• 14 • A Little Attention

47 8 15
                                    

Hai! Hai! 😂
Gimna kabarnya? Semoga kalian sehat sehat.

Ada sedikit note di akhir chap, janlup baca yaw!

Janlup juga kasih tau klo ada kesalahan penulisan 😊

Selamat membaca!
🌱🌱

————————————————————

Hanya suara desingan mesin mobil yang dapat Zea dengar dimalam yang sunyi. Tubuhnya menggeliat tak nyaman di posisinya, tidak bebas bergerak. Perlahan mata bulat itu terbuka, mengerjab beberapa kali guna menyesuaikan dengan cahaya.

"Oh?"

Matanya memindai setiap sudut, Zea menegakan tubuh seketika. Sedikit terkejut ternyata dirinya sedang berada di dalam mobil Lio yang kondisinya masih menyala, tetapi pemiliknya sudah tidak ada di tempat.

Kepalanya menengok ke sisi jendela mobil. Dia berada di halaman rumah Lio. Mengangkat tangan melihat jam, pukul setengah tujuh malam. Gadis itu terdiam sejenak.

"Zea ketiduran?" tanyanya retoris.

Zea ingat, terakhir kali mereka berada di pasar tradisional membeli bahan-bahan untuk proyek tugas. Lalu memutuskan untuk bergegas pulang, ketika Lio menerima telepon dari seseorang.

Dia tahu kalau membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam untuk sampai di kediaman keluarga Alpheratz, wajar jika Zea tertidur diperjalanan. Tetapi dia tidak menyangka akan ditinggal  sendirian di dalam mobil. Kenapa dia tidak dibangunkan?

Segera Zea mematikan mesin mobil dan mencabut kuncinya. Entah sudah berapa lama mesin itu terus menyala, yang ada di pikiran Zea mungkin Lio sengaja tetap menyalakannya agar AC mobil tetap hidup, tidak mau jika dirinya  kepanasan.

Setelah berdiri di luar mobil, gadis itu bingung harus melakukan apa.
Apa dia langsung ke rumah Lio? Ah, nanti dikira tidak sopan.

Apa dia diam saja disini sampai Lio datang? Tidak, Zea tidak tahu kapan Lio kesini. Bisa-bisa dia pingsan kedingingan. Udara di lingkungan rumah Lio dingin bukan main, apalagi sekarang mau hujan.

Zea mengusap-usap dagunya dengan tangan kanan, sedangkan tangan lainnya dilipat di dada. Gestur orang yang sedang berpikir.

Mmm ... apa ya? Oh! Telfon Lio aja.

Kepalanya mengangguk antusias, sekian detik kemudian kembali lesu. Sial, ponselnya mati. Zea mendesah kecewa.

Ditengah kegelisahan hati, matanya menangkap siluet orang yang tengah berlari ke arahnya. Zea menyipit, menajamkan penglihatannya.

"Lio?"

"Oh, udah bangun rupanya." Lio berhenti tepat di hadapan Zea. Memperhatikan dirinya yang berbasuh peluh dan bernafas sedikit tersenggal-senggal karena habis berlari. "Maaf ninggalin lo sendirian di mobil," lanjutnya.

Zea hanya mengangguk saja, tidak terlalu mempermasalahkan itu.
Rasa penasarannya mengalahkan rasa kesal pada cowok di hadapannya. Apa Lio datang kesini untuk menemuinya atau ada keperluan lain?

Zea memang seperti itu, suka menduga-duga. "Jam berapa kita sampai disini?"

"Belum lama," jawabnya cepat terkesan terburu-buru. "Kunci mobil mana?"

"Hah? Oh, ini." Zea memberikan benda yang sedari tadi ada di tangannya. "Lio mau kemana?" tanyanya ketika melihat pemuda itu membuka pintu mobil.

 EFTYCHÍATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang