" Jendela derita tak cukup hanya jendela kamarku saja jendela dapur juga menjadi saksi derita oleh ayahku..
Umur nya yang tak lagi muda membuat rambutnya memutih diseluruh kepala..
Tapi tenaga nya masih bisa dibilang kuat , badanya yang tinggi dan tulang nya yang masih mampu menopang segala angin dan berdiri disetiap langkah kakinya..
Hanya saja sejak aku umur 5 tahun dia menderita penyakit kejiwaan , sifatnya kembali ke kanak kanak yang kata banyak orang sebagai ayah adalah pahlawan ..
Namun kini ayahku bukan lagi pahlawan namun seorang badut yang bodoh , melamun dijendela , berbicara sendiri dan berbicara yang kdg tdk masuk kelogika kami ..
Selama ayahku sakit aku tdk menerima kasih sayang dari ayah padahal aku ingin belajar dari ayah sosok laki laki yang tdk akan menyakiti hati putrinyaa.