Zina💨

235 28 2
                                    

Una menarik Arka sampai ke gudang belakang dekat kantin yang sering dijadikan tempat nongkrong anak-anak kalo lagi bosen belajar. Tempatnya strategis banget, jauh dari jangkauan guru yang gak ada kerjaan nyariin muridnya yang tiba-tiba hilang dari kelasnya, termasuk Una. Dia sering ke sini kalo lagi bosen, bilangnya mau ke toilet. Eh kagak balik-balik. Ya meski pun, besoknya dipanggil ke bk sih.

"Lo apa-apaan sih?!" Si Arga buka suara

Una mengangkat kepalanya, ini cowok tinggi banget perasaan deh, "Lo kenapa matiin telfon dari gue? Lo berubah pikiran?"

Arka mengerutkan pelipisnya, "Maksud lo?"

"Pura-pura lupa lagi?!"

Arka berdecih, sok cool, "Itu tadi pak Asri dateng. Jadi gue gak angkat. Salah lo juga tiba-tiba matiin telfonnya."

"Gue kaget aja, lo mau ngasih gue uang segitu banyaknya demi cewek ingusan itu?"

"Udah ya! Jangan jelek-jelekin Amanda, tadi lo bilang dia pendek, sekarang ingusan. Bahkan dia lebih cantik daripada elo!"

"Anjir nusuk banget lo ngomong!" Desis Una menahan amarahnya

"Makanya jangan jelek-jelekin Amanda depan gue." Suara Arka memelan, dia melihat Una yang tersinggung dengan ucapannya tadi

"Iya-iya bucin!" Ucap Una ketus, "Lo jadi gak ngasih gue uang dua puluh juta?" Tagih Una

"Nih." Arka memberikam uang selembar berwarna oren

"Kok cuma lima ribu?"

Arka tersenyum manis, lalu mengacak rambut Una gemas, "Anak kecil gak boleh pegang uang banyak."

Lalu Arka berjalan ke kantin, diikuti Una.

"Lo serius gak sih?"

"Gue bakal kasih ke elo, tapi bukan 20 juta. Enak aja lo ambil uang gue semuanya."

Una mengerutkan pelipisnya, "Lo plin plan banget deh."

"Gue bakal kasih lo setengah dari yang gue bilang. Itu termasuk potong pajaknya. Jadi nanti setelah lo bikin gue jadian lagi sama Amanda, gue kasih uangnya."

"Kalo gagal?" Tanya Una

"Gue bakal kasih 500 ribu doang."

"Dikit banget!"

"Yaudah deh kalo lo gak mau, gue bakal sumpahin lo bakal jomblo terus-terusan!"

"Enak aja lo nyumpahin gue! Gue juga pengen kali punya pacar!"

"Upss, berarti tebakan gue bener dong kalo lo itu jomblo? Pantesan aja lo ngebet banget pengen jadi pacar gue, pake ngaku-ngaku ke semua orang lagi. Dasar ya lo!"

"Lo jangan kurang ajar ya! Gue gitu karena gue iseng aja! Gak lebih! Lagian gue gitu juga bakal dapet pahala!"

"Pahala?"

"Iya, pahala. Soalnya gue misahin dua orang yang bukan muhrim. Kalian itu udah zina loh." Una menunjuk Arka dengan tatapan mematikan

"Zina? Gue gak sampe ke situ pacarannya!"

"Bukan zina itu maksud gue, tapi lo pegang-pegang tangan, tatap-tatapan. Itu zina namanya!"

"Jadi sekarang kita zina dong?" Tanya Arka

"Nggaklah! Kesel bet gue!"

"Kitakan tatap-tatapan gini." Arka menggenggam tangan Una, "dan kita pegangan tangan kayak gini."

Una terdiam, dia menatap kedua mata Arka dengan lekat. Dia yakin semua cewek akan terpesona bisa menatap langsung mata coklat gelap ini. Dan Una mulai merasakannya.

Arka tersenyum lebar, "Jadi sekarang kita udah zina." Ucap Arka enteng

Una tersadar, ia mengalihkan pandangannya. "Apa sih!"

"Cie baper sama tatapan gue, ciee." Goda Arka

"Jangan geer lo!" Una mengambil botol air mineral dan membayarnya, "gue mau balik! Capek gue ngomong sama lo. Oh iya, gue nanti minta nomornya Amanda, gue mau bicara sama dia."

"Kenapa gak langsung aja?"

"Pulanh sekolah nanti gue ngomong juga sama dia, tapi gue harus dapet nomornya juga kan? Biar dia yakin?"

"Oke deh, nanti gue kirim."

"Gue balik ke kelas dulu, udah ganti jam nih."

"Siap!" Arka melambaikan tangannya pada Una







See you 💓

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You Call Me Crazy??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang