#sebelumnya.....
Laki-laki itu menatap geram pada orang yang berkerumunan saat gadis ini ingin terjatuh, “apakah ini di arena tinju!” ucapan lantang laki-laki ini membuat otrang yang berkerumunan menoleh dan terkejut menatap siapa yang ada dihadapan mereka termasuk Riani dan Nina.
.
.
.
.#selamat pembaca
“apakah ini arena tinju?” tanya kakak osis sekali lagi, “siapa yang berkelahi?” tanya kakak osis, semuanya terdiam tak ada yang berani menjawab ataupun menatap kakak osis yang ada di hadapan mereka, “ sekarang bubar! Kecuali orang yang tadi berkelahi! Ikut keruangan osis!” ujar Kakak osis tersebut membuat semuanya berlari untuk menghindari kakak osis tersebut
Sekarang Mahinka, Riani, Nina, Friska, Ulan dan Riska berada di ruang osis lebih tepatnya di ruang ketua osis. Semuanya menunduk kepalanya. Dalam hati mereka, mereka lebih baik berurusan dengan BK dari pada dengan Ketua osis ini. Dan bodohnya lagi Mahinka tidak tau bahwa yang ia bawa untuk meleraikan perkelahin itu adalah ketua osis sekaligus anak pemilih yayasan Mahardika.
“dan kamu duduk!” ujar Kakak osis tersebut membuat semunya menoleh kearah Mahinka
Mahinka yang terkejut menunjuk dirinya sendiri, “saya kak?” tanya Mahinka memastikan
Kakak osis tersebut hanya menganggukkan kepalanya membuat Mahinka menganggukkan kepalanya juga dan menatap mereka
Mereka yang ingin duduk karena pegal terhenti saat kakak osis tersebut mencegah mereka, “saya gak bilang kalau kalian boleh duduk!”
Friska menatap kakanya tajam dan menatap kakak osis itu sedikit ragu, “gak adil dong kak, masa dia yang boleh duduk! Padahal penyebabnya dia!” ucapan Friska membuat Nina kembali emosi
“apa lu bilang? Heh iblis junior kalau ngomong suka ngaur, mau gw jambak lagi hah!” ujar Nina dengan emosi
“benerkan? Kalau si Mahinka gak ngadu ke kalian, kalian gak akan berantem sama!” jelas Friska gak mau kalah
Riani dan Nina terkejut mendengar perkataan Friska, “si? Lu bilang si? Wah bener-bener kurang aja nih bocah manggil kakaknya gak sopan, gak di ajarin sama orang tua lu ya!” teriak Riani kesal
Mahinka yang mendengar teriakan Riani cepat-cepat mencegah Riani yang ingin menarik rambut adiknya, “Riani udah, nanti kakak osis-nya marah!” ucapan Mahinka membuat Riani sadar dan kembali terdiam seketika
“udah ributnya?” tanya Kakak osis tersebut, “mau lanjut atau protes lagi? Silahkan tapi jangan bawa-bawa dia!” ujar kakak kelas tersebut dengan menunjuk Mahinka
Dan sekarang tak ada yang berani berbicara atau pun mendongakak
“kamu duduk lagi!” ujar kakak osis tersebut yang langsung diangguki oleh Mahinka
Friska yang benar-benar tak terima lagi-lagi mendongak, “kak Alvaro itu gak adil masa dia bo…!”
Brakk…
Gebrakan meja membuat ucapan Friska berhenti dan membuat yang lain pun terkejut dengan gebrakan itu
“udah saya bilang kalau mau protes atau lanjut berantem lagi silahkan tapi jangan bawa-bawa dia, kamu ngerti bahasa manusia!” ujar Alvaro yang menahan emosinya
Ya, Alvaro Mahardika. Anak dari Erwin Jaya Mahardika dan Elina Prameswari selaku anak pemilik yayasan Mahardika. Alvaro terkenal dengan ketampananya, kepintarannya, ketegasannya. Sifat Alvaro mirip dengan ayah-nya dulu masih muda, dingin, kejam dan datar. Sifat dan sikapnya bukan dari kejadian masa lalu atau apapun tapi sifat dan sikap Alvaro turunan dari ayahnya , Erwin Jaya Mahardika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Senja (GS)
Ficção AdolescenteSeorang gadis yang setiap harinya berkunjung ke bukit untuk menunggu senja tiba. Ntah apa yang dia lakukan, yang pasti gadis tersebut melihat senja dengan membawa luka di tangan, kaki, atau wajahnya di setiap harinya. Menurutnya melihat matahari ter...