Seulgi berjalan pelan. Keluar dari kantor lebih awal, itu lebih baik. Bagaimana keadaan Irene?
"Seulgi!?" Panggil seseorang membuat Seulgi menoleh. "Kai?"
Lelaki itu berlari mendekat. "Kau mau kemana?" Tanya Kai.
"Ke apartement Irene." Jawab Seulgi pelan.
Kai memiringkan kepalanya menatap Seulgi. "Kenapa lemas seperti itu? Nona Irene sakit?" Tanya Kai.
Seulgi menggeleng. "Tidak. Dia sudah lebih baik pagi tadi kurasa. Hanya ambil cuti karena keributan kemarin." Ucap Seulgi.
Kai mengangguk. "Mau kuantar?" Tawar Kai ragu. Seulgi menatap Kai diam.
"Kurasa tidak perlu. Aku masih mau mampir supermarket. Irene minta dibelanjakan pagi tadi."
"Tak masalah. Aku akan menemanimu. Tunggu sebentar. Kunci motorku ada di ruangan. Tunggu di lobby." Ucap Kai.
Seulgi mengangguk patuh. Mereka berbalik kearah berlawanan.
Kai berlari cepat mengambil kunci motor dan jaketnya cepat. Sementara Seulgi duduk diam menunggu Kai kembali.
Kai cepat kembali, "Mari..." ucapnya Seulgi bangkit lantas mengikuti Kai keluar dari kantor.
Kai cepat mrnghampiri motornya yang terparkir di sana.
"Pakai helm-nya..." ucap Kai memberikan satu helm untuk Seulgi. "Sejak kapan kau membawa 2 helm?" Tanya Seulgi.
"Baru hari ini. Entahlah aku membaeanya begitu saja." Ucap Kai.
Padahal hari ini Kai memang berencana membawa Seulgi pergi. Tapi ia rasa suasana sedang tidak mendukung.
"Bisa minta tolong?? Ini tersangkut..." ucap Seulgi kesulitan mengunci helmbelt miliknya.
"Biar kubantu." Ucap Kai membenarkan belt Seulgi. Seulgi diam menatap Kai. Sedekat ini.
"Selesai." Ucap Kai tersenyum. Seulgi ikut tersenyum. "Terimakasih." Ucap Seulgi.
Seulgi segera duduk diatas motor Kai. Khawatir Kai menunggu terlalu lama.
"Sudah?" Tanya Kai. Seulgi diam mengangguk lantas membiarkan Kai melajukan motornya perlahan menjauhi kantor.
***
Wendy diam menatap Irene yang masih terlelap setelah makan dan minum obatnya.
"Apa yang terjadi padamu, Irene-ah?" Tanya Wendy pelan.
Tak lama ponsel Wendy berdering. "Iya sayang..." sahut wanita itu manis.
"Kau jadi ke Korea?" Tanya seseorang diseberang. "Aku sudah di Korea, Chan..." ucap Wendy tersenyum menatap keluar jendela.
"Kau dimana? Aku ingin menemuimu. Aku rindu..."
Wendy tertawa pelan. "Aigoo... Aku bahkan baru tiba. Nanti malam ya... Aku masih harus menjaga sepupuku. Ia sedang sakit." Ucap Wendy.
"Di rumah sakit? Kau sendirian?" Tanya lelaki diseberang sana.
"Tidak, sayang. Ia hanya demam. Aku di apartementnya sekarang. Dan ya, aku sendirian." Ucap Wendy kembali menatap Irene iba.
"Mau aku temani? Aku bisa pulang awal. Sekarang juga."
"Kau mau menemaniku atau modus ingin bertemu?" Tanya Wendy.
"Kita sudah 5 bulan tidak bertemu, aku gila tak bertemu denganmu."
Wendy hanya tertawa. "Iya... Iya... Boleh, akan kukirim alamatnya ya?" Ucap Wendy.
"Terimakasih Nona Park..." "Sejak kapan aku mengganti margaku?"
"Aku akan segera menikahimu, nanti aku yang merubah margamu." Ucap Chanyeol, tunangan Wendy.
"Ahahaha... Dasar Park Chanyeol!? Sudah... Matikan telfonnya. Sampai jumpa nanti..." ucap Wendy.
"Okey... Sampai jumpa..."
Panggilan berakhir cepat. Wendy kembali menatap Irene yang terlelap.
"Apa yang terjadi padamu?" Batin Wendy mengulum bibirnya.
***
Seulgi dan Kai masuk ke supermarket dekat kantor. Seulgi tak pernah pergi kesini.
Namun karena Irene berpesan agar belanja di supermarket besar ini karena bahan yang diinginkan lebih komplit.
"Kemarikan troli-nya." Ucap Kai mengambil alih jalannya troli dari Seulgi.
"T-terimakasih."
Seulgi sedikit tak enak, apalagi pernyataan Kai beberapa hari lalu belum ia jawab.
"Mau belanja apa?" Tanya Kai menatap sekeliling. "Itu... Titipan Irene. Aku sudah bawa daftarnya." Ucap Seulgi celingukan.
"Kau belum pernah kesini?" Tanya Kai. Seulgi cepat menggeleng, "Iya, aku tak paham rak bagian mana." Ucap Seulgi.
Kai menarik tangan Seulgi, merebut catatan yang Seulgi pegang. "Oh... Ayo..." ucap Kai berjalan cepat lalu diikuti Seulgi.
"Ini..." Kai dengan gesit mengambil barang-barang yang ada di daftar, membuat Seulgi hanya diam menatapnya.
"Selesai." Ucap Kai meletakkan barang terakhir disana. "Ayo bawa ke kasir." Lelaki itu menoleh menatap Seulgi yang diam menatapnya.
"I-iya..." ucap Seulgi segera beranjak lantas membawa semua belanjaan ke kasir.
Usai membayar, mereka lagi-lagi hanya saling diam. "Kau sering belanja kemari?" Tanya Seulgi di parkiran.
Kai mengangguk, "Kadang aku membantu ibuku." Ucap Kai. Seulgi mengangguk pelan.
"Ayo... Aku khawatir nona Irene menunggu terlalu lama." Ucap Kai membuat Seulgi cepat naik keatas motornya.
- TBC

YOU ARE READING
PSYCHO
RomanceApa yang harus kulakukan padamu? Bagaimana cara mengendalikanmu? Kau sangat memahamiku dan memegang seluruh kendali atas diriku. Dan aku juga melakukan yang sama...