Page I

3.4K 577 221
                                        

Raja dan Ratu Yang dilanda kesedihan berkepanjangan.

Mereka telah menikah selama hampir tiga belas tahun. Namun rumah tangga atas dasar cinta yang mereka bina tidak kunjung berbuah manis akan lahirnya seorang keturunan.

Segala cara yang mereka coba tidak pernah berujung ke titik apapun selain kekecewaan. Ratu bahkan hampir menyerah hingga pernah meminta Raja mengambil selir; agar keinginan suaminya itu dapat segera terpenuhi. Namun tentu saja permintaan konyol itu di tolak sepihak karena Raja bersikeras, bahwa kalau memang ia bisa memiliki keturunan, lebih baik keturunan itu dilahirkan dari wanita yang dicintainya, atau tidak sama sekali. Baginya, mengkhianati seorang Istri sama saja mengkhianati tumpah darah leluhur yang telah membangun Dixiene atas asas-asas baik yang telah mengakar turun temurun.

Lalu dikisahkan pada suatu hari, kabar kesetiaan Raja Yang terdengar sampai pada telinga seorang penyihir baik dari pelosok hutan tandus.

Penyihir itu bernama Salline, mengaku datang ke Dixi sebagai bentuk balas budi.

Dari mulutnya, Salline mengingatkan Raja pada masa lalu ketika beliau membantu wanita tua kelaparan yang sedang pingsan di hutan. Tidak hanya mengobatinya sampai siuman, Sang Raja juga berbaik hati dengan memberinya sekeping emas yang bisa ia pakai untuk bertahan hidup, serta sekantung besar berisi bibit-bibit tumbuhan.

"Wanita itu adalah aku," Ujar sang penyihir dengan senyum lembut di wajahnya yang keriput, "Maka dari itu, kurasa sangat wajib bagiku membalas budi padamu, Yang Mulia..."

"Nyonya Salline, sungguh, aku tidak meminta imbalan apapun." Raja berpikir wanita tua tersebut hendak membayarnya kembali dengan emas. Dengan hatinya yang sangat mulia, tentu saja Raja tidak bisa menerima itu semua, "Sebaiknya kau gunakan emasmu untuk bertahan hidup, kudengar harga beras sedang turun sekarang, kau bisa membeli beberapa karung dan menimbunnya sebagai persediaan."

"Your Majesty, maaf, aku tidak memiliki emas walau setitik debu," Salline menjawab sambil merunduk sopan, "Aku akan memberimu hal lain."

Raja Yang, pria baik hati yang tidak memiliki secuilpun rasa ragu di hatinya kembali membuka mulut untuk bertanya, "Hal lain?"

Salline mengangguk. Dengan tangannya yang ringkih dan keriput, ia menarik secarik kertas lusuh dari salah satu kantung bajunya. Bibir wanita itu kering dan hanya bisa mengeluarkan suara serak seperti orang sekarat, namun sang Raja masih bisa mendengar suaranya dengan sangat jelas.

"Pemutus kehidupan..."

Raja menatap kertas di genggaman sang penyihir dengan raut tak biasa. Ia pernah mendengar dongeng tentang itu sebelumnya. Alisnya berkerut dengan mulut terbuka; namun tidak terdengar sepatah kalimatpun dari dalam sana.

Pemutus kehidupan.

Sebuah mantra kuat yang hanya bisa digunakan oleh penyihir tingkat atas. Mantra pemutus kehidupan digunakan orang-orang di masa lalu untuk memindahkan kehidupan dari manusia satu ke manusia lain, seperti mengorbankan nyawa agar orang yang di tuju bisa tetap hidup, atau dalam kasus ini; terlahir ke dunia.

"Nyonya Salline... Ini..."

"Aku akan membantu anda serta Yang Mulia Ratu untuk mendapatkan keturunan."

Raja terbelalak, "Tapi... Siapa yang akan..."

"Aku sendiri yang akan berkorban, Yang Mulia. Aku sudah hidup selama ratusan tahun, kehidupan immortal ini tidak ada berguna jika tidak bisa membantu Raja dan Ratuku sendiri."

Ruang tahta di kerajaan Dixi pagi itu sepi dan lenggang. Raja bersyukur permaisurinya masih sibuk dengan urusan lain, atau ia akan sangat terguncang mendengar berita ini nanti.

The Royal PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang