10. Mira

20 4 0
                                    

Jam istirahat pertama sedang berlangsung.

Azalea masih sibuk mencari jawaban dari soal fisika dibukunya.

"Bantet, Lo istirahat nggak?" tanya Selvi sembari bangkit dari duduknya dan membenarkan tatanan rambutnya yang agak berantakan.

Azalea mendongak kemudian menggeleng dengan senyum tipis lalu kembali berkutat dengan tugasnya.

Selvi mendengus kecil "Mau nitip nggak?"

Azalea kembali menggeleng tanpa menatap Selvi.

Selvi mengangguk "Ra, istirahat kuy"

Mira menggeleng "Mager gue. Nitip aja, boleh nggak?"

"Nitip apa? Bareng aja sih" Selvi mengerucutkan bibirnya "Masa gue sendirian"

"Nggak ah. Lagi mager banget. Nitip teh kotak aja, 3. Yang dingin yah" Mira menyodorkan uang 50 ribuan pada Selvi.

Selvi menerima uang itu lalu membalikan badan. Seketika matanya berbinar, mendapati Bara, Reza dan Lana yang sedang mengobrol dengan Panji, Dewi dan Ningsih didepan kelas. Selvi menoleh kebelakang. Azalea masih sibuk dengan tugasnya, Mira sibuk dengan dunia orange nya. Aman.

Selvi menghampiri Bara lalu berdiri dibelakang tembok agar Azalea dan Mira tak mengetahui keberadaannya. "Kalian mau kekantin nggak?"

Azalea menatap kearah pintu. Suara Selvi terdengar begitu jelas ditelinganya meski Selvi tak terlihat karena berada dibelakang pintu. Tapi, ia sangat yakin itu Selvi. Azalea memilih menutup bukunya lalu bersandar pada tembok disampingnya, menghadap pintu. Ia hanya ingin melihat bagaimana cara Selvi berinteraksi dengan Bara. Orang yang dicintainya. Meski sudah memutuskan untuk berhenti mencintai dan menunggu Bara, tetap saja, perasaan itu tak bisa langsung hilang dalam sekejap kan? Apalagi Azalea sudah menyukai Bara sejak kelas 1 smp. Waktu yang cukup lama hingga akhirnya ia memilih untuk berhenti.

"Iya. Bentar" ujar Bara lalu kembali melanjutkan obrolannya dengan Dewi. Ketua kelas 12 IPA 3.

Setelah selesai, Bara segera pergi dengan rombongannya. Dewi pun masuk lalu meminta Putri, selaku bendahara untuk menagih uang kas. Putri pun segera berkeliling kelas. Menagih uang kas dengan suara toa nya. Banyak yang membayar karena tak tahan dengan suara Putri yang terlampau keras. Mungkin terdengar sampai keluar kelas.

Azalea hanya terkekeh melihat para anak laki laki menyerahkan uangnya dengan wajah yang tertekuk. Ia tak terganggu dengan suara Putri yang menggelegar. Lagi pula, Putri memang selalu berteriak setiap hari. Bukan hal yang asing lagi baginya. Cukup memberikan uang dan senyum manisnya, dapat dipastikan Putri kicep.

Azalea menatap Mira yang masih fokus membaca cerita di Wattpad. Mira selalu membaca. Kapanpun dan dimanapun. Disetiap waktu walau ketika ada guru yang sedang menjelaskan materi didepan, Mira masih sempat membaca.

Azalea teringat sesuatu. Menepuk lengan Mira perlahan lalu tersenyum tipis ketika Mira menatapnya dengan tatapan bertanya.

"Aku mau minta tolong"

"Minta tolong apa?" Mira menaruh ponselnya di laci meja.

***

.

"Jadi, lo udah ngerti belum?" tanya Mira sembari menatap Azalea.

Azalea mengangguk dengan senyum manis tersungging dibibirnya. Ia menatap ponsel pemberian Rae ditangannya dengan mata berbinar. Akhirnya ia bisa menggunakan ponsel itu dengan baik berkat Mira.

Azalea meminta Mira mengajarkannya menggunakan ponsel dengan baik karena dirinya masih kurang mengerti. Mira yang terlampau senang karena Azalea sudah mempunyai ponsel akhirnya berteriak kegirangan hingga mengalahkan suara Putri. Alhasil, dia dan Azalea menjadi pusat perhatian dan membuat suasana kelas menghening. Mengabaikan tatapan bertanya seluruh penghuni kelas, Mira segera menarik Azalea menuju perpustakaan.

AzaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang