-
-
Malam itu, hujan baru saja berhenti. Tetesannya satu per satu turun dari atap gedung perkantoran, lampu jalan, dan dahan-dahan pepohonan di sisi trotoar. Kesan basah masih tampak jelas pada kendaraan yang berlarian tiap beberapa detik. Seolah hujan yang turun hanya bagian dari keharusan tanpa pernah mengganggu aktifitas mereka malam ini.
CRING!
Suara bel dari minimarket 24 jam yang bersembunyi di salah satu ketek gedung perkantoran terdengar. Seorang perempuan masuk. Jaket parka berwarna abu-abu tua yang menutupi tubuh dengan kupluk melindungi kepalanya itu terlihat kuyup. Bibir padatnya bahkan terlihat bergetar, jelas menahan dingin.
"Selamat datang di Minimarket! Selamat belanja!"
Senyum tipis terpatri pada bibir Shia, nama perempuan itu. Tanpa kata, dia melangkah melewati jejeran rak berisi segala macam camilan di kanannya. Sementara mesin kopi otomatis, microwave, dan pemanas air berderet di sisi kiri.
Sambil mengusap kedua tangannya, Shia terus masuk ke tengah. Udara di dalam minimarket yang biasanya tidak begitu sejuk, kini sukses membuat bulu kuduknya meremang, merasuk ke kulit, dan membuat tulangnya beku diam-diam.
Langkah Shia berhenti pada sudut minimarket. Kepalanya menoleh ke belakang. Wajah Shia terlihat gelisah kala mengawasi penjaga pria tadi. Kulit wajahnya bahkan makin pias ketika menyambut sebungkus obat pereda demam dari rak. Tidak tanggung-tanggung lima bungkus obat dia ambil dari sana.
Shia berjalan menuju deretan minuman dan dengan asal mengambil salah satu botol air mineral. Perut Shia tiba-tiba berbunyi kala melewati rak berisi roti beraneka bentuk dan rasa. Perempuan berambut cokelat berantakan itu termenung. Satu sisi dirinya ingin sekali mengambil salah satunya dan dia jadikan pengganjal perut malan ini.
Namun, apa fungsinya bila nanti dia pun tidak lagi merasa lapar.
Akhirnya, Shia kembali melangkah menuju kasir. Usai membayar sesuai dengan jumlah yang diminta, Shia beranjak dari sana. Tujuannya sekarang adalah bangku di depan minimarket.Suasana remang-remang dari lampu jalanan, ditambah malam yang sudah semakin tua, menciptakan kesan muram yang kental di area depan minimarket. Cahaya lampu dari dalam minimarket pun tidak cukup membantu. Seperti hanya ingin menunjukan eksistensi dirinya tanpa peduli keadaan sekitar yang sepi dan gelap.
Shia duduk pada salah satu bangku. Was-was kembali menghantui Shia ketika sebungkus obat pereda demam sudah berada di telapak tangannya. Lucu. Di saat dia merasa siap, rupanya malah ada rasa gamang mengganjal pelan-pelan.
Gejolak di otak Shia yang semula dia rasa akan terasa kebas, justru makin menekan dirinya. Kenangan, rasa kehilangan, kecewa, marah, penyesalan, dan takut memenuhi kepalanya. Tidak cukup sampai di situ, sakitnya sampai-sampai membuat dadanya kembali sesak.
Setetes air mata turun. Suara sesenggukan terdengar lirih kemudian. Tangan Shia bergetar saat dia mulai mengeluarkan satu per satu obat dari bungkusnya. Dengan niat yang berulang kali dia mantapkan, Shia membuka tutup botol air mineral dan siap untuk memasukkan beberapa butir obat tadi ke dalam mulutnya.
Senyum tampak samar di antara getaran bibirnya yang seperti menahan luka. Sudah selesai Shia. Hidupmu memang hanya sia-sia dan cukup sampai di sini. Bisikan kata hatinya terdengar.
"Ada korek?"
Shia yang baru akan menenggak pil di tangannya terperanjat. Dia buru-buru mengatupkan telapak tangannya dan tanpa sengaja menjatuhkan beberapa butir obat ke bawah. Ekspresinya makin bertanya-tanya kala pria yang bertanya kepadanya tadi malah ikut duduk dan memainkan puntung rokok di bibirnya.
"Punya korek?" tanya pria itu lagi.
***
TBC
Acuy's Note :
Siapa excited sama cerita ini? Coba tangannya mana?! Harap sabar... revisi + liburan + kerjaan akhir tahun yang bejibun kemarin = otak nyut-nyutan & mood kacau balau beliau. 😅😅😅
Doakan aja semoga idenya lancar ya... selamat tahun baru 2020. 😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Minimarket 24 Jam
General FictionMenurut kamu hidup itu apa? Sebagai orang yang pernah menyerah dengan hidup saya enggak tahu. Masa? Tapi satu hal yang pasti hidup itu.... *** Namanya Kaneishia atau Shia. Bagi seorang perempuan yang baru genap berumur dua puluh satu tahun dia meras...