya untuk mencari geganjalan di wajah Zidan, nihil Zahra tidak dapat melihatnya.

"Oke deh kalo gitu" ucap Zahra

★★★

Di tempat lain lelaki dengan jaket kulitnya menatap lekat ke arah layar ponselnya, dengan rahang yg mengeras dan kepalan tangan di atas meja.

Foto yang terpampang jelas di layar ponselnya itu berhasil membuat emosinya meledak-ledak.

Tanpa ba... bi... Bu... pria itu langsung berjalan tegak dan tatapan tajam, menandakan ia sedang emosi.

"Kenapa Yan?" Tanya Raka.

"Cabut Zahra jadi tahanan" ucap menahan emosi.

Mereka mengangguk dan segera pergi menuju motor masing-masing, jangan lupakan senjata yang ada di tangan mereka.

****

Dengan keadaan yang sudah tak berdaya Zahra hanya dapat menangis menahan sakit yang ada di sekujur tubuhnya.

Zidan yang berada tak jauh dari Zahra   hanya bisa menunduk dan menahan rasa pusing di kepalanya.

"Dan lo gk papakan?" Tanya Zahra dengan suara yang kecil.

Zidan mengangkat kepalanya menatap Zahra yang juga menatapnya "gk papa kok tenang aja" ucap Zidan seraya tersenyum walau sangat sulit akibat pusing yang bersarang di kepalanya.

Tuk...tuk...

Suara sepatu yang berdetungan pada lantai kayu dari arah luar ruangan yang Zahra tempati saat ini menggema di setiap sudut hingga terlihat wajah licik dan senyum iblis dari seorang pria berjaket kulit.

Zahra yang melihat itu hanya diam dan menatap tajam pria itu, sungguh orang yang licik.

"APA SALAH GUE!? KENAPA LO SEKAP GUE DI TEMPAT KAYA GINI? DAN SIAPA LO SAM..."

"STOP!!!" Potong pria itu dan membuat Zahra diam, lalu pria itu berjalan mendekati Zahra yang berada di pojok ruangan ini.

"Lo manis kalo diem kaya gini, gua bisa jatuh cinta sama lo" pria itu mencoba menyentuh pipi mulus Zahra namun Zahra segera menghindar dan menatap ke arah lain.

"Tapi sayang, Lo adik dari Andrian Pratama musuh bebuyut gua" ucap pria itu dengan menekan nama Andrian lalu menyentuh kedua pipi Zahra secara kasar dengan satu tangan.

Zahra berusaha menahan air matanya agar tidak mengalir di hadapan pria licik itu.

"Gk usaha sok tegar Lo, kalo mau nangis ya nangis aja gk udah di tahan tahan, gua malah suka liat Lo nangis dan menderita" ucap pria itu seraya menjambak rambut Zahra dengan sangat kasar.

Zahra memejamkan matanya menahan sakit di kulit kepalanya, dengan keji pria itu menggunting rambut indah Zahra dan melemparnya keatas membuat Zahra menangis dan menatap marah ke arah pria di hadapannya.

"LEO STOP!" Teriak Zidan dan menatap nyalang pria di hadapan Zahra yang bernama Leo itu.

Zahra mengerutkan keningnya pertanda bingung, mengapa Zidan bisa mengenal orang itu? Bukan kah ia baru saja pindah sekolah?

"Apa kata Lo? Stop? Hahahah" Zahra menatap heran Leo yang sedang tertawa, itu bukan tawa bahagia, itu tawa yang mengerikan seperti ingin menyantap seseorang di sekitarnya.

"Lo gk tau apa yang gua rasain dan, jadi gk usaha ikut campur" ucap Leo dan kembali menyiksa Zahra.

Sebuah pisau lipat menempel tepat di pipi Zahra, dengan jantung yang berdetak tak karuan dan air mata yang mengalir deras di kedua pipinya, Zahra dengan berani menentang keras kaki Leo tepat di tulang keringnya, membuat Leo menjatuhkan  pisau liat itu dan memundurkan langkahnya.

"Anji**! berani juga Lo" Leo berjalan cepat dan menggambil pistol di dalam saku jaketnya lalu menodongkan senjata itu kepada Zahra.

"Zahra pilihan mati atau lo jadi milik gua seutuhnya?" Leo menatap tajam Zahra yang sedang ketakutan.

"Gue gk akan mau jadi Milik orang licik kaya Lo" ucap Zahra dengan suara rendah namun masih terdengar jelas di telinga Leo.

Leo mengangguk lalu memasukkan peluru kedalam pistol dan mulai menyodorkan pistol itu tepat di kepala Zahra.

Dengan senyum mengerikan Leo mulai berhitung.

"Tiga..."

"Dua..."

"Sa...










Sebelum gua tembak gua mau cuci bibir manis Lo itu, gua takut mimpi kalo belum nyip" Leo berjalan kearah Zahra dan memegang kedua bahu Zahra.

Zahra memejamkan matanya saat merasakan hebusan nafas Leo di wajah namun belum sempat Leo menciuminya, seseorang sudah lebih dulu menendangnya dari arah belakang membuat leo tersungkur di lantai kayu itu.

😊😊😊

Alhamdulillah akhirnya update juga setelah sekian abat 😆.

Maaf  ya aku lama updatenya hehehe...
Aku bener" bingung ini ceritanya mau kaya mana soalnya udah lama banget.

Sebenarnya ini ceritanya udah sampe chapter 30an tapi ke apus 😭

Doain aja ya semoga updatenya gk lama" ...

Jangan lupa vote adn comman...
share cerita aku ya ke temen" kalian, makasih juga yang udah dari lama baca cerita ini.
Jaga diri kalian jangan kemana-mana kalo mau keluar jangan lupa pake masker #dirumahaaja

Di follow ya 👇
Instagram : @chela_.0503 dan @chelasela_

Zahra And ArkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang