11. Perjodohan

25 3 0
                                    

Azalea menatap pantulan dirinya dicermin. Malam ini ia nampak jauh berbeda dengan balutan dress tanpa lengan berwarna pastel yang panjangnya sedikit dibawah lutut. Rambut panjangnya dicurly pada bagian bawahnya. Wajahnya dipoles make up natural oleh Mona.

Azalea menarik nafas lalu menghembuskannya dengan perlahan. Jujur, ia sangat gugup karena akan bertemu dengan pria yang dijodohkan dengannya.
Azalea takut, keputusannya ini salah. Ia takut pria itu tak menerimanya. Apalagi nama Bara masih menempati hatinya.

Azalea belum bisa move on.

Mona memasuki kamar Azalea tanpa mengetuk pintu dan langsung menarik tangan Azalea berjalan menuju ruang keluarga dimana semuanya telah berkumpul disana.

Azalea menatap Mona. Ibunya itu tak mengeluarkan satu kata pun. Mona menampilkan raut wajah datar yang seketika berubah menjadi cerah ketika memasuki ruang keluarga. Mona memperkenalkan Azalea sebagai putri pertamanya yang akan dijodohkan.

Sontak, Azalea menatap kedepan lalu menampilkan senyum manisnya. Ia menatap satu persatu orang yang ada disana sembari berjalan mendekat. Ada Ayahnya, sepasang suami istri dan seorang pria yang duduk membelakanginya.

Azalea duduk disamping pria itu sedangkan Mona duduk disamping suaminya.

"Ah, putrimu sangat cantik, Mona" ujar wanita paruh baya itu.

Azalea menampilkan senyum tipis. Ia mengerutkan kening ketika melihat wanita itu. Seperti pernah bertemu...

"Wait, kamu... Azalea yang watu itu pernah bantuin tante benerin mobil, bukan sih?" Naya memicing. Menatap Azalea penuh selidik.

Azalea mengerutkan dahi seketika ia tersenyum lebar lalu mengangguk semangat. Wanita itu adalah tante baik yang waktu itu pernah ia tolong.

"Mama kenal dia?" tanya pria disampingnya. Azalea seperti familiar dengan suara itu. Seperti suara...

Deg

"Bara" Azalea berujar lirih kala menengok kesamping.

*****

Bara menghela nafas kasar. Ia menjatuhkan tubuhnya dikasur king size miliknya. Kepalanya nyut-nyutan mengingat kejadian tadi. Tentang perjodohannya.
Ia tak mengira akan dijodohkan dengan gadis bermata bulat itu.

Sebenarnya, ada sedikit rasa senang ketika mengetahui bahwa Azalea yang akan dijodohkan dengannya. Setidaknya, ia sudah kenal dengan gadis yang kata mamanya itu 'sangat baik'.

Bara merogoh saku celananya kala merasakan getaran disana. Ponselnya bergetar menandakan ada panggilan masuk. Tanpa melihat nama sang penelpon, Bara langsung mengangkatnya.

"Halo" suaranya datar.

"Bara? Lo kenapa?" Bara langsung terduduk kala mendengar suara Selvi.

"Bara? Halo? Masih idup kan, Lo?" senyum tipis menghiasi wajah Bara. Ia merindukan gadis bar-bar ini.

"Ya. Ada apa?"

"Alhamdulillah. Akhirnya lo nyaut juga. Gue cuma mau nanya, surat edaran buat acara camping udah jadi belom?"

Bara menepuk jidatnya pelan, "Surat edaran yah? Sekarang tanggal berapa sih?"

"YAAMPUN! BARAAA!!! Lo pasti belom buat kan?!!"

Bara meringis kala mendengar teriakan dari seberang sana. Ia memang lupa membuat surat edaran untuk acara camping khusus anak kelas 12 yang akan dilaksanakan pada bulan desember nanti. Setelah ujian akhir semester.

AzaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang