Bunda segera membuka pintu begitu suara ketukan terdengar beberapa detik yang lalu.
"Loh, Nak Aznan kok kesini? Dion kan hari ini nggak sekolah, Nak." ujar Bunda begitu wajah Aznan yang terlihat senang dengan senyuman lebar menyapa sang Bunda.
"Hari ini saya nggak sekolah, Tante." balas Aznan.
"Kenapa nggak masuk sekolah?" tanya Bunda sambil dengan mempersilahkan Aznan masuk ke dalam rumah.
Aznan tidak langsung menjawab, ia mengelus tengkuknya merasa tidak enak untuk mengucapkan alasannya datang kemari.
"Saya mau nemenin Dion dirumah, Tante." ucap Aznan sambil menatap malu ke arah lantai.
Sang Bunda yang mendengar itu tersenyum kecil melihat Aznan yang segan terhadapnya karena ingin menemani Dion, anak semata wayangnya.
"Oh, gitu. Kebetulan kalo gitu. Tante hari ini nggak bisa ambil cuti kerja. Jadi Tante merasa tertolong kalo kamu emang mau nemenin Dion dirumah. Tapi, kamu beneran nggak keberatan kan?" ujar Bunda. Aznan yang mendengar itu merasakan lampu hijau menghampirinya.
Ia segera mengangguk semangat dan tersenyum bertambah lebar.
"Bener, Tan. Saya nggak keberatan sama sekali kok. Saya malah se--neng..." ucap Aznan yang sedikit berlebihan dan merasa malu sendiri karena hal itu. Apalagi saat ia menyadari kalau wanita dewasa di depannya ini adalah Ibu dari kekasihnya, Dion.
Bunda terkekeh melihat gelagat Aznan yang tentu saja baru kali ini beliau melihatnya.
"Yakin kamu bakal seneng? Dion kalo lagi sakit banyak maunya loh. Terus kalo nggak di turutin bakal ngambek." ujar Bunda yang sebenarnya hanya ingin bercanda, namun sayangnya hal itu di tanggapi serius oleh Aznan yang menggeleng kuat.
"Nggak apa, Tan. Saya siap buat ngelakuin apa aja yang Dion mau. Jadi, Tante nggak usah khawatir dan fokus kerja aja. Biar saya yang urus anak kesayangan Tante itu." ucap Aznan.
Dan kesayangan gue juga. Tambah Aznan dalam hatinya.
Bunda mengangguk paham. "Oke deh. Bunda percaya sama kamu. Jagain Dion selagi Bunda kerja ya. Dan nanti kalo Dion ngerepotin kamu, kamu pukul aja. Bunda ikhlas." ujar sang Bunda. Aznan mengangguk mengerti.
"Yaudah, kalo gitu Bunda balik ke kamar dulu ya. Mau siap-siap kerja. Kamu langsung masuk ke kamarnya Dion aja, sekalian bangunin suruh sarapan." ucap Bunda, dan setelah menerima anggukan dari Aznan beliau pun berlalu dari sana meninggalkan Aznan yang diam memperhatikan Bunda sampai akhirnya sosok Bunda sudah tidak terlihat lagi.
Setelah itu, Aznan pun turut beranjak dari sana dan berjalan ke arah pintu kamar Dion yang segera ia buka begitu ia sampai di depannya.
Pemandangan pertama saat ia sudah masuk ke dalam kamar Dion adalah samar. Gorden yang menutupi jendela kamar Dion masih tertutup rapat sehingga sinar matahari belum masuk ke ruangan itu yang tentu saja menyebabkan kamar Dion terlihat gelap walaupun masih bisa di lihat jelas oleh mata Aznan yang fokus menatap ke arah tubuh Dion yang masih terbaring di atas ranjang.
Awalnya Aznan ingin segera menghampiri tubuh tersebut untuk melihat ekspresi Dion saat tertidur. Namun Aznan mengurungkannya sebentar untuk berjalan ke arah jendela bermaksud untuk membuka gorden tersebut yang kini kamar Dion sudah menjadi terang karena cahaya matahari sudah masuk dan menyinari sebagian ruangan yang ada disana.
Aznan segera berbalik dan tersenyum simpul melihat sosok Dion yang sedikit terganggu karena cahaya matahari yang mengenai wajahnya. Namun dengan cepat Aznan segera menutupi cahaya tersebut sehingga sekarang Dion sudah kembali tenang dengan deru nafas yang teratur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Meet Badboy [END]
Teen FictionDion Fergian seorang Playboy kelas kakap yang kini harus menerima karam begitu dirinya telah salah memilih korban untuk disakitinya. Ia sudah mempermainkan hati Adik dari Aznan Syahrizal seorang Badboy yang terkenal akan kenakalan dan kekuasaannya d...