Tibalah hari dimana acara resepsi pernikahan Reza diadakan. Arfi datang sendiri. Ia dapat melihat raut kebahagiaan kedua mempelai yang tengah bersalaman dengan para tamu undangan. Reza dan istrinya, Tari, nampak serasi. Benar kata orang jika jodoh itu misteri, tak ada yang tahu dengan siapa akhirnya kau akan bersanding.
Masih menikmati minumannya, Arfi dikejutkan dengan seorang perempuan yang tiba-tiba menghampirinya. "Hai Fi." Sapa perempuan itu.
Arfi membalas,"Oh hai, gak nyangka bisa ketemu lagi. Kamu apa kabar ?"
"Alhamdulillah baik. Kesini sendiri ?"
"Iya. Kamu dari Surabaya langsung kesini ?"
"Enggak, sebenarnya berangkat kemarin pagi sama Nita dan Dinda. Trus mampir ke rumah Tika. Rencana besok mau main ke rumah Aulia sekalian nengokin bayinya."
"Oh iya aku juga denger kabar 2 minggu yang lalu Aulia melahirkan. Aku gak nyangka loh kamu bakalan dateng ke nikahannya Reza. Kamu gak merasa apa-apa gitu Ran ?"
Perempuan yang dipanggil Ran itu berdecak. "Kenapa sih nanyain itu ? kamu orang ke 5 yang nanyain hal itu ke aku. Plis lah walau bagaimanapun Reza dan Tari itu temanku. Masa mereka nikah aku mau marah-marah, ya gak mungkin lah. Gila apa. Lagian aku dan Reza udah lama putus. Setelah putus juga kita baik-baik aja."
Arfi tak habis pikir jika lawan bicaranya akan menjawab seperti itu. "Bukannya apa-apa, kamu dan Reza kan pacaran lumayan lama. Bahkan saat wisuda kalian juga masih bersama. Cuma aku kaget waktu Reza anter undangan ke rumah, pas baca namanya kok Reza dan Tari, bukan Reza dan Rania."
"Jodoh gak ada yang tahu Fi. Lagipula aku yakin Allah pasti sudah menyiapkan seseorang yang akan mendi jodohku nanti."
"Udah ketemu orangnya Ran ?"
"Belum Fi, kenapa ? mau tukeran CV ? Ketemu papa dulu ya hehe..."
Arfi terkejut dengan ucapan lawan bicaranya. Hal itu membuat perempuan yang disapa Ran tertawa. Ia berkata lagi, "Enggak enggak Fi, bercanda. Tapi aku beneran masih sendiri."
"Ohh.. hehehe... semisal aku mau main ke Surabaya trus mampir ke cafemu boleh kan Rania ? denger-denger dari Dewa, kamu punya cafe."
"Oh iya boleh banget Fi, silahkan."
Mendengar jawaban Rania, sebuah senyuman mengembang di bibir Arfi.
***
Setelah menghadiri resepsi pernikahan Reza dan Tari, Rania bersama Nita dan Dinda kembali ke hotel. Rania sengaja mengajak Nita dan Dinda supaya ia tidak sendiri ketika di perjalanan dari Surabaya ke Bojonegoro.
"Nit, Din, tadi aku ketemu Arfi pas di resepsi." Kata Rania ketika tiba di kamar hotel.
Nita menanggapi, "Oh ya ? trus kalian gimana ?"
"Ya kita ngobrol biasa. Dia ngajak ketemuan besok malam. Tapi kan kita mau keliling Bojonegoro sama Tika dan Dewa. Trus gimana enaknya ?"
"Gampang, biar Dewa yang setirin mobilmu. Nanti kamu minta tolong Dewa buat anter ke tempat kamu janjian sama Arfi." Jawab Nita.
"Iya bener kata Nita. Kamu belum nolak ajakan Arfi kan Ran ?" kata Dinda.
"Belum sih, belum terima juga."
"Nah sekarang kasih tahu Arfi kalau kamu mau ketemuan sama dia. Tanyain juga mau ketemuan dimana. Aku harap sih dengan bertemu Arfi bisa membuatmu terhibur sedikit pasca tragedi undangan mantan." Kata Dinda lagi.
Nita menimpali, "Iya Ran, apalagi dulu kan sempat ada rasa ke Arfi. Siapa tahu rasa itu bisa muncul lagi hihihi."
"Apaan sih kalian, yang dulu udah biarin aja gak usah di bahas." Ujar Rania.
Nita berkata lagi, "Heh gak inget pengalaman dulu. Pertengahan semester satu kamu suka sama Reza, trus kamu mau hapus rasa itu karena merasa Reza lebih cocok sama Naura. Lalu kamu ketemu Arfi dan sempat suka juga. Tapi gak lama kemudian kamu kubur juga rasa itu dalam-dalam karena suatu alasan. Di semester 2 akhir kamu bilang, kalau kamu pernah suka sama satu cowok trus kamu memilih buat menghilangkan rasa itu karena suatu alasan, maka kamu gak akan suka dia untuk kedua kalinya. Tapi nyatanya semester tiga kamu jadian sama Reza."
Rania diam sembari berpikir, apakah hal itu juga akan terjadi pada Arfi ?Apakah setelah Reza akan ada Arfi atau mungkin nama yang lain dalam hatiku ?
Dinda menggerak-gerakkan tangannya di depan wajah Rania dan berkata, "Hello Raniaaa kok malah bengong sih."
Sedetik kemudian Rania tersadar. Lalu ia pergi ke kamar mandi. Ia berharap dengan mandi dapat menyegarkan diri dan pikirannya.
"Rania kenapa sih Nit ?" bisik Dinda kepada Nita.
"Gak tau Din." Jawab Nita.
***
Esoknya Rania bertemu Arfi di alun-alun kota Bojonegoro sesuai kesepakatan sebelumnya.
"Gak apa-apa kan Ran kalau kita ketemu disini ? Aku sengaja pilih disini biar kita gak bosen ngobrolnya, bisa sambil jalan-jalan gitu." Kata Arfi.
"Enggak apa-apa Fi. Aku mah terserah yang ngajak aja." Awab Rania.
"Kalau di ajak ke rumah orang tua aku mau ?"
Rania terkejut. "HAH ?! Ngapain ?"
"Enggak enggak, bercanda." Sela Arfi dengan cepat. "Kapan balik ke Surabaya ?"
Rania menjawab, "Inshaallah besok siang habis dhuhur. Kamu kerja dimana sekarang ?"
"Di SMA swasta jadi guru geografi."
Perbincangan mereka berlanjut. Langit malam menjadi saksi bisu bertemunya kembali dua orang yang telah lama berpisah. Semenjak wisuda Arfi dan Rania tidak pernah bertemu lagi. Paling-paling hanya dari media sosial mereka saling mengetahui kabar satu sama lain. Bukan lewat pesan melainkan lewat postingan-postingan yang mereka unggah.
Kini Arfi dan Rania tengah duduk disalah satu bangku taman sambil menikmati minuman dingin yang dibeli Arfi beberapa menit yang lalu. "Rania boleh aku minta alamat rumah kamu ?" tanya Arfi tiba-tiba.
Rania yang tidak siap dengan pertanyaan itu seketika terkejut dan merasa heran. "Hah ? buat apa Fi ?"
"Aku mau ketemu orang tua kamu."
Semakin terkejut lagi Rania. "Mau ngapain Fi ?"
"Mau minta izin buat mengenal kamu lebih jauh lagi." Jawab Arfi tanpa rasa ragu.
Mendengar jawaban Arfi seketika jantung Rania berdegup kencang. Ia menatap mata Arfi mencari celah kebohongan disana, barang kali lawan bicaranya itu sedang bercanda. Tapi Rania tidak menemukan itu. Arfi nampak serius, jauh dari kesan bercanda. Ya Allah apakah dia akan menadi pengganti Reza ?, batin Rania.
Rania berkata"Bukannya kita udah kenal sejak kuliah ? Kamu mau mengenal aku kayak gimana lagi Fi ?"
"Kalau di masa kuliah kita saling kenal sebagai teman. Nah aku ingin lebih dari itu. Makanya aku mau bersilaturahmi ke Surabaya buat ketemu orang tua kamu juga."
"Tunggu tunggu... lebih dari teman ? Maksudmu pacar ?"
"Rania usia-usia kayak kita gini udah gak cocok pacaran. Jadi gimana, boleh gak aku bersilaturahmi ke rumahmu ?"
Rania tidak menjawab. Ia malah mengambil handphonenya lalu mengetikkan sesuatu. Sekian detik kemudian ia meletakkan handphonenya kembali ke dalam tas. Rania berkata, "Cek handphonemu Fi."
Seketika Arfi mengecek handphonenya. Rupanya ada pesan masuk dari Rania yang berisikan alamat rumahnya. Arfi tersenyum melihat layar handphonenya. Sedetik kemudian ia menatap Rania. Tapi Rania menghadap ke depan dan berkata, "Kabari aja kalau mau otw. Takutnya papa gak di rumah."
***
To be continue...
Jangan lupa vote dan coment ya. Karena itu bentuk support kalian buat author. Thank you and see you next part..
KAMU SEDANG MEMBACA
ARRA (END)
RomanceARRA Antara Reza, Rania, Arfi Sebuah kisah perjalanan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang mana suka, duka, bimbang, ragu tercampur didalamnya. Ini bukanlah kisah cinta segitiga. Lantas apa yang terjadi antara Reza, Rania, dan Arfi ? Temukan jawabannya...