Page VIII

3.1K 405 196
                                    

Mata kelabu Yang Jeongin menerawang jauh, ia tersenyum.

"My Majesty, kau ... tidak percaya padaku?"

Tanpa menyembunyikan isi hatinya, sang Ratu menggeleng pasti, "Tidak."

"Tapi ..." Dada Pangeran Hwang melecos mendengar jawaban itu, "Kenapa? Jeongin, kali ini saja, percayalah padaku ... Aku berjanji akan membawa kalian pergi dari sini, kau dan anak kita. Kita akan kembali ke Dixi bersama-sama. Tentaraku sedang menyusun rencana untuk merebut kerajaanmu kembali, sayang."

"Cukup ... Tolong hentikan. Biarkan saja aku begini. Selama aku tidak mengusik Raja, maka kerajaanku akan baik-baik saja."

Air mata mulai jatuh mengalir di pipi Hyunjin. Hatinya terasa begitu nyeri. Dirinya sudah berkorban sejauh ini; berjalan melewati hutan, serta puluhan lembah dan pegunungan, meninggalkan Rithernum sendirian tanpa pembekalan cukup agar tidak seorang-pun tahu akan identitas dirinya yang asli. Selain itu, Hyunjin juga berani datang dengan membuat ia beserta kerajaannya terancam ikut hancur kalau-kalau Raja Christopher mengetahui niat terselubung ini.

Putus asa, Pangeran Hwang menghamba, "Yang Mulia... Aku sedang berjuang, mengapa kau tidak mau percaya padaku? Beri aku satu alasan mengapa kau tidak mau mendengar perkataanku lagi."

"Kalau begitu, beri aku alasan mengapa aku harus mendengar perkataanmu lagi, Pangeran Hwang?" Tanya Jeongin kembali,

"Sebab bagimu, berjanji mungkin semudah itu. Melangitkan harapan akan masa depan, kemudian dengan seenak hatimu kau pergi meninggalkan."

Suara Jeongin mulai bergetar. Dia mencintai pria dihadapannya ini dengan teramat sangat. Mempercayai seluruh perkataannya tanpa bertanya maupun membantah. Walau pada akhirnya Hyunjin pergi dengan meninggalkan sejuta luka tak terperi, bayangan akan kisah cinta indahnya bersama Pangeran tersebut masih tetap ia simpan di dalam hati.

"Berhentilah sampai disini," Ratu bersusah payah menahan genangan air matanya agar tidak mengalir. Pun meski sebesar apapun keinginannya untuk berteriak dan menangis, ia menolak untuk merundukkan kepala, Mahkota diatas rambutnya tidak boleh jatuh lagi. Tidak karena Hwang Hyunjin lagi.

"Tidak puaskah kau melihat aku jatuh, Yang Mulia? Sejauh mana lagi kau ingin membuat aku menderita?"

"Aku ... Aku minta maaf ..."

"Aku sudah memaafkanmu. Untuk itu, tolong segera urus pengunduran dirimu dan menjauh dari kami. Aku tidak ingin siapapun," Jeongin menegaskan, "Siapapun di dunia ini mengganggu rumah tanggaku beberapa sama Raja. Karena bagiku, saat ini kebahagiaan Raja adalah segala-galanya."

Tanpa bisa ia tahan lagi, air mata telah mengalir bebas di pipi Hyunjin, mengiringi lara hatinya yang terasa begitu terluka, seluruh tekat dan keyakinanya mendadak goyah hanya karena mendengar kalimat tersebut,

"J-Jeongin ..."

"Itu Yang Mulia Ratu. Jaga sopan santunmu, Song Hyunjin," Jeongin memotong cepat sembari mengangkat dagunya, "Dan tolong, tinggalkan kebunku, jangan sampai suamiku salah paham melihat posisi kita saat ini. Selamat malam."

***

"Yang Mulia, lihat!"

Jeongin tak kuasa menahan nada bahaga dari suaranya, pemuda buta itu menggapai-gapai kepada Raja, membuat Christopher gemas untuk segera menghampirinya.

Raja tertawa, "Ada apa, sayang?"

"L-lihat ini!" Jeongin meraih tangan Raja dan mengarahkannya ke perutnya. Untuk beberapa saat, Raja hanya diam kebingungan, lalu setelah tendangan kecil terasa permukaan kulit itu, ekspresi sang maha Raja yang terkenal sebagai penguasa paling bengis dan keji di dunia mendadak berubah. Matanya mendelik sambil mengulas senyum yang sangat lebar, kalau saja Jeongin bisa melihat, ia pasti akan merona saat melihat betapa berseri wajah suaminya detik ini.

The Royal PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang