ENAM

4K 130 8
                                    

Selamat membaca....

.......

Angin malam yang dingin menerpa wajah cantik Adara. Malam ini tidak ada bintang yang menghiasi langit, hanya terdapat bulan sabit saja. Sungguh malam ini sangat dingin, ia lupa membawa jaketnya. Adara terus berjalan menyelusuri jalanan perumahannya untuk ke minimarket. Jelas saja ia ingin membeli cokelat, malam ini stok cokelat di kulkasnya sudah habis. Adara tidak bisa menonton drama korea tanpa disuguhi cokelat.

Adara pun memasuki minimarket dan segera menuju rak dimana cokelat itu berada. Ia mengambil beberapa cokelat untuk stok hari kedepannya. Adara malas jika harus bulak-balik membeli cokelat.

Tanpa membuang waktu, Adara segera membayar cokelatnya ke arah kasir. Malam ini sangat mendung, sudah dipastikan akan turun hujan. Ia harus cepat-cepat pulang agar tidak kehujanan.

"Yah, hujan."cicit Adara ketika dirinya baru saja keluar dari minimarket.

Hembusan angin malam disertai hujan sangat dingin mengenai tubuh Adara. Ia hanya mengenakan celana panjang serta baju pantang, tetapi itu saja tidak cukup untuk memberinya kehangatan. Ia kesal kepada dirinya sendiri yang tidak membawa payung. Padahal Rani sudah menyuruhnya untuk membawa payung tetapi Adara menolak.

"Ngapain berdiri disini?"

Adara terkejut ketika Danial berada di sebelahnya. Ia tidak mengetahui jika Danial berada di minimarket ini. Padahal di perumahan Danial juga terdapat minimarket. Lalu mengapa Danial memilih minimarket yang dekat dengan rumahnya?

"Danial,"kaget Adara.

Danial menatap Adara lekat. "Mau dianterin?"

Adara menjadi gugup. Perhatian kecil Danial tidak bagus untuk kesehatan jantungnya. Selalu saja begini jika Adara berada didekat Danial. Padahal Adara berusaha menghilangkan rasa ini yang seharusnya tidak boleh terjadi. Ia sekarang mempunyai Yogi yang sangat mencintai dirinya.

"Gak usah."jawab Adara.

Adara bisa saja menelepon Yogi untuk menjemputnya. Tapi karena ini hujan, ia tak mau menyusahkan Yogi. Tujuannya baik, Adara tak mau Yogi khawatir akan keadaannya. Padahal jika Adara memintanya, bagi Yogi tak masalah karena Adara adalah prioritasnya Yogi.

"Ini udah malem, Dar."

Adara membuang pandangannya agar tidak bertabrakan dengan pandangan Danial. "Kalo lo mau pulang, pulang aja. Gue bisa pulang sendiri."

"Ya udah gue tetep disini nemenin lo."ucap Danial tulus.

Adara menoleh ke arah Danial, dan pandangan mereka pun bertemu. "Jangan aneh-aneh deh, Dan."

Danial tidak menjawabnya. Ia terus berdiri di sebelah Adara. Danial tak mau Adara kenapa-kenapa. Sedari dulu Danial sangat menjaga Adara sekali, ia tak mau ada luka sedikitpun di tubuh Adara.

Adara menatap langit malam. Ia berharap agar hujan segera berhenti dan dirinya akan segera pulang. Berlama-lama dengan Danial membuatnya mati kutu. Tetapi sepertinya dewi keberuntungan tidak berada di pihak Adara, karena hujan semakin deras disertai petir.

"Dar, gue anterin lo."titah Danial dengan menarik tangan Adara tetapi Adara hanya diam saja di tempat.

Adara melepaskan tangan Danial. "Kalo lo mau pulang, pulang aja. Gue bisa pulang sendiri. Sebentar lagi juga reda kok."

Ini yang Danial tidak sukai dari Adara. Sedari dulu Adara itu keras kepala. Adara adalah tipe cewek yang kekeh akan pendiriannya. Tetapi jika situasinya seperti sekarang, seharusnya Adara mengesampingkan sifatnya yang batu itu.

Danial 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang