Bagian 7

16 2 0
                                    

Pagi hari, Sehun berjalan pelan kearah ruangannya. "SEHUN!?" Teriak seseorang membuat Sehun menoleh cepat.

"Seulgi?" Gumam Sehun. Seulgi berjalan cepat menghampiri Sehun. "Aku harus bicara denganmu." Ucap Seulgi datar.

Berakhirlah mereka berdua di ruangan Sehun.

"Ada apa..." ucap Sehun datar. "Ada apa? Otakmu kau buang dimana, hhmm? Kenapa bertanya!?" Marah Seulgi.

Sehun memijat keningnya yang terasa pening. "Irene semalaman demam!? Semalaman dia menangis!? Semalaman dia menyebut dirinya bodoh!? Aku heran, secantik apa Lisa-mu itu. Irene kurang cantik? Kurang baik?"

Sehun menoleh cepat. "Apa? Irene sakit? Dia dimana?!" Panik Sehun.

Seulgi tertawa pelan. "Kenapa kau panik!? Bawa aku pada Lisa!? Biar kubunuh wanita itu!?" Umpat Seulgi.

"Seul... Aku bersumpah, ini semua salah paham. Kalian salah paham."

"Aku tak peduli soal itu. Itu urusan kalian. Tapi bertanggung jawablah atas Irene. Kau bisa membuatnya mati depresi!?"

Seulgi cepat menyingkir dari sana. Meninggalkan Sehun diam dengan pikirannya yang mulai kacau pagi ini.

"Aku harus bertemu Irene. Harus!?" Batin Sehun bangkit lantas berlari menjauh.

***

Irene berjalan pelan menyusuri jalan kearah dapur. "Aku lapar..." ucapnya membuka pintu kulkas.

Kosong.

"Okey... Bagus... Aku belum belanja." Umpat Irene menutup kembali pintu kulkas.

Ia menatap jam dinding. Jam 10 pagi. Selelah itukah.

Ting tong...

Irene menoleh cepat. Sepagi ini ada tamu?

"Mungkin Joy atau Seulgi." Batin Irene melangkah kearah pintu cepat.

Tangannya memutar knop pintu pelan. "Sia..." Irene seketika tercekat. "...pa?"

***

Sehun tiba di apartement Irene cepat. "Apa dia mau membukakan pintu?" Batin Sehun akhirnya menekan bel apartement Irene.

"Sia..." Sehun menatap penghuni apartement yang nampaknya terkejut atas kedatangannya. "...pa?"

Sehun menarik nafas pelan. "Boleh aku masuk?" Tanya Sehun lirih.

"Ada apa kemari?" Tanya Irene pelan.

"Ingin bertemu." Jawab Sehun singkat.

Irene mengangguk, menyingkir dari depan pintu dan membiarkan Sehun masuk.

"Kau sudah sarapan?" Tanya Sehun. Irene menutup pintu dan menggelengkan kepala.

"Ini..." lelaki itu meletakkan makanan yang ia bawa diatas meja.

"...makan dulu. Kau masih demam? Masih ada yang sakit?" Tanya Sehun melepas jas dan dasinya asal.

Irene diam menggeleng.

Sehun tahu Irene pasti marah padanya, Irene bahkam tak bicara sedikitpun.

"Irene-ah..." "Urusan kantormu sudah selesai?" Tanya Irene memotong pembicaraan Sehun cepat.

"Sudah." Balas Sehun. Irene duduk diam disana. Tak ingin menyentuh makanannya.

"Kau tak mau makan?" Tanya Sehun. "Nanti saja. Akan kumakan." Ucap Irene.

Sehun lagi-lagi menghela nafas.

"Aku minta maaf..." ucap Sehun pelan. "...tak seharusnya Lisa berlaku seburuk itu padamu."

Irene hanya diam.

"Aku bersumpah aku sudah tidak ada urusan apapun dengannya."

"Tapi aku bisa membedakan siapa yang berbohong, siapa yang jujur, Sehun." Ucap Irene datar.

Sehun menggeleng, "Aku bersumpah... Lisa memang masih ada perasaan padaku karena ia tak ingin mengakhiri apapun diantara kami waktu lalu. Aku benar sudah tak menginginkannya..."

Irene mengalihkan pandangannya acuh. "Kembalilah ke kantor. Biarkan aku sendiri." Ucap Irene.

Sehun mendekat. "Aku takkan pergi sebelum kau mendapat penjelasan yang kau inginkan. Apa lagi yang harus kujelaskan, Irene-ah?"

Irene menggeleng. Cukup Sehun.

"Keluar..."

"Tapi..."

"Aku bilang keluar!!!!!" Teriak Irene. Tiba-tiba seseorang berlari mendekat kearah Irene.

"Kau apakan sepupuku!!!" Pekik seorang wanita berwajah bulat cantik menarik Irene ke dekapannya.

"Wendy... Aku tidak..."

"Oh Sehun, aku minta kau keluar!?" Marah wanita itu meminta Sehun keluar.

Irene menutup telinganya. Tangisannya tertahan kuat.

Sehun keluar dengan kaki yang terasa berat. Ia tak bisa meninggalkan Irene begitu saja.

"Tenang... Sudah ada aku." Ucap Wendy, sepupu Irene. Ia seperti kakak untuk Irene.

"Aku sudah tak kuat..." eluh Irene.

- TBC

PSYCHOWhere stories live. Discover now