Legendary!
Triple Kill!
Maniac!
Wajah serius milik Dion menatap layar ponsel kini segera menghilang begitu layar ponselnya menampilkan panggilan telepon dari seorang Aznan yang akhir-akhir ini mengisi harinya.
Karena merasa terganggu, ia segera menggeser tombol merah di layar tersebut lalu dengan harap-harap cemas menatap game yang ia mainkan tadi.
Shutdown!
You have been slain.
"Anjing! Aznan bangsat!" maki Dion begitu melihat hero favoritnya mati dengan tidak elitnya di saat-saat dirinya hendak mencapai kata savage yang seharusnya terdengar jika saja Aznan tidak menelponnya tadi. Apapun itu, dia benci situasi seperti ini. Rasanya ingin memukul orang saat ini juga.
Bersamaan dengan dirinya yang menutup game yang ia mainkan. Ponselnya kembali berdering, dan nama Aznan kembali terpampang di layar tersebut. Dengan rasa penuh kesal, ia menjawab panggilan tersebut lalu berteriak.
"Lo babik! Ngapain nelpon-nelpon segala sih monyet!" makinya yang tentu saja menimbulkan pertanyaan dalam benak Aznan yang berada di sebrang telpon.
"Lo kena-"
"Gara-gara lo gue gagal sepeg anjing! Kesel gue. Pengen makan orang. Ada apa sih nelpon gue segala, malem-malem lagi. Gue lagi push rank bego!" ujar Dion tidak membiarkan Aznan bertanya padanya tadi.
Aznan mencoba sabar dan mendengarkan semua ocehan Dion di ponselnya. Mungkin ia memang salah, karena menelpon pacarnya itu di hampir tengah malam. Tapi Aznan sungguh tidak tau kenapa Dion begitu marah hanya karena game? Jika Aznan menganggu Dion karena Dion sedang tidur, mungkin Aznan akan meminta maaf. Tapi ini.... Sebuah game?
"Udah?" ujar Aznan akhirnya setelah di ponselnya sudah tidak terdengar suara Dion lagi.
"Ya! Buruan lo mau ngomong apa. Bentar lagi gue mau tidur." balas Dion dengan nada tidak minat. Ia terlanjur kesal karena kejadian beberapa saat lalu.
"Besok kita kencan." ucap Aznan.
Dion yang tadinya ingin berjalan ke kamar mandi segera berhenti begitu mendengar kata kencan yang keluar dari ponselnya. Ia menaikkan satu alisnya merasa kurang yakin dengan apa yang ia dengar. Namun karena tidak mau mengambil pusing, Dion segera menanyakan ke Aznan tentang apa yang barusan ia dengar.
"Kita kencan? Besok?" tanya Dion.
"Iya. Kan kita udah pacaran dua minggu. Dan selama itu gue belum ngelakuin apa-apa buat bikin lo jadi beneran suka dan cinta sama gue. Makanya gue mau ngajakin lo kencan besok. Dan gue bakal ngebuat lo berdebar dan merasakan cinta untuk gue saat kencan itu." jelas Aznan, yang entah mengapa menimbulkan sedikit rasa kecewa di benak Dion. Ini seperti Aznan tidak dengan hatinya mengajaknya berkencan.
Tapi memang begitu kan kenyataannya? Semua yang mereka lakukan sudah terencana dan memiliki niat masing-masing. Jadi sudah tidak seharusnya Dion merasa seperti ini. Apalagi dia adalah seorang cowok yang sudah menyombongkan dirinya kalau dia akan membuat Aznan memakan sendiri niat yang dia buat untuknya.
Dan soal berdebar. Mungkin ia pernah merasakannya, walaupun cuma sekali. Namun itu sukses membuatnya bingung akan perasaannya terhadap Aznan. Dion berusaha menolak pemikirannya tentang Aznan, tapi sepertinya hal itu memang sulit untuk di jelaskan. Karena Dion tipe orang yang tidak mau berpikir yang sulit-sulit. Jadi dia membiarkan hal itu berlalu begitu saja sampai dirinya melupakan kejadian malam itu.
"Ok." jawab Dion lalu segera memutuskan sambungan telpon secara sepihak. Setelahnya ia melempar ponselnya ke atas kasurnya, lalu Dion melanjutkan perjalanan menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok giginya sebelum tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Meet Badboy [END]
Fiksi RemajaDion Fergian seorang Playboy kelas kakap yang kini harus menerima karam begitu dirinya telah salah memilih korban untuk disakitinya. Ia sudah mempermainkan hati Adik dari Aznan Syahrizal seorang Badboy yang terkenal akan kenakalan dan kekuasaannya d...