Day One (3)

57 17 3
                                    

Rania sibuk dengan pikirannya, menebak siapakah si R sebenarnya. Tiba-tiba ada suara yang berhasil mengejutkannya.

"Reza..." Sontak Rania melihat ke arah sumber suara. Masa Reza sih ?, batin Rania.

"Rania ? ada kok. Sebentar ya." Nita berjalan menjauh dari pintu. "Ran dicari Reza tuh."

Rania segera mengambil kerudungnya dan memakainya tanpa menguncir rambutnya terlebih dahulu. Kemudian ia berjalan menghampiri Reza. "Ada apa Za ?"

"Sorry ganggu, tas ranselmu ada ?"

Rania nengok ke belakang melihat keberadaan tas ranselnya di sudut ruangan. "Ada kok didalem. Kenapa ?"

Reza memastikan. "Yakin ada ?"

"Iya ada tuh di pojokan Kenapa sih ?"

Reza mengangkat tas ransel yang dari tadi ia letakkan di bawah. "Tas kita ketuker kayaknya. Ini punya kamu kan ? Ada gantungan kunci tulisannya namamu."

Rania sangat terkejut melihat tas yang dibawa Reza sampai-sampai mulutnya terbuka. Kalau itu tas aku berarti yang aku bawa tadi tasnya.. Reza. Haduhhh bego banget sih Rania. Kalau Reza sampai buka itu tas bisa kacau. Malu dong gue, Batin Rania. 

"Ehem Rania." 

Rania tersadar dari lamunannya. "Eh iya."

"Tas aku mana ?"

"Tunggu sebentar." Rania menutup pintu dan bergegas mengambil ransel di salah satu sudut ruangan. Ia mengangkat tas tersebut dan disana ia menemukan gantungan kunci dari kayu dengan ukiran nama Reza. Rania terkejut lagi. Loh ketuker beneran. Segera ia mengembalikan tas tersebut pada Reza.

Rania membuka pintu dan meletakkan tas milik Reza di bawah. "Ini Za maaf ya kayaknya tadi aku kurang fokus pas di aula."

Reza mengambil tas itu lalu menggendongnya di pundak. "Iya gak apa-apa, belum kamu buka kan ?"

"Ha ?! Belum belum.. A-aku belum buka kok." jawab Rania.

"Ohh syukur deh kalau gitu. Ma..."

"Kamu juga belum buka tasku kan ?" potong Rania.

"Hehehe udah sih tadi." Reza meringis.

"HA?!." Rania memukuli Reza beberapa kali. "DASAR COWOK NYEBELIN KALAU UDAH TAU ADA NAMANYA NGAPAIN DIBUKA ?"

Reza mengaduh dan mencoba menghindari pukulan Rania. "Aku baru tahu ada namamu pas udah buka itu tas."

Rania masih memukuli Reza. "Hiiihhhhh Rezaaaaa"

Kali ini Reza berhasil menangkap kedua tangan Rania. Kemudian ia mendekatkan wajahnya pada Rania sehingga wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter. Salah satu sudut bibirnya tertarik. Sedangkan Rania nampak seperti ketakutan. Ia menelan salivanya saat melihat ekspresi wajah Reza yang seperti itu. "Ma-mau apa kamu ?" suara Rania terbata-bata. Ia berusaha menjauhkan wajahnya.

Reza semakin mendekatkan wajahnya. Ia seperti hendak mencium Rania. Rania merasakan jantungnya berdegup kencang. Kakinya mendadak beku sehingga sulit untuk melangkah. Ia memejamkan mata. Tapi tiba-tiba ada yang memencet hidungnya seraya berkata, "Mangkanya jangan teledor." 

Rania membuka mata dan segera menyingkirkan tangan Reza dari hidungnya. "Sakit za."

Reza terkekeh melihat tingkah Rania. "Lagian ngapain tutup mata coba ? Berharap dicium ?"

Rania geram dan malu. Bagaimana Reza bisa tahu. "Ih apaan sih. Enggaklah. Ku kasih tahu ya, gak ada yang boleh cium aku kecuali keluargaku dan suamiku nanti. Ngerti gak ?! Sekarang kamu pergi dari sini dan kembali ke kamarmu !!"

ARRA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang