"Yon! Kamu jadi anter aku ke sekolah kan?" suara seorang cewek di sebrang telfon.
Dion dengan senyum sumringah menjawab, "Pasti dong, Yang. Kamu tunggu aja ya, aku bentar lagi siap terus langsung cus ke rumah kamu."
"Oke, aku tunggu ya." ucap cewek itu lagi.
"Iya. Bye sayang, muach!" balas Dion, lalu detik berikutnya ia memutuskan sambungan telfon dari seorang gadis yang bernama Aqila yang tertera di layar ponselnya.
Memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya, Dion pun segera meraih tas yang tergeletak di kasurnya lalu setelah itu berjalan keluar dari kamarnya.
"Bunda....Dion berangkat ya!" teriak Dion dari luar kamarnya yang memang terletak tidak jauh dari pintu keluar.
Tidak ada sahutan dari Bunda yang Dion maksudkan. Jadi dengan begitu Dion tanpa membuang waktunya segera keluar dari rumah untuj menuju garasi rumah bermaksud mengambil motornya yang ia parkirkan di sana. Namun langkahnya segera berhenti begitu bunyi klakson memasuki gendang telinganya. Dion menoleh ke arah pagar dan mendapati seorang cowok dengan wajah yang ditutupi kaca helm melambai ke arahnya.
Dion mengerinyit bingung, tapi ia tetap berjalan mendekat ke arah pagar untuk mengetahui siapa orang itu.
"Naik!" suruh orang itu setelah Dion berdiri tepat di samping motornya yang besar.
Mendengar suaranya tentu saja membuat Dion segera sadar dan mengenali siapa orang yang ada di balik kaca helm tersebut. Ia terkekeh pelan lalu menepuk-nepuk bahu cowok itu yang ternyata adalah sosok Aznan yang kini sudah memperlihatkan wajahnya menatap malas ke arah Dion.
"Jadi elo seriusan mau anter jemput gue tiap hari?" ujar Dion setelah dirinya selesai menepuk bahu Aznan.
Aznan menganggukkan kepalanya.
"Gue serius. Gue nggak main-main sama ucapan gue kemaren. Gue beneran bakal bikin lo suka sama gue, dan salah satu caranya ya dengan anter-jemput lo." balas Aznan. Setelahnya satu tangannya ia taruh di atas kepala Dion dan di acaknya pelan rambut Dion yang sudah rapi itu.
"Udah jangan banyak omong. Yuk, naik. Sayang." ujar Aznan di akhiri dengan senyum manis yang ia pamerkan.
Dion tidak diam saja, ia menepiskan tangan Aznan dari kepalanya dan segera memperbaiki rambutnya yang berantakan akibat ulah Aznan. Setelah itu ia pun turut membalas senyuman Aznan, namun sangat terlihat kalau dirinya memaksakan senyuman itu.
"Maaf ya sayang. Tapi hari ini gue udah ada jadwal buat anter pacar gue yang lain. Jadi, lo duluan sana gih. Liat muka lo bikin gue eneg tau nggak." ujar Dion, lalu berniat berbalik untuk kembali melaksanakan niatnya. Namun dirinya tidak bisa melakukan hal itu, karena tangannya di tahan oleh Aznan sehingga membuatnya mau tidak mau harus kembali menatap Aznan.
"Kok lo malah pacaran sama orang lain sih? Bukannya lo bilang ikut permainan ini ya? Lo bilang nggak bakal tinggal diem dan mau bikin gue yang jadi suka sama elo. Gimana dah." ujar Aznan.
"Ya gue emang bilang gitu. Tapi nggak mesti gue harus tiap hari bareng elo kan? Lo cowok njir. Gue masih normal, dan sekarang gue mau jemput pacar gue kerumahnya." balas Dion sambil melepaskan tangan Aznan dari lengannya.
Aznan terlihat tidak terima mendengar pernyataan dari Dion barusan. Ia turun dari motornya, lalu menaruh kedua tangannya di dadanya sambil menatap Dion yang ternyata baru ia sadari kalau Dion lebih pendek darinya.
"Gue juga normal, nyed! Tapi gue udah bertekad untuk balesin dendam adek gue ke elo. Jadi lo jangan bacot dan naik ke motor gue sekarang. Soal pacar lo, biar kita bonceng tiga ke sekolah. Ok?" ucap Aznan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Meet Badboy [END]
Teen FictionDion Fergian seorang Playboy kelas kakap yang kini harus menerima karam begitu dirinya telah salah memilih korban untuk disakitinya. Ia sudah mempermainkan hati Adik dari Aznan Syahrizal seorang Badboy yang terkenal akan kenakalan dan kekuasaannya d...