20 Juta💨

120 22 3
                                    

"Bahagia banget lo? Tumben." Celetuk Miko pada Una

"Yaiyalah, gue lagi dapet rejeki nomplok! Hahai!" Serunya dengan bahagia

"Wih, bisa kali, gue hotspot." Sahut Miko

Una belagak berpikir, kemudian mengangguk, "iyap, gue buka hotspotannya."

"Asik! Download papji dong nih."

Una kehilangan senyumnya, "Bodoamat, gue matiin lagi hotspotnya! Ngelunjak banget jadi cowok! Dasar matrek!" Semburnya langsung

"Yahh, Na. Kok gitu." Ucap Miko memelas

"Bodoamat, Mik! Lo siapa gue? Udah sana, pergi! Ganggu mata gue gau gak!" Ucap Una yang udah nyablak banget di hatinya Miko

"Lo kalo marah-marah, jadi jelek loh. Mau?"

"Lo masih gangguin gue?!"

"Iyaiya, Una cantik yang baik hati dan tidak sombong. Abang Miko ngalah deh, demi adek Una."

Una melirik tajam lalu kembali berkutik pada ponselnya. Di sana, ada panggilan tersambung. Kontak dengan nama 'Bucin Gila Tapi Sultan'

"Woi! Lun!"

"Luna!"

"Itu siapa sih?"

"Lun?"

"Lo masih di sana kan?"

"Iyaiya, masih di sini kok! Jadi lo kapan mau ngajak gue beli novel? Dan kapan lo isiin gue pulsa?!"

"Gue kasih uangnya aja. Lo beli sendiri."

"Yah, jadi lo gak nemenin?" Una dengan jurus belagak mewek yang biasa ia gunakan untuk membujuk Maminya.

"Ya, enggaklah. Ntar Amanda salah paham lagi!"

Tuh cowok ngebentak Una, tapi Una malah ketawa ngakak.

"Dasar bucin! Siapa juga yang mau ditemenin sama lo." Una menggertak giginya

"Lo yang gila!"

"Eh, betewe, lo mau ngasih gue duit berapaan?" Tanya Una

"20 juta. Gue kasih lo 20 juta."

Una melebarkan matanya, nih cowok serius?! Una benar-benar takjub dengan cowok ini. Bener-bener aneh. "Lo gila apa sinting sih?!"

"Gue serius. Itu uang jajan gue sebulan. Gue kasih ke elo kalo lo bisa bikin gue balikan sama Amanda."

"Demi Amanda? Cewek pendek itu?! Lo gila! Asli lo sinting! Aneh! Bucin! Mati lo!"

Una mematikan ponselnya dengan geram. Ia sampai deg-degan mendengar uang 20 juta akan ia dapatkan hanya dengan menyatukan kembali Arka dan Amanda. Tapi masa iya?

"Ngapain lo matiin, goblok!" Sembur Hilda

"Iya nih! Bego apa sinting? Cepet telpon lagi sebelum dia berubah pikiran!" Tambah Cici.

Una mengedipkan matanya dua kali, menatap hampa pada ponselnya.

"Iya juga ya."

"Makanya telfon lagi." Hilda mengambil ponsel Una dan menelfon Arka kembali.

Hanya berdering, lalu dimatikan.

Gawat!

Una melewatkan 20 juta!

"Guys! Kayaknya gue gak bisa diem sini." Una berdiri dan bergegas keluar kelas.

"Nah, gitu baru temen gue!" Seru Cici dan Hilda.

Una keluar kelas, ia berlari menuju kelas ipa. Di sini, Una mulai ngerti, kenapa Arka sebegitu pengen Amanda balik sama dia. Hanya satu. Itu cowok bener-bener bucin!!

"Eh, Una sayang. Mau ke mana?"

Langkah kakinya terhenti karena Miko dan pacarnya menghalangi jalannya.

"Lo lebih baik minggir deh!" Una keki sendiri

"Hellow! Harusnya lo yang minggir, kita berdua mau lewat!" Sahut Derisa, pacarnya Miko. Dia benci banget sama Una. Karena di matanya, Una adalah cewek ganjen yang deketin pacarnya mulu. Padahal udah jelas, Miko yang buaya!

"Serah!" Una melanjutkan perjalanannya dengan buru-buru

"Cowoknya buaya, ceweknya bego! Anjing bet, gue yang jadi sasarannya!! Argh!"

Una mengingat kelas Arka. Kelas XII IPA 1. "Kelas ipa satu, tapi kelakuan ngebucin mulu! Gak sepandan banget!" Gerutu Una

Ia melihat kelas itu.

Yah, disana!

Una masuk, menerobos sembari memanggil Arka. "AAARRKAA-aa ..."

Krik. Krik. Krik. Krik.

Una terdiam, "Mampus!" Una langsung memutar tubuhnya. Dia berada di empat langkah dari pintu.

"Kamu siapa?" Bapak-bapak berkaca mata, dengan kumis lebat bertanya.

Una menoleh dan tersenyum manis pada Pak Asri, "Assalamualaikum, Bapak." Una menyalami tangan Pak Asri.

"Kamu siapa?" Pertanyaan yang sama. Oke, Una menarik napasnya dalam-dalam. Otaknya ngeblank! Yang ada di kepalanya hanya Arka.

"Saya ke sini, karena mau jemput Arka pak. Katanya dia sakit. Demam!"

"Kamu siapa?!" Nada memaksa.

Una memutar bola matanya, kemudian tersenyum manis, "Saya... Saya pacarnya!"

Arka diujung sana sudah menatap tajam ke arah Una.

"Pacar?" Pas Asri menoleh pada Arka, memberi kode pada Arka.

Arka mengerti kode itu, karena ia tau, Pak Asri bukanlah guru yang banyak bicara.

"Ada apa, pak?" Tanya Arka basa-basi.

Pak Asri memeriksa dahi Arka, dingin. Dingin sekali. Bahkan berkeringat

"Kamu demam tapi kok dingin begini." Gumam Pak Asri.

"Haduh, pak. Mending saya bawa Arka ke uks, di kasih paracetamol yang banyak." Una menarik lengan Arka tapi ditahan oleh Pak Asri.

"Kamu dari kelas mana?"

"Oh, Saya Amira Shahunna, Pak. Dari kelas dua belas ips 4. Gak ada pertanyaan lagi, kan? Saya buru-buru ini, pak. Kasian Arka, bentar lagi dia pasti kejang-kejang nih."

Arka menoleh, dalam hati ia ingin sekali memakan habis-habis cewek aneh ini.

"Hm, yaudah, sana! Ganggu pelajaran saya aja!" Usir Pak Asri.

Teman-teman sekelas Arka merasa takjub dengan pacar barunya Arka, yang sangat berani dengan Pak Asri..

See, Im back!
Fyuhh, 2 bulan kagak update, maapkeun yeaaaa.

And, see you😂

You Call Me Crazy??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang