7. Cewek Misterius

25 6 3
                                    

Azalea melangkahkan kakinya dengan perlahan. Air mata masih terus membanjiri wajahnya. Ia tak tau, keputusan untuk merelakan Bara demi Selvi itu benar atau tidak.

Besok Mira pasti mendiaminya. Seperti yang sudah-sudah. Mira hanya kesal karena sifat Azalea yang terlalu baik.
Merelakan semuanya demi orang yang dia sayangi.

Menarik nafas, kemudian menghapus air matanya. Azalea mengembangkan senyumnya.

Sore ini langit agak mendung. Sepertinya nanti malam akan hujan.

Angin berhembus, menyapu wajah dan meniup pelan surai hitam Azalea.

Azalea berjengkit kaget kala mendengar suara bising saling bersahutan dari arah belakangnya. Membalikan badannya, mata Azalea terbelalak mendapati sebuah motor ninja merah dikejar oleh 2 motor ninja hitam. Manik matanya terus menatap ninja merah yang melaju kencang diikuti ninja hitam dibelakangnya hingga tanpa sadar badannya berbalik lagi.

Mata Azalea membulat kala salah satu pengendara ninja hitam itu menendang motor ninja merah hingga oleng dan terjatuh. Setelahnya langsung kabur begitu saja.

Azalea segera berlari kearah pengendara yang tertimpa ninja merah. Langkahnya sontak terhenti ketika mendengar suara tembakan pistol. Matanya memejam erat.

Menarik nafas, Azalea membuka matanya perlahan. Dan langsung berlari kembali menuju pengendara itu.

Azalea berjongkok dan berusaha membantu si pengendara.

"Kamu nggak kenapa-kenapa kan? Ada yang sakit nggak?"

Azalea panik sendiri.

Si pengendara berdecak.

"Angkat motornya. Kaki gue kejepit"

Azalea mengangguk kemudian mengangkat perlahan motor itu. Sangat berat.
Namun ada celah hingga kaki si pengendara bisa keluar.

Si pengendara membuka helm full face nya. Azalea kaget. Si pengendara itu ternyata seorang gadis. Cantik. Mata biru kehitamannya sangat tajam memandang motor ninja merah yang tergeletak dihadapannya. Bulu mata lentik, kulit putih, bibir ranum dan surai coklat gelap yang dikuncir kuda. Sangat cantik. Wajahnya tidak seperti orang Indonesia, batin Azalea.

Lamunan Azalea buyar kala mendapati pelipis gadis itu lecet dan mengeluarkan sedikit darah. Telapak tangannya pun lecet-lecet.

"Aduh! Pelipis kamu berdarah. Gimana yah, aku nggak bawa kotak p3k"

'Ck. Berdarah lagi!' Batin gadis itu.

Gadis itu menatap Azalea dalam kemudian melempar tas ransel hitamnya pada Azalea.

"Ambil pouch hitam"

Azalea mengangguk kemudian segera mengambilnya. Mengeluarkan alkohol dan kapas. Ia menyapukan perlahan kapas berbalur alkohol itu pada gadis dihadapannya. Mata biru kehitamannya menatap datar motornya.
Azalea mengernyit kala tak menemukan raut kesakitan pada wajah gadis itu.

Setelah selesai Azalea memberikan obat merah lalu memplesternya. Raut gadis itu tetap datar.

Beralih pada kedua telapak tangan gadis itu, Azalea melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan pada pelipis gadis itu. Rautnya tetap datar walau Azalea menekan luka nya.

"Masih ada yang luka nggak? Kalo ada aku obatin lagi"

Gadis menoleh. Memperlihatkan raut dinginnya. Azalea menelan saliva, takut.

"Jangan gitu natapnya. Aku takut" cicit Azalea sembari menunduk. Azalea takut. Aura gadis ini lebih menyeramkan dibandingkan Mona.

Menghembuskan nafas perlahan, gadis itu menetralkan raut wajahnya dan menyuruh Azalea menatapnya. Pandangan gadis itu meneduh. Azalea tersenyum manis.

AzaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang