Ada saat-saat tertentu dimana Ratu Yang Jeongin sama sekali tidak terlihat selain di dalam kamar pribadinya. Menolak berinteraksi dengan siapapun; bahkan melarang para pelayan yang biasa datang untuk merawatnya masuk, kecuali kalau itu Song (Hwang) Hyunjin saja.
Contohnya seperti sekarang. Ratu sama sekali tidak beranjak keluar kamar sejak pagi.
Di malam hari, Ratu memilih menyendiri dengan duduk sendirian di atas ranjang, berbalut gaun satin yang menjuntai sampai ke lantai. Calon ibu itu merunduk, memilin bordiran permata di gaunnya sendiri dengan suasana hati yang rumit.
Saat mendorong pintu kamar terbuka, Hyunjin disuguhi sosok mungil tercintanya duduk menghadap hamparan kebun bunga dibalik jendela belakang seolah hanyut dalam pikirannya sendiri. Tali gaunnya jatuh, entah apa yang sedang ada dalam pikiran Ratu tersebut saat membiarkan pintu jendela terbuka, dan membuat paras indahnya beresiko terlihat oleh orang lain dari luar sana.
Membayangkan ada orang lain mengintip Jeongin saat ia ditinggalkan seorang sendiri, air liur Pangeran Hwang tiba-tiba terasa pahit. Ada serangkaian rasa cemburu yang perlahan mendidih dalam hati.
"My Majesty, makan malamnya sudah siap." Ujarnya datar.
Suara itu membuat Jeongin melengok kebelakang. Kala menyadari bahwa Pria yang ia nanti-nanti akhirnya masuk kedalam kamar, Ratu tersebut mengulas senyuman kikuk.
"Hyunjin ..." Bisiknya bimbang, lantas berbalik dengan sempurna menampakan bongkahan pada dadanya yang membusung, dengan kancing bagian depan gaun terbuka sampai ke perut.
Seketika itu juga aliran listrik tak kasap mata merambat di bagian paling sakral milik Pangeran Hwang.
"Hyunjin... lihat ini ..."
Hyunjin menegak ludah, pemuda cantik di hadapannya mengekspos tubuhnya yang terbuka dengan raut wajah yang begitu lugu— ia jelas tidak sadar bahwa sekarang ini, Pangeran sedang mati-matian mengalahkan hawa napsu agar tidak gelap mata dan menerkam serta mengerjainya sepanjang malam.
"Baby," Ia berbisik tanpa bisa berucap banyak. Netranya praktis terpaku pada kedua puting merah muda itu.
Sementara kedua alis Ratu Jeongin bertaut karena cemberut, "Lihat ... Putingku mengeluarkan sesuatu. Apakah memang seperti ini?"
Jika meningat kisah kutukan yang pernah Jeongin ceritakan, bahwa seorang penyihir wanita memberinya nyawa untuk dapat terlahir kedunia... rasanya tidak heran lagi darimana seluruh keanehan pada tubuh Jeongin berasal. Ia bisa mengandung dan menyusui, Hyunjin pikir hal tersebut mungkin dikarenakan nyawa seorang wanita-lah yang ada dalam dirinya selama ini.
"Pangeran...?" Jeongin menegur sekali lagi, "Kenapa seperti ini?"
Lagi-lagi Hyunjin menegak ludah. Demi neraka, dia rela mati tidak terhormat di medan perang demi bisa mengecap cairan dari puting merah muda itu.
"Apa rasanya sakit, sweetheart?"
Jeongin menggigit bibir, lalu mengangguk sedih, "Sakit... Dadaku jadi keras sekali. Dan ... dan cairan itu terus keluar saat aku meremasnya," Rengekan pilu keluar dari bibirnya, "A-Aku kenapa?"
Segera saja, Hyunjin bergerak menepis jarak diantara mereka. Berjongkok dibawah kaki Jeongin dan menggenggam tangannya sayang, berusaha membabat seluruh kesedihan dalam hati pemuda yang ia cintai dengan seluruh kasih sayang yang ia punya, "Itu normal untuk seseorang yang sedang mengandung. Air yang keluar dari puting-mu itu, adalah cairan yg akan kau berikan untuk anak kita saat dia lahir nanti, Yang Mulia."
"Untuk di minum anak kita?"
Hyunjin mengangguk, "Untuk anak kita, sayangku."
"Tapi kenapa rasanya sakit?"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Royal Princess
Fanfiction[ON HOLD] Kisah seorang pemuda buta berdarah bangsawan yang mendapat kutukan, sehingga ia harus di besarkan sebagai wanita sejak lahir. Serta aksi heroik pengorbanannya, pengabdian dan cintanya pada tanah air, yang membuat Jeongin sanggup membenci...