Dunia Milaya begitu pekat, entah siang atau malam, hidupnya tetaplah gelap, Segelap malam ini.
Wanita 25 tahun itu, membalut tubuh mulusnya dengan juntaian gaun hitam pendek dengan tali tipis menggantung di bahu putihnya sengaja mengumbar lekuk indah yang ia miliki. Bibir merekahnya ia polesi dengan warna merah terang, surai lembutnya ia sengaja geraikan, bersyukur wajah jelita itu tak terlalu membutuhkan bnyak polesan lagi, dia sudah cantik dari sananya.
Sebagian pria akan setuju jika ditanyai wanita bernama Milaya itu cantiknya bukan kepalang, jadi wajar saja para lelaki hidung belang akan bertekuk lutut bahkan bersimpuh bila perlu, hanya untuk mencicipi tubuh molek wanita bermanik coklat terang itu.Perawakannya yang langsing dan semampai, dikarunia wajah mulus tanpa cacat, dengan manik indah yang diselipi bulu hitam pekat nan lentik, hidung mbangirnya yang semakin menyempurnakan, terlebih saat ia memperlihatkan barisan gigi putih rapinya, dengan legokan Pipit yang semakin membuat lelaki kepayang saat senyum cantiknya terbit.
"Yah, baiklah, akan aku beri pelayanan yang terbaik"
Wanita cantik itu menjawabi panggilan diseberang sana, yang sudah tak sabaran menunggui kedatangan si jelita.
"Sudah sempurna. baiklah, waktunya bekerja kembali Milaya"
Omongnya saat menatapi wajah cantiknya di pantulan cermin, mengakhiri solekan yang diyakini sudah sangat sempurna.
Milaya melenggang dari kamar apartementnya, buru-buru menyambar highheels hitam yang tergolek rapi di rak sepatu untuk Membalut kaki telanjangnya. Setelahnya, mengambil kunci mobil mewah hadiah dari salah satu pelanggannya. Pelanggan yang sampai saat ini tergila-gila dan tak berhenti mengejarnya. Oh lupakan pria setengah gila itu dulu, Milaya perlu memberi pelayanan hebat untuk pelanggan selanjutnya.
.
.Sampailah dia ditempat yang telah di janjikan, sebuah Bar terkenal di salah satu kawasan elite.
"Apa ini benar tempatnya, lalu dimana pria itu?"
Gumamnya, kemudian mencari pria dengan ciri perawakan yang telah di beritahukan oleh 'Bos Besar'nya. Dilihatnya seorang pria diujung sana, tengah menikmati alunan lagu masa kini yang tengah dimainkan seorang Disc Jockey.
apa benar pria setampan itu membutuhkan belaian dari seorang wanita? Rasa-rasanya wanita didunia ini akan menyerahkan tubuhnya dengan sukarela untuk pemuda berwajah rupawan dengan bibir bawah sedikit tebal, dan hidungnya yang cukup besar namun tidak mancung juga. Bisa ditebak tubuhnya cukup kekar dibalik kemeja yang sedikit ketat membalutinya. Dengan Surai sedikit bergelombang dengan warna ash grey yang telah sedikit pudar.
"Kau Tuan Jimin?"Sapanya, pada pria yang tengah duduk di kursi tinggi dengan tapak tangan mungil yang terlihat amat jarang dipunyai sebagian pria. Dengan tapak halus yang tengah menopang gelas kristal berisi cairan coklat, menggoyang-goyangkan gelasnya, lantas manik pekatnya menatap sang jelita dengan sirat yang susah diartikan.
"Ya benar, aku Jimin"
Suara sedikit seraknya menjawabi, yang seketika dibalasi senyum simpul wanita yang telah menyudutkan bokong di kursi sebelah si pria.
"Jadi Tuan, kau ingin mengajakku bermain dimana?"
Milaya berujar, memainkan suara sensualnya ditelinga pria bernama Jimin itu. Jentik lentiknya ia mainkan nakal disekitaran leher jenjang si pria, mungkin saja menggoda.
Dooooooooorrrr
Belum sempat pria itu membuka bibir menjawabi si cantik, terjadi riuh kegaduhan yang disambut teriakan histeris pengunjung yang telah tunggang langgang melarikan diri. Letupan senjata yang membabi buta mendominasi ruang Bar, seketika membuat dua anak manusia itupun membawa tubuh mereka ketempat sedikit aman, dikolong meja Bartender tersebut.
"Yak! Park Jimin keluar kau sekarang!"
Titah suara berat seorang pria dengan jemarinya mengapit senjata tajam, menembaki apa saja yang ia lihat, menggaduhkan ruang remang itu.
Sedang di kolong gelap itu dua anak manusia, dengan tubuh sengaja menyempit satu sama lain itu saling bertatapan, entah tengah melakukan telepati apa?
"Apa kau yang mereka cari? jadi kau siapa sebenarnya?"
Dalam kilatan lampu remang Milaya menatapi wajah tenang yang amat dekat dengannya itu, dengan nada sedikit bergetar kembali menanyai si Tuan Jimin.
"Kau Kim Jimin? Klient yang membutuhkan pelayananku kan?"
"Bukan! Aku Park Jimin, pria yang mereka cari. Kau sudah salah orang nona"
Milaya membungkam bibir merekahnya dengan tapak halusnya, tak mempercayai apa yang rungunya dengar tadi. Salah orang?
"Aku mau pergi dari sini"
Pintanya, yang dibalasi dengan sunggingan meremehkan dari seorang Park Jimin.
"Sudah terlambat Nona, mereka sudah melihatmu bersamaku. Jika kau masih ingin selamat, sekarang ambil ancang-ancang lalu berlarilah sekencang mungkin. Ikuti aku!"
©Dysa Azzera, 12 Jan 20
KAMU SEDANG MEMBACA
METANOIA🌺
RomansMilaya hanyalah wanita yang mabuk dengan keduniawiannya, hingga seorang pria Park Jimin memperkenalkan dunianya yang penuh teka-teki. Haruskah Milaya ikut menjelajahi dunia yang Park Jimin tawarkan?