03. Si Badboy

27.5K 3K 413
                                    

Aznan segera mengenakan sepatunya setelah ia mengabari Dion kalau dirinya akan menjemputnya beberapa menit lagi.

Rokok yang di hisapnya pun kini sudah mengecil, dan tidak ada pilihan lain selain membuangnya ke tong sampah di dekat meja belajarnya setelah sebelumnya ia mematikan api yang masih menyala di bagian puntung rokok tersebut.

Bersamaan dengan dirinya berdiri dari duduknya, pintu kamarnya terbuka lebar dan menampakan sosok gadis yang terlihat cantik dengan proporsi badan yang memadai. Dia adalah Sari. Adik dari Aznan, dan kini dia berjalan mendekat untuk memperhatikan penampilan Kakaknya dari atas sampai ke bawah.

"Ada apa?" tanya Aznan yang segera menghentikan niat Sari yang ingin menilai penampilannya malam ini.

"Enggak. Gue cuma heran, tumbenan tuh celana Kakak nggak ada robek-robeknya. Mau nge-date ya sama Dion?" ujar Sari dengan satu telunjuk ia ulurkan ke arah wajah Aznan.

"Nge-date pala lu peyang! Gue pacaran sama dia aja gara-gara permintaan lo. Mana mau gue nge-date sama dia. Kayak nggak ada cewek lagi aja di dunia ini." balas Aznan.

"Terus Kakak mau kemana?" Aznan menggeleng pelan untuk menjawabnya.

"Udah, lo jangan banyak tanya. Lo jaga rumah ya, gue mungkin bakal pulang paling lama jam 11. Ntar gue telpon lo buat bukain pintu. Oke?" akhir Aznan, lalu berniat untuk beranjak dari sana yang segera di urungkan oleh Sari yang memanggil namanya.

Aznan berhenti melangkah dan menolehkan kepalanya dengan alis yang di angkat sebagai tanda ia bertanya.

"Kakak jangan lupa untuk balesin dendam gue. Kakak jangan sampe terbawa suasana dan akhirnya lupa sama apa yang Kakak rencanain!" ingat Sari. Mendengarnya membuat Aznan memandang adiknya itu malas.

"Lo tenang aja. Gue berangkat ya. Jangan bilang Ayah sama Mamah kalo gue keluar sampe tengah malem. Kalo lo ngadu, gue langsung batalin semua ini." ujar Aznan sedikit mengancam Sari.

"Oke."

Setelahnya Aznan pun kembali melanjutkan perjalanannya keluar kamar untuk menjemput Dion pacar barunya ke tempat pertandingan balap motornya malam ini. Namun sebelum ia menjalankan motornya, ia terlebih dahulu menempelkan dua magnet kecil ke daun telinganya, dan setelah itu Aznan kini merasa kalo ia melihat jati dirinya yang sesungguhnya saat ia menatap kaca spion tadi. Ia tersenyum singkat, lalu segera menaiki motornya untuk memulai menjemput kekasihnya.

• • •

Motor yang di kendarai Aznan perlahan berhenti saat dirinya sudah sampai tepat di depan pagar rumah Dion. Ia mematikan mesin motornya lalu turun dari sana untuk masuk ke dalam halaman rumah Dion yang tidak terlalu luas itu. Namun Aznan segera berhenti melakukan aksinya begitu matanya melihat sosok Dion yang keluar rumah bersama sesosok wanita dewasa yang tersenyum hangat kepada pacarnya itu.

Dalam sekali lihat, Aznan sudah mengetahui kalau wanita itu adalah Ibu dari Dion. Terlihat jelas dari senyuman, mata, dan bentuk wajahnya yang terlihat sama. Jadi Aznan yakin kalau memang benar kalau wanita dewasa itu adalah Ibunya Dion.

Mata Aznan bertemu dengan mata Dion saat Dion berbalik dan melihat ke arah pagar. Tanpa ragu Dion mengulas senyum tipis untuk menyapa Aznan yang sudah sampai di depan pagarnya bertepatan dengan dirinya yang sudah siap untuk pergi.

"Lo tindikan?" tanya Dion begitu dirinya sudah berdiri di hadapan Aznan.

"Enggak. Ini cuma magnet doang. Lo udah siap kan?" tanya Aznan balik yang segera di angguki oleh Dion.

"Yaudah naik." suruh Aznan.

"Gue mau naik. Tapi asal lo janji sama satu hal." tawar Dion.

Aznan menaikkan satu alisnya mendengar tawaran itu, namun pada akhirnya dia memilih mendengarkan apa tawaran Dion dengan cara menaikkan dagunya sebagai tanda kalau dia menyuruh Dion untuk bicara.

Playboy Meet Badboy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang