06 ◎ Goresan

28 5 0
                                    

  Kalo ada typo kasih tau yaa
Langsung aja yuk!

  Pelajaran kedua telah usai sekarang semua murid kelas 11 Ipa-2 sedang menunggu pergantian pelajaran, Andhara memanfaatkannya untuk ke toilet sebentar.

  Ruangan yang tidak terlalu luas itu dihiasi dengan satu kaca besar berbentuk persegi menjadi daya tarik kaum hawa untuk berdandan atau membenarkan make up juga sekedar untuk panggilan alam.

  Andhara sampai di ruangan beralaskan keramik dingin, ia mendengar beberapa langkah kaki mungkin ada yang ingin ke sini. Tiba tiba pandangannya gelap dan ia tak bisa bernapas.

***
  Andhara mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Ia memandang sekeliling tempat yang sangat kotor, penuh dengan debu di tepi dinding sudah di tumbuhi lumut dan udara di sini sangat lembap.

"Sadar juga lo," suara berat itu menyapa Andhara yang tengah terkulai lemas dengan tangan yang di ikat di belakang.

"Punya mata di pake!" balas Andhara sengit.

"Oh lo berani?" tentu saja Andhara berani, sudah dari kecil ia diajarkan bela diri, melawan tiga preman saja berani apalagi cowok di depannya.

"Kalo gue berani kenapa?" cowok yang memakai masker dan kacamata hitam langsung berdecak sebal.

  Laki laki itu mendekat ke arah Andhara sambil memegang cutter. Tenggorokan Andhara tercekat nyalinya menjadi menciut ia tak berani karena adanya benda tajam, ia menyodorkan cutter itu ke leher Andhara lalu berbisik.

"Masih berani sama gue?" tanya laki laki itu dengan suara pelan, Andhara hanya diam.

"Lo jadi orang jangan belagu!" ancamnya.

"Lo juga jadi orang jangan cemen, masa pake cutter," ucap Andhara dengan keberaniannya.

"Maksud lo apa!" ia mendekatkan cutter lebih dekat lagi ke leher Andhara.

"Langsung ke poinnya aja! Lo jangan deketin Leo atau lo kena akibatnya!" katanya sambil menjelaskan maksudnya.

"Lo siapa sih! Nggak usah urusin gue, urusin hidup lo hidup cuma sekali dan lo harus manfaatin sebaik mungkin," tiba tiba Andhara teringat quotes yang ia baca.

Orang itu terdiam beberapa saat. "Halah banyak bacot lo!" sambil menekan ujung cutter agar lebih panjang, ia menggoreskan ujung cutter ke arah pipi Andhara yang putih bersih, ia membuat tiga goresan, pipi kanan dan kiri juga bagian dagu.

"Selamat tinggal, Andhara!" lalu ia meninggalkan Andhara sendirian kemudian mengunci ia di ruangan sempit dan gelap ini.

Andhara menangis sesegukan,goresan yang panjang terus mengeluarkan darah lalu menetes membasahi pipinya bercampur dengan air matanya.

****

Istirahat tinggal beberapa menit lagi tapi kelasnya sudah di bubarkan lebih cepat.Ia mencari keberadaan sosok perempuan galak yang baru saja putus dengannya.

Ia menyapu pandangan ke seluruh kelas tetapi tidak ada Andhara.

"Shana!" ia nyaris berteriak memanggil sahabat Andhara yang tengah berdiri di ambang pintu.

"Ya?" ia menjawab." Lo liat Andhara?" ia menggeleng lalu membalas."Tadi dia ijin ke toilet tapi sampe sekarang belum balik," tuturnya.

Mungkin karena Leo fokus dengan guru yang mengajar ia tak melihat Andhara pergi. Ia harus mencarinya!

Leo berlari tergesa gesa menuju toilet perempuan. Kosong melompong. Ia juga mengelilingi toilet kelas dua belas yang berada di atas.

Sepuluh menit kemudian hasil masih nihil, hampir seantero sekolah ia mencarinya masih ada satu tempat di dekat gudang tapi apakah mungkin ia berada di situ di karenakan tempatnya yang sudah lama tak terawat.

"Gue ke sana, pilihan satu satunya, nggak mungkin Andhara bolos," Leo berlari buru buru karena sepuluh menit lagi bel berbunyi.

Ia mencoba pintunya tapi terkunci dan akhirnya mendobraknya. Leo melihat keadaan Andhara yang terkulai lemas dan ada luka di wajahnya dengan segera ia melepas ikatan di tangannya dan menggendongnya ala bride style.

Guru guru yang berada di jalan pun melihat dengan panik bahkan ada yang menyuruhnya untuk membawa ke unit kesehatan.

"Astaga, itu kenapa cepat bawa ke Uks," Leo menoleh dan mengangguk, melaksanakan apa yang di perintahkan guru olahraganya tersebut.

****

Ruangan bernuansa putih dengan gorden pembatas di samping ranjang serta bau obat obatan menyeruak di indra penciuman Andhara.

  "Lo nggak papa, Dhar?" Leo di sampingnya terlihat cemas, Andhara mengangguk pelan. Andhara melihat jam di tangannya pelajaran ke lima sudah di mulai bisa bisa ia tertinggal.

"Lo tenang aja,udah gue ijinin," ia tersenyum." Tadi Shana ke sini keliatan khawatir," kini Andhara tersenyum.

"Makasih," ucap Andhara lalu membuang muka, memindahkan posisi kepalanya ke samping kiri.

****

Huahh,gimana pendapat kalian?
Sedih?
Ngeri?
Atau aneh?

Segini dulu ya,see u hari kamis

AndharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang