Page III

4.2K 490 362
                                        

"Ibu, aku mendengar para tetangga bicara soal Raja kejam dari tenggara. King Christopher! Ku dengar dia sangat jahat, ibu!"

Ibu dari bocah kecil yang sedang menyisir rambut putranya itu mendelik, "Daehyun! Jaga bicaramu!"

"Tapi, bu—

"Tidakkah kerajaan telah mengajarkan kita untuk tidak bicara buruk soal orang yang tak kita kenal?" Wanita tersebut berusaha memberi pengertian. Putra semata wayangnya masih berumur enam tahun, dengan akal belia yang ia miliki, wajar kalau anak sekecil itu baru bisa mengelompokkan orang-orang dengan dua kata saja; yakni orang baik dan orang buruk.

"Anakku, di dalam dunia ini, tidak ada namanya manusia yang baik seutuhnya, atau jahat seutuhnya. Kita tidak boleh menilai seseorang dari ucapan orang lain, karena tidak ada manusia yang sempurna, sayang..."

Meski di nasehati dengan lembut, si kecil Daehyun tetap memprotes, "Tapi, Ibu! Dia telah membunuh Ayah dan Ibunya!"

(*)

Putri Yang berdiri merenung dihadapan jendela besar dalam kamarnya. Sayup-sayup Jeongin mendengar seruan pelatihan para tentara kerajaan dari kejauhan. Semenjak kabar penjajahan Votegern mulai terdengar, Raja menjadi sibuk memperkuat pasukan agar mereka siap kalau-kalau kerajaan tersebut melakukan serangan mendadak. Namun kegelisahan tetap merambat di hati sang Putri, ia tahu betul kerajaannya tidak memiliki militer yang kuat. Mereka selalu unggul dalam hasil bumi dan perdagangan, namun untuk bertarung ... bantuan dari Rithernum-lah satu-satunya penyokong besar dalam mempertahankan lahan mereka saat ini.

"Sayang, kenapa melamun?"

Rengkuhan hangat dari tubuh Hyunjin menyadarkan Jeongin dari lamunannya, Pangeran itu tersenyum memandangi sang Royal Princess yang terlihat mempesona malam ini. Dia memang selalu cantik, namun sinar rembulan yang temaram membuat kulit putih Jeongin yang bersih tanpa cela terlihat makin bersinar. Gaun malamnya membalut tubuh kecil itu dengan sempurna, dilengkapi dengan seuntai selendang putih menutupi bahunya yang ringkih, menari terbawa angin disetiap gerakan yang ia lakukan.

"Kau memikirkan King Christopher lagi?" Tanyanya kemudian.

Seluruh dunia sedang mengutuk Raja itu sekarang, sebab tidak hanya tega menggelontorkan kekuasaan orang tuanya sendiri, nama Christopher beserta perbuatan kejinya juga makin melambung berkat kesuksesannya menaklukan kerajaan-kerajaan kecil yang ia lewati.

"Hyunjin, aku takut ..."

"Apa yang kau takutkan? Kami ada disini," Jawab Hyunjin sambil membalik tubuh Jeongin, lalu mengecup lembut keningnya, "Rithernum akan berdiri di garda terdepan untuk melindungimu beserta rakyatmu."

Janji tersebut terdengar begitu manis bagaikan kembang gula. Membuat sang Putri buta lagi-lagi tebuai oleh seluruh pesona dari pangeran dihadapannya. Mereka berciuman setelah itu. Hyunjin mendekap pinggang Jeongin rapat, sementara kedua tangan yang lebih muda melingkar bahagia di lehernya.

Mata kelabu Putri menyayu, sesekali terpejam merasakan sensasi geli kala bibir dan lidah Hyunjin menyusuri leher dan tengkuknya. Dadanya berdebar hebat. Hyunjin selalu melakukannya dengan hati-hati. Selama dua bulan lebih semenjak mereka makin dekat dan mengenal satu sama lain, ia dan calon suaminya ini tidak ragu untuk beranjak ke hubungan terintim bagai sepasang suami istri, nyaris setiap hari.

Hyunjin berkata bahwa; Toh, kau akan menjadi permaisuriku suatu saat nanti. Dan tentu saja Jeongin yang lugu tidak memiliki alasan untuk menolak.

Demi surga, Jeongin benar-benar jatuh cinta padanya. Menyerahkan tubuhnya seperti ini dirasa lumrah mengingat keduanya akan benar-benar terikat tak lama lagi.

The Royal PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang