Lama banget sih ngambeknya, kayak nungguin doi peka aja.):
-Axelio Revando
🍀🍀🍀
Happy Reading💕
Kini semuanya sudah berkumpul diruang makan, bahkan disana masih ada Syilla dan juga Rafael.
Nata pun duduk disamping bundanya dengan wajah yang masih ditekuk. Bahkan matanya pun masih sembab.
"Ini nangisnya sampai jam berapa? kok matanya sampai bengkak gitu?" tanya Setya sembari menatap Nata.
"Sampai ketiduran." balas Nata."Sini bunda kompresin matanya." ucap Farah sembari mengambil baskom yang berisi air es dan kain kompres.
Farah pun mengompres mata Nata dengan telaten, bahkan kini yang ada diruang makan lebih memilih memperhatikan interaksi Farah dengan Nata.
"Mata Nata dingin bun." ucap Nata sembari bergidik geli.
"Bunda kan ngompresnya pakai es ya pasti dingin dong." ucap Farah sembari terkekeh yang membuat Nata juga ikut terkekeh.
Tak lama kemudian, Farah pun menyelesaikan kegiatannya dan menatap putri kecilnya dengan lembut.
"Nih udah selesai ngompresnya." ucap Farah dan mengembalikan baskomnya ke dapur.
"Adek mau makan apa? mau abang ambilin?" tawar Axel yang sama sekali tak digubris oleh Nata.
"Bang El tolong ambilin soup jamurnya dong." pinta Nata.
Sedangkan Axel sedari tadi menatap Nata dengan sendu.
"Udah kamu tenang aja, besok aku bantuin bujukin Nata." bisik Syilla dengan mengelus punggung tangan Axel dengan lembut.
Axel pun hanya mampu pasrah dan tak melepas pandangannya dari Nata yang sedang fokus menyantap makan malamnya.
"Dimakan bang, jangan diliatin doang." tegur Setya.
Makan malam pun berjalan dengan hening.
•°•HURT•°•
Setelah selesai makan malam kini semuanya sedang berkumpul di ruang keluarga, kecuali Nata yang tadi langsung pergi ke kamar setelah menyelesaikan makan malamnya.
Saat semuanya sedang sibuk bergurau dan bercerita, Nata pun turun dari kamarnya dengan membawa dua boneka yang diberikan oleh Axel dan Rafael.
Sesampainya diruang keluarga, Nata pun langsung merebahkan dirinya di sofa dengan paha Farah sebagai bantalannya.
"Loh, bunda kirain kamu mau tidur tadi." ucap Farah sembari mengelus kepala Nata yang berada diatas pangkuannya.
"Mau tidur disini, ditemani bunda." ucap Nata dengan manjanya.
Axel pun mendekat ke arah Nata dan mengelus punggung Nata.
"Jangan pegang-pegang." ketus Nata saat tahu bahwa yang mengelus punggungnya adalah Axel.
"Lama banget ngambeknya dek, kayak nungguin doi peka aja." celetuk Axel.
"Kan doinya bang Axel udah peka." sewot Nata.
"Masih ngambek sama abang?" tanya Axel dengan lembut.
"Maaf deh, tadi abang ada masalah waktu di tempat wisata, terus kamu malah ngambek sama abang. Ya jadinya abang marah." jelas Axel.
"Au ah nggak denger, Nata pakai earphone." sahut Nata jutek.
"Udah bang biarin dulu aja." lerai Setya.
Beberapa saat keadaan menjadi hening karena sibuk dengan aktifitas masing-masing.Axel yang kembali duduk dibawah bersama Syilla, Rafael yang sibuk dengan ponselnya, Setya yang sibuk dengan acara tv yang ditontonnya dan Farah yang masih sibuk mengelus kepala Nata.
"Bang El." panggil Nata yang langsung membuat sang empunya menoleh.
"Kenapa?" tanya Rafael setelah memasukkan ponselnya kedalam saku celana.
"Mamanya bang El waktu hamil bang El ngidam apa?" tanya Nata yang membuat semua mata kini terfokus padanya.
"Enggak tahu, kenapa emang?" tanya Rafael.
"Kok bang El bisa ganteng gitu." balas Nata sembari nyengir sedangkan yang lainnya melongo mendengar jawaban dari Nata.
"Oh anak ayah ternyata udah besar ya, udah tahu cowok ganteng." ucap Setya.
"Kan emang Nata udah besar Yah, udah kelas XI." ucap Nata.
"Tapi kan usia kamu masih 15 tahun." sanggah Farah.
"Bang Axel sama Rafael gantengan siapa dek?" celetuk Axel.
"Gantengan ayah dong." sewot Nata.
"Kamu kalau ngomong sama abang bawaannya kok emosi terus sih." keluh Axel.
"Ya kan emang abang nyebelin." ketus Nata.
"Yaudahlah, untung gue baik, sabar, rajin menabung dan tidak sombong." gumam Axel yang masih bisa didengar oleh Syilla dan membuatnya terkekeh.

KAMU SEDANG MEMBACA
HURT
Random"Awalnya hidup ku begitu tenang dan damai, hingga akhirnya kamu hadir dihidupku. Kamu yang awalnya alasan ku bahagia, namun akhirnya kamu adalah penoreh luka yang sesungguhnya." -Natasha Arecia Kehidupan yang awalnya tenang dan damai, kini kacau b...