EMPAT BELAS

870 64 20
                                    

Malam hari ini Danial sedang mengendarai motornya sendirian dengan tujuan yang tak jelas. Semenjak menetap kembali di Indonesia, Danial jarang keluar rumah dengan motor lamanya itu. Motor Danial terhenti didekat sebuah taman. Taman ini jelas memiliki banyak kenangan tentang dirinya dan juga Adara. Danial tersenyum kecut mengingat kejadian di masa lalunya.

Pandangannya tak sengaja melihat sosok yang saat ini ia pikirkan. Agar tidak salah melihat, Danial membuka kaca helm untuk memastikan jika pandangannya tak salah. Ternyata benar dugaannya, itu Adara!

Danial turun dari motornya dan melangkah mendekati Adara. Adara masih tidak menyadari jika disampingnya sudah terdapat Danial karena ia masih sibuk bermain ponsel.

"Eh, Dara."ucap Danial seolah ia pun baru menyadari jika ada Adara di dekatnya.

Adara mengalihkan pandangannya dari ponsel hingga menatap wajah Danial. Adara tentu saja terkejut. "Danial, ngapain disini?"

Pertanyaan Adara membuat Danial gugup. Ia pun tak tahu mengapa ia mendekati Adara. Mencoba kembali santai, Danial menjawab pertanyaan Adara. "Ya jelas beli jagung bakar lah. Pasti lo kepedean kan ngiranya gue ikutin lo." Danial pun memesan jagung bakar untuk dirinya.

"Siapa juga yang pede, orang cuma nanya." Adara kembali memainkan ponselnya. Tak lama jagung bakarnya telah jadi. Adara segera membayar dengan uang yang pas. Ia tak mau berlama-lama dengan Danial yang menyebalkan menurutnya.

Saat Adara bersiap ingin pergi, tangan Danial menghalanginya. "Apa lagi?"tanya Adara masih dengan sabar.

"Gue boleh pinjem uang lo? Gue lupa bawa dompet." Oh, shit! Danial sudah dipastikan sangat malu sekarang. Padahal Danial jelas-jelas bawa dompet, tapi entah mengapa mulutnya asal ceplos saja mengatakannya. Danial hanya tak ingin Adara pergi darinya.

Tak lama Adara tertawa kecil mendengar ucapan Danial. "Ternyata seorang Danial bisa juga ya lupa bawa dompet."

"Lo mau pinjemin gue gak? Gue gak butuh ejekan dari lo."

Adara merogoh saku celananya dan memberi uang lima puluh ribu kepada Danial. "Nih. kembaliannya ambil aja ya, gak usah bayar juga. Itung-itung gue amal."

Danial dengan cepat mengambil uang dari Adara. "Lo kira gue pengemis, gue akan tetep bayar."

Adara menghendikan bahunya acuh. "Terserah lo." Adara pun kembali melangkahkan kakinya. Lagi dan lagi suara Danial menghentikannya.

"Bentar," jagung bakar pesanan Danial pun telah jadi. Ia membayarnya dengan uang yang di berikan oleh Adara. "Kembaliannya ambil aja pak."

"Mau bareng gue gak pulangnya?"tanya Danial.

"Gak usah, gue bisa jalan kaki sendiri."

"Ini udah malem, Dar. Lo mau digoda om-om?"bujuk Danial agar Adara mau ikut dengannya.

"Mau gue digoda om-om atau di culik banci kek, bukan urusan lo kan."

"Lo yakin?"

Adara mengangguk dengan kesal. "Ck, iya. Lagian sejak kapan sih lo banyak ngomong sekarang. Dulu aja lo gak peduli gue mau gimana-gimana pun."

Danial kemudian menarik paksa tangan Adara dan membawanya mendekati motornya. "Lo lupa kalo gue gak suka ditolak?"

Akhirnya Adara pun mengalah. Ia tak lagi membantah ucapan Danial. Adara sudah sangat hafal dengan sifat Danial yang suka memaksa itu. Danial sudah bersiap diatas motornya dan menyuruh Adara segera naik.

"Mau pake helm?"tanya Danial lembut.

"Enggak. Lo aja."

Danial memanggil seorang anak kecil yang tak jauh dari dirinya. Anak kecil itu pun menghampiri Danial dan Adara. Tak disangka Danial memberikan jagung bakarnya kepada anak kecil itu. Perbuatan Danial tak lepas dari pandangan Adara. Tanpa sadar senyum kecil terlihat dari bibir Adara.

Danial 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang