2- Cafe Cafein

6 3 1
                                    

Awalnya gue sudah memikirkan akan menghampiri Ne saat yang lainnya sibuk bakar-bakar.

Namun nyatanya,

Ne direkrut sebagai panitia angkatan.

Kemarin, tak ada sapaan khusus dari Ne. Tak ada pula pertanyaan untuk pulang bersama. Tak ada sepenggal kata pun yang terucap kepadanya.

Ne, maaf ...

Jo: Jam 1 koor divisi rapat di cafe cafein. On time ya!

Imel: Semua divisi?

July: Dokum juga gak?

Jo: Semua divisi aja. Sekalian brifieng nanti lo tinggal sampein ke anggotanya.

Mile: Okay, aman

Kessa: Nebeng dong @July

Hasir: Dilirik tuh @July

July: Berangkat!

Gue tersedak membacanya. Apa perlu gue ngajak Neyra buat berangkat bareng?

Jo, realistis dong Jo!
Ne kecewa karena lo.
Mau lo sakitin lagi?

AH!

Rasa penyesalan itu timbul lagi. Benar-benar menghantui hidup gue.

Ne: Pada dimana?

Hasir: On time banget anaknya @Jo

Imel: Tuh yang nyuruh on time @Jo

Ne: Jo udah sampe juga kok.

Kella: Waduh!

July: Kita lagi kena macet. Iya kan Kel

Jo: Jangan lama!

Saat ini, Ne disini. Tubuh Ne memang kembali tapi tidak dengan hatinya.

"Gimana SMA lo?" tanya Ne.

"Sebenarnya nih ya, Ne. Teman SMA gue lebih pecah. Mungkin faktor udah dewasa juga kali ya."

"Lo sehat?" gue mengalihkan topik. Gue takut kalau dilanjutkan, Ne akan cerita bahwa ia telah menemukan orang baru di SMA nya.

"Seperti yang lo lihat."

Setelahnya, kami terdiam. Menikmati kopi masing-masing.

"Lo masih kayak dulu, Jo." ucapnya dengan sedikit tawaan.

"Kalau gue masih seperti dulu, kenapa lo berubah Ne?" gue mempertegas pertanyaan yang sudah tak tertahankan.

"Keadaannya udah beda, Joura."

Memang benar.

Sekali menggenggam, semuanya akan hancur. Sekali hancur, semuanya tak akan kembali seperti semula.

Kamu terlalu sulit untuk diraih, Ne.

"Disini ternyata. Gue kira diruang meeting tau gak sih." teriak July memecahkan keheningan antara gue dan Neyra.

"Apaan sih lebay banget. Masa rapat gini doang pake ruang meeting segala." ujar gue.

"Emang repot tuh anaknya, Jo. Gak lagi dah gue nebeng si July." Kessa menyerocos.

Setelahnya, rapat berjalan dengan hasil yang memuaskan. Gue cukup merasa tenang dan yakin kalau acara besok akan mengesankan.

"Hasil rapat hari ini jangan lupa buat disampaikan ke anggota kalian. Pokoknya sejauh ini semuanya aman. Makasih banget ya, lo semua luar biasa." ucap gue dengan semangat membara.

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya diri gue ditunjuk sebagai ketua acara. Malah kegiatan seperti ini sudah menjadi makanan sehari-hari.

Namun entahlah. Mengapa keraguan selalu muncul dibenak? Semoga hanya perasaan.

"Cabut duluan ya. Ada urusan." Gue menyambar hoodie kesayangan dan segera beranjak pergi.

"Ehm, Jo!"
"Boleh bareng?"

Am I a Traitor?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang