Page VI

3.7K 474 666
                                    

"Ha— ahh..."

Kaki Princess Yang mengejang, kelaminnya berdenyut-denyut saat sentuhan lidah King Christopher membelai lembut puting susunya. Ia tengah telanjang bulat dengan posisi mengangkang agar janinnya tidak tertekan, memohon pada sang Raja untuk menyentuhnya lebih dan lebih lagi.

"Y-Yang Mulia ... Kumohon ..." Jeongin ingin memohon agar kelamin Raja memasukinya saja alih-alih jari, dia merindukan sensasi dimana lubangnya diisi sanpai penuh, penis Jeongin begitu tegang hingga rasanya nyaris putus asa, "Kumohon ... Aku mohon, Yang Mulia, aku tidak tahan."

Sekujur tubuh itu sensitif bukan main. Berpendar dengan warna kemerahan yang cantik. Hormon kehamilannya membuat Raja tak lagi heran mengapa Putri begitu mudah terangsang dan selalu ingin dipuaskan,

"Yang Mulia ... Sekali saja, m-masuki aku ..."

Tapi sayang Raja selalu menolak. Hubungan mereka diatas ranjang selalu berakhir untuk kepuasan Jeongin seorang saja. Lelaki itu tetap teguh pada pendiriannya untuk tidak menyetubuhi Jeongin sebelum mereka menikah nanti.

"Sayang, lihat dirimu, Ratuku ... Bagaimana aku bisa menahan diri kalau kau secantik ini?"

Putri menggeleng frustasi, tangannya meggapai-gapai wajah sang Raja, menarik pria itu mendekat untuk mencium bibirnya,

"Yang Mulia tidak perlu menahan diri, a-aku benar-benar ingin ..."

Raja terkekeh, melepas ciuman mereka hingga turun lagi sampai ke perut sang Putri yang mulai membuncit, "Lihat ibumu, anakku. Ibumu benar-benar tidak sabaran, hm? Ayah sudah memintanya untuk menunggu. Kurasa sebaiknya pernikahan kami dipercepat saja, benar?"

Princess Yang makin merona, ia sangat malu, namun apa yang ia lakukan saat ini juga akibat tuntutan dari si jabang bayi diperutnya, "Y-Yang Mulia ... Jangan menggodaku, a-aku benar-benar tidak tahan!"

"Jeongin ..."

Christopher setengah mati menahan ereksi didalam celananya yang terasa begitu menyakitkan. Tidak. Ia tidak akan melakukannya. Jeongin bukan selir murahan yang bisa ia tiduri tanpa ikatan. Putri yang satu ini harus ia nikahi dengan sah sebelum ia gauli sesuka hati.

"Cintaku, aku tidak akan melakukannya. Tidak sekarang, My Queen,"

"T-Tapi! Ahhh!"

Setelah itu Christopher lagi-lagi mendengar protes sang Putri yang sedang sangat terangsang, namun tentu saja ia tidak bisa membiarkan cintanya menderita. Dengan hati-hati, Raja menjilat dan menggigiti putingnya sekali lagi, sementara jemarinya yang basah karena minyak mawar menyodok masuk kedalam anus Putri berkali-kali, sampai tubuh kecil itu menegang dan cairan cintanya meleleh keluar.

"Ha—aahh..."

Lantas saat pelepasan itu datang, Putri Yang hanya bisa menjerit keras-keras sambil mencengkram rambut sang Raja.

Christopher tersenyum puas telah memuaskan hasrat calon istinya. Dengan kecupan hangat pada kening, Raja-pun beranjak bangkit,

"Tidurlah, sayang. Aku akan membersihkan tubuhmu."

(*)

Di pagi hari, Princess Yang Jeongin berdiri menyapa mentari dari dalam kamar raksasanya.

Sesuai perintah Raja, para pelayan membangun sebuah kebun bunga khusus, yang mana seperti di Kerajaan Dixi, berada persis dibelakang jendela kamar sang Putri.

Jeongin diperlakukan dengan sangat baik di Kerajaan ini. Semua orang merawatnya seolah ia merupakan barang pecah belah yang harus di urus dengan sangat hati-hati. Namun sayang ... mereka semua juga takut padanya. Tidak ada satupun yang cukup berani mengakrabkan diri dengan Jeongin karena takut akan murka sang Raja.

The Royal PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang