Lio in mulmed!Biar kalian ga lupa muka gantengnya Lio :v
kalo ada typo kasih tau ya!
Selamat membaca!
:*🌱🌱
———————————Bel masuk sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.
Dan pastinya, guru Fisika itu sudah berada di kelas.Lio membuka pintu kelas perlahan dan masuk tanpa dicurigai teman sekelasnya.
Eksistensinya tidak menarik perhatian penghuni kelas.Jelas saja.
Ada hal lain yang lebih menarik dan asik untuk dijadikan tontonan. Seorang gadis manis tengah membujuk guru muda berkacamata–yang tidak lain adalah pak Tenten.
"Uhm ... Saya boleh duduk kan, pak? Cuma telat sepuluh menit kok." Zea menampilkan cengirannya diakhir kalimat.
Fyi, kelas mereka memang jauh dari gerbang utama, jadi sedikit memakan waktu.
Akhirnya Lio memutuskan ikut menonton gadis itu. Padahal ini adalah kesempatan emas bagi Lio. Dia bisa saja langsung duduk dibangkunya dan terbebas dari hukuman.
Tapi otaknya tidak merespon hal itu, tubuhnya hanya diam didepan pintu.
"Boleh," sahut pak Tenten singkat.
Gadis itu tersenyum senang.
"Makasih ba—""Tapi ..., " Guru itu menyela dan menatap Zea, "Saat pelajaran saya selesai."
Zea menelan ludah susah payah. Bibirnya yang semula melengkung keatas perlahan tertarik kebawah. Langkah gadis itu terhenti, saat baru berjalan lima langkah.
Lio menggulum bibirnya, menahan tawa ketika melihat perubahan pada raut wajah gadis itu.
"Gimana pak?" tanya si gadis berambut hitam sebahu memastikan.
"Kamu berdiri disana," guru Fisika itu menunjuk pojok tembok dekat pintu, " Diam, sampai jam pelajaran saya selesai. Paham?"
Tidak ada pilihan lain, Zea mengangguk sebagai jawaban. Lalu berjalan menuju pojok ruangan. Sontak, gadis itu terbelalak kala melihat sosok Lio tengah tersenyum mengejek.
"Lio! Sejak kapan bediri disitu?" tanya Zea heran.
"Sejak tiga menit yang lalu."
Seketika semua yang ada di kelas menatapnya. Yeah, kecuali Nara. Dia tengah sibuk berjelajah dialam mimpi. Kebiasaan.
Sama halnya dengan Zea, seluruh penghuni kelas terkejut melihat dirinya. Batin mereka pasti menyuarakan hal yang sama, sejak kapan Lio sudah berada di kelas?
Ck. Dasar teman yang tidak peka terhadap lingkungan.
"Gelio! Kamu telat lima belas menit!" cerca guru muda itu.
"Ralat pak. Saya telat dua belas menit, tiga menit berikutnya bapak sibuk memberi hukuman pada Zea. Dan bapak baru menyadari keberadaan saya pada menit ke lima belas," tuturnya santai.
"Gelio, kamu saya hukum! Berdiri disa—"
"Dengan senang hati pak," Lio menyela, kemudian dia berjalan kearah pojok ruangan dan berdiri disamping Zea,
"Saya akan berdiri disini, selama dua jam kedepan."Seluruh penghuni kelas—kecuali Nara—dibuat terperangah dengan penuturan dari pemuda itu. Bisa dibilang, Lio adalah murid kedua setelah Nara yang berani melawan pada pak Tenten.
Guru itu hanya diam, tidak membalas perkataan Lio. Tetapi tangannya merambat kedalam saku celana dan mengeluarkan sesuatu dari sana. Buku kecil. Tangannya bergerak mencatat sesuatu.
Siapa disini yang tidak tahu buku keramat itu? Tidak salah lagi, itu death note atau siswa sekolah ini sering menyebutnya tiket VIP untuk masuk ruang BK.
••• ∆ •••
Lio duduk di bangkunya sembari meluruskan kaki.
Terus berdiri selama delapan puluh menit, membuat kakinya pegal dan kebas.Berdiri tegak, diam, dan melamun, Lio persis seperti manekin yang bisu. Menanti bel pergantian pelajaran segera berbunyi.
Lebih baik diberi hukuman untuk berlari keliling lapangan yang terik, setidaknya dia bisa tebar pesona. Kharismanya akan lebih meningkat saat berkeringat.
Eh, tapi diluar kan sedang hujan. Dia tidak akan berkeringat, tapi akan basah kuyup bak anak ayam yang tercebur di kubangan.
Atau setidaknya dia disuruh keluar kelas, itu lebih baik daripada beridiri didepan kelas
dengan semua mata tertuju padanya. Itu membuat dia sedikit risih.Lio kan jadi tidak enak hati pada pak Tenten. Karena apa? Teman-temannya malah fokus memperhatikan ketampanan dirinya daripada materi yang disampaikan Pak Tenten. Hahah.
Lio memegang lehernya, tenggorokannya terasa sangat kering. Haus.
"Nih. Mau minum?" tawar Nara sembari menyodorkan sebotol air mineral.
"Wih, thanks Nar." Dengan sigap Lio hendak meraih botol itu, tapi gerakannya kalah gesit dengan tangan Nara yang langsung memukul keras lengannya.
"Bukan buat lo!" Nara mendelik, lalu menyodorkan botol itu pada Zea yang berada disampingnya. "Nih!"
Zea menerimanya lalu tersenyum, "Makasih."
"Kenapa lo telat?" Nara bertanya. Netranya menatap sang lawan bicara malas.
"Biasalah," jawab Zea asal setelah meneguk seperempat air mineralnya.
"Kebiasaan," balas Nara singkat.
Zea langsung menoleh, sebelah alisnya terangkat. Gadis itu terlihat hendak melayangkan protes, tapi urung saat dia melihat Nara melipat kedua tangannya diatas meja.
Kemudian meletakan kepalanya disana menghadap tembok, hendak tidur. Lagi.
Gadis itu menggeleng tidak percaya.
Lio terkekeh kecil melihat tingkah kedua teman perempuannya. Zea patut bersyukur, karena Nara rela bangun dari tidurnya hanya untuk memberi dia sebotol air mineral.
Untuk ukuran Nara yang super cuek, perlakuannya tersebut masuk dalam kategori 'perhatian'. Apalagi kepada Zea yang notabenenya murid baru. Baru seminggu dia berada disekolah ini.
Lio terus memperhatikan keduanya dari belakang. Zea sedikit mencondongkan tubuhnya kearah teman satu mejanya itu, dan berbisik tepat disamping telinga Nara.
"Dasar kebo." []
••• ∆ •••
Yuk kenalan dulu sama temen cewe nya Lio.
Nara & Zea
See u
🌱🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
EFTYCHÍA
Teen Fiction[ HIATUS ] Bagaimana kamu menggambarkan makna dari kata cinta? Bagi Lio, cinta hanya membuat kehidupan damai nya menjadi rumit. Hal yang tidak pernah terpikirkan, ibunya menyembunyikan fakta-fakta penting. Rahasia itu disimpan nya begitu rapi. Sepe...