Acara berlangsung aman. Mereka pulang dengan perasaan puas. Setidaknya, hanya sedikit perasaan kecewa yang mereka dapatkan dalam acara ini.
Ne berteriak mengingatkan. "Random words nya jangan lupa diisi ya guys!"
Mereka mulai mengantre untuk menuliskan secarik kalimat di karton ini.
"Ayo dong panitia sekalian beres-beres. Ngantuk kan?" kata gue sambil mengambil beberapa sampah yang berserakan.
"Eits, hm, Ne. Biar gue yang bawain trash bag."
"Ternyata basket lo lebih keren dari Ollen."
Kita berjalan beriringan sambil membersihkan area ini dari tangan-tangan nakal yang membuang sampah sembarangan.
"Ollen lagi ngalah aja itu. Padahal kalo di klub paling jago."
"Gak usah merendah untuk meroket deh, Jo." kekeh Ne.
"Lo sekelas sama Ollen?" tanya gue tanpa basa-basi.
"Segeng juga."
"Pantes aja ya, dekat banget."
"Tapi kalo lagi musuhan, Jo. Hm bisa satu kelas kena imbasnya. Ollen tuh udah tau gue lagi emosi tapi ditambah-tambahin lagi."
"Suka kali sama lo." jawab gue pelan.
"Yang lagi pegang trash bag tolong ya katanya ngantuk. Ayo dipercepat gerakannya bapak ketua." Imel berbicara dengan menggunakan mic.
Gue hanya memasang tampang geram dan menyodorkannya ke tatapan Imel.
"Wah ngancem pake pelototan segala," teriak Imel lagi.
Yang lain tertawa terpingkal-pingkal mendengar ucapan Imel barusan.
Dasar anak ini. Seneng banget bikin citra gue rendah dihadapan Neyra.
"Panitia udah nulis di random words belum?" Ne mengalihkan topik.
"Oh iya belum. Kessa, ayok nulisnya deketan!" Siapa lagi kalau bukan July?
"Heh, kalender. Lo jadian beneran gak si sama Kessa?" gue menghampiri July.
"Lah kepo banget nih yang abis putus cinta. Itu gak dapet mau pepet ke Kessa sekarang?"
"Siapa bilang gak dapet?" tanya gue menantang.
Kessa yang sudah berada didepan random words berteriak kearah kami. "July, cepetan! Kering nih spidolnya!"
Panitia yang lainnya pun segera membuat antrean.
"Guys, langsung balik ya. Udah aman semua kok!" ucap Kessa dan July.
"Thanks ya, couple!" teriak gue dan dijawab dengan sekepal tangan yang ditujukan kearah gue.
Diantara panitia yang lain, gue gak melihat keberadaan Neyra. Gue mencari-cari sekeliling dan tampak Neyra sedang berdiri dengan wajah panik.
"Ne?"
"Eh, Jo. Udah pada balik ya?"
"Tersisa kita. Are you okay?"
"Handphone gue lowbatt. Gak bisa pulang."
Rahangnya yang tegas kini terlihat lemas menggambarkan emosi kecewa.
"Gue kira bareng Ollen,"
"Dia tadi cuma jadi donatur. Terus balik karena mau jalan sama ceweknya."
Itu artinya, Ne bukan pacarnya Ollen? Ayok, Jo. Bikin strategi!
"Lo lupa ada gue?"
"Gue balik kerumah nenek. Gak searah sama lo."
"Kayak ama siapa aja. Gue tunggu dirandom words!" gue pergi tanpa mempedulikan panggilan dari Ne. Apa dia lupa kalau masih ada gue?
Gue menatap random words dengan lamat. Membaca beberapa tulisan dari teman-teman gue. Ada yang memberi kritik dan saran acara ini, menulis quotes galau, throw back masa SMP, bahkan ada pula yang menyampaikan perasaannya.
Apa yang harus gue tulis disini?
"Kering tuh spidol, lama banget mikirnya." Ne menyenggol lenganku.
"Lo udah nulis?"
"Belum juga. Apa ya?"
Gue terdiam didepan random words sampai lupa kalau Ne juga ada disini.
"People go but how they left always stays." gue menulis salah satu kutipan dari buku yang baru saja gue selesaikan.
"I'm here. Thank you 2019." tulis Neyra.
"Ne?" gue memanggil namanya.
"Gue selalu disini, Jo." katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I a Traitor?
Kısa HikayeSecarik rindu terhadap masa-masa SMP dahulu. Panitia angkatan berusaha menyatukan pertemanan kami dengan membuat acara bakar-bakar dimalam tahun baru. Ternyata hal itu sangat berat bagi Jo karena ia akan bertemu lagi dengan Ne. Akankah Ne kembali...