"mereka mengejarku karena aku seorang pembunuh"
"Apaaa?"
Bibir berperisa Cherry milik Milaya ternganga sempurna, saat rungunya dipenuhi suara bariton pria dengan penuturan penuh kejut namun terdengar remeh dibalik bibir tebal si pria Park."K-kau pem-pembunuh?"
Bukan saja bibirnya yang melebar, pun manik coklatnya tak kalah lebar saat mendikte kembali ucapan si pria Kim.
"Dan kau percaya?"
Gelak tawa pria itu seketika menggelegar mendapati raut wajah pasi di baluti ketakutan yang mungkin sengaja ingin ia lihat dari si wanita banyak maunya itu.
"Tenang saja, jikapun aku seorang pembunuh, aku tak mungkin menyakiti wanita secantik kau"
Lagi-lagi pria itu mengejutkan rungunya, dengan menyeret tatapan, mendilik manik kecuh wanita yang masih membola, mencoba memastikan dia masih bernafas, namun telah berhenti melanjutkan acara tanya-jawab lagi.
"Sudah, tidur saja, besok kita akan melanjutkan perjalanan panjang nona, malam ini bukan apa-apa"
Pria Kim menitahi dengan menyibakkan selimut beludru tebal itu ke tubuhnya, sedang Milaya masih dengan acara terkejut dengan takut-takut terpaksa mengikuti perintah si pria. Ia lelah, sangat. Tubuhnya butuh energi jikapun ia harus minggat dari pria tak jelas ini. Sepenuhnya ia percaya, jika pria dibalik selimut itu adalah seorang pembunuh.
Mentari mendilikkan sengatan cahaya di balik kelambu hijau tosca di Motel yang luasnya hanya beberapa kali meter saja. Ruang sedikit remang dengan pencahayaan minim serta kursi kayu panjang, dan kamar mandi kecil yang sepertinya hanya seluas gudang di Apartement Milaya. Sebenarnya ruangan ini cukup nyaman untuk si pria Park, namun tidak bagi wanita yang banyak maunya nan jumawa yang masih terlelap di alam bawah sadarnya.
"Hei, nona, bangunlah. ayo kita bersiap-siap"
Suara bariton pria yang baru saja keluar dari pintu persegi kamar mandi, setelah selesai membersihkan diri, dengan bulir bening yang masih setia menggantung di ujung surai setengah basahnya, merangsakkan handuk putih untuk menyegerakan proses pengeringan. Lantas membangunkan wanita yang masih setia memeluk bantalan yang semalam menjadi batas sekat wilayah mereka, sedang tubuhnya bergumul dalam selimut beludru itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
METANOIA🌺
RomanceMilaya hanyalah wanita yang mabuk dengan keduniawiannya, hingga seorang pria Park Jimin memperkenalkan dunianya yang penuh teka-teki. Haruskah Milaya ikut menjelajahi dunia yang Park Jimin tawarkan?