"Di kelas gak boleh tidur ya, sayang." Ucap Bu Ida pada puterinya
Una tersenyum manis lalu menangkup kedua pipi Bu Ida, "Gak bakal, Mami. Sekali pun aku ngantuk, aku gak bakal tidur."
Bu Ida memicingkan kedua matanya sejenak, lalu melepas tangan Una dari Pipinya, kemudian, ia mencium kening Una dengan sayang.
"Udah sana, berangkat. Nanti terlambat loh." Ucap Bu Ida
Una mengerucutkan bibirnya, "Sampai jumpa pulang sekolah, Mamiku tersayang." Una melambaikan tangannya lalu segera naik ke motornya.
Bu Ida melihat tempat bekal makanan milik Una di atas meja langsung membelakakan matanya, "UNA!!" teriak Bu Ida, membuat puterinya tidak jadi memutar gas motor maticnya.
"Apa, Mi?" Tanya Una menoleh, Bu Ida menunjukkan tempat bekal makanannya, lalu mendekati puterinya. "Duh, Mami, maaf yah, hampir aja lupa." Ucap Una lalu mencium tangan Bu Ida.
"Hati-hati." Ucap Bu Ida.
"Siap, Mami!" Una menjalankan motornya menuju sekolah.
..
"Selamat pagi, guys!!!" Sapa Una saat memasuki kelasnya
Hilda menatap cemberut ke arah Una, lalu mengalihkan pandangannya ke Cici.
Una memicingkan matanya, dengan bibir mengerucut, "Cici juga pesen itu, kenapa gue yang lo cuekin?"
"Gara-gara lo gue bokek nih." Hilda tanpa sedikit pun menoleh pada Una
Una duduk di bangkunya, "Dasar pilih kasih! Kalo Cici kagak pesen juga lo masih sultan."
Hilda mengibaskan rambutnya seolah tak peduli.
Kejadian ini . . . Selalu terulang, saat Hilda mentraktir kedua sahabatnya.
....
Una berjalan menuju perpustakaan dengan gerakan lambat, matanya menunduk dengan bibir mengerucut.
"Hilda ngambek mulu. Padahal tuh Black Ivory kw. Gue yakin tuh." Ucap Una yakin
Una berdiri diam menatap cowok yang tengah bermain basket. Una sendiri tidak mengenali semua cowok itu. Tapi, ada satu orang yang membuat matanya membelalak. Cowok itu juga menatap dirinya.
"Astaga! Dia yang waktu itu?!" Una bersembunyi dibalik tiang, namun sia-sia, cowok itu adalah Arka, Arka sudah melihatnya.
Arka menggeram kesal, ia mendekati persembunyian Una, lalu memergokinya.
"Kenapa lo bilang gitu depan pacar gue?!" Suara serak Arka yang tertahan membuat Una memciut.
Una berkedip dua kali dengan bibir mengerucut, "Gue iseng doang. Maap!"
"Maaf? Lo kira kata maaf bisa balikin semuanya?" Arka sedikit membentak gadis di hadapannya
"Ya mau gimana lagi, kan udah terjadi. Yaudah lo balikan lagi aja sama pacar lo." Una masih tertunduk, ia tak berani menatap Arka
"Lo gila! Harusnya lo itu dibawa ke rumah sakit jiwa!"
Mata Una membelalak, ia menatap Arka dengan kesal. "Lo sebut gue gila?!"
Arka mengangguk, "Iya. Lo gila!"
Una mengambil ancang-ancang lalu segera mendekati Arka, jarak sedekat ini . . . Una menatapnya kesal lalu menanduk dagu Arka dengan kepalanya.
"Aw!" Arka meringis pelan
Arka meludah, bukan bening namun merah pekat. "Sial!"
Una berjalan meninggalkan Arka tanpa meminta maaf.

KAMU SEDANG MEMBACA
You Call Me Crazy??
Humor"Astaga! Dia yang waktu itu?!" Una bersembunyi dibalik tiang, namun sia-sia, Arka sudah melihatnya Arka menggeram kesal, ia mendekati persembunyian Una, lalu memergokinya. "Kenapa lo bilang gitu depan pacar gue?!" Suara serak Arka yang tertahan memb...