SEPULUH

3.4K 143 25
                                    

Happy Reading...



...........

Danial hanya terdiam memandangi pagar yang menjulang tinggi itu. Ingin sekali rasanya Danial bertemu dengan gadis yang selalu memenuhi isi pikirannya untuk meminta maaf, tapi rasa gengsinya terlalu tinggi.

Entah mengapa semalam Danial mengatakan hal yang sudah dipastikan membuat gadis itu sakit hati. Ia sungguh menyesal. Sekeras apapun Danial untuk melupakannya, rasa cinta kepada gadis itu akan mengalahkan segalanya.

Saat Danial ingin menjalankan motornya meninggalkan rumah tersebut, terlihat Adara sedang berjalan ke arahnya. Danial terdiam dengan terus memperhatikan pergerakan Adara.

Adara akhirnya membuka gerbangnya dan menatap Danial dengan tersenyum. "Danial,"

Danial kemudian mengubah mimik wajahnya menjadi datar, ia terdiam tak membalas panggilan dari Adara. Adara yang melihat itu menjadi sedih, Danial sekarang sangat berbeda.

"Ada apa, Dan, kesini?"tanya Adara masih dengan senyum berusaha untuk baik-baik saja.

"Cuma lewat."jawab Danial.

Adara mengira Danial akan meminta maaf soal kejadian semalam, tapi mungkin Adara nya saja yang terlalu berharap lebih. Selalu saja harapan tak pernah sama dengan ekspetasi. Adara tetap saja berusaha untuk tersenyum.

"Lo marah sama gue?"tanya Danial.

Adara menggeleng. "Enggak, kok."

"Bagus deh, gue juga gak ngerasa bersalah."ucapnya kemudian menjalankan motornya dan meninggalkan Adara tanpa mengucapkan kata sepatah pun.

Adara terdiam memandangi motor Danial yang sudah menghilang di tikungan. Air matanya tanpa sadar menetes di pipinya. Melihat Danial yang sikapnya kembali dingin membuat hatinya sangat terluka.

"Kamu sesedih itu?"

Adara menoleh ke arah samping dan menemukan Yogi sedang berjalan menghampirinya. Adara segera menghapus air matanya itu.

Yogi sebenarnya sudah melihat semua kejadian tadi. Melihat tatapan Adara kepada Danial membuat hati Yogi ikut sakit. Pacarnya yang ia sayangkan, tetapi masih menginginkan mantannya. Yogi tahu, semenjak Adara menjadi pacarnya, Yogi belum bisa bahagiakan Adara.

Yogi memengang pipi Adara dan menghapus jejak air matanya. "Jangan nangis, ya."

Adara menatap Yogi lekat. "Kamu liat semuanya tadi?"

Yogi tanpa ragu mengangguk membenarkan ucapan kekasihnya itu. "Iya."jawabnya masih tetap tersenyum.

Adara tahu, pasti Yogi sangat marah kepadanya. Cowok mana yang tidak marah jika mengetahui pacarnya masih saja mengharapkan masa lalunya. Tetapi sebisa mungkin Yogi tidak mengeluarkan amarahnya kepada Adara.

"Marah, ya?"tanya Adara dengan suara pelan seperti berbisik.

"Pengennya sih marah, tapi aku masih bisa tahan, kok."ucap Yogi lembut tanpa di buat-buat.

Hati Adara tersentuh dengan ucapan Yogi tadi. Yogi mengucapkannya benar-benar tulus tanpa ada paksaan. Memang selama pacaran, Yogi tidak pernah membentak Adara. Sebanyak apapun kesalahan Adara, Yogi tidak pernah membentaknya. Menurutnya, perempuan itu harus di jaga baik-baik perasaannya, karena pada dasarnya perasaan perempuan itu sangat sensitif.

"Kalo pengen marah, marah aja. Aku tau kalo aku salah."ucap Adara dengan menundukkan kepalanya. Ia benar-benar seperti perempuan tidak tahu di untung.

Yogi menarik dagu Adara agar kembali menatapnya. "Denger baik-baik ya. Mana mungkin aku bisa marah sama kamu. Kamu hanya perlu tau satu hal, aku lebih sayang kamu."

Danial 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang