TIba-tiba...
Orang yg ditakuti oleh Mark datang juga, sang ayah. Ya kepala keluarga Cha itu sudah datang, menghampiri keduanya dengan sejumlah bodyguard dibelakangnya. Mark tak berani menaikkan kepalanya hanya untuk sekedar menyapa sang ayah, beda lagi dengan sang bunda yang sudah berdiri dan menangis lg dipelukan ayahnya.
Ayah: "Mark, bisa ayah bicara." Nada bicara yg kembut namun ada penekanan disitu membuat Mark bergidik ngeri.
Mark: "iya ayah."
Mereka berjalan menuju taman yang ada di rumah sakit tersebut dan duduk di bangku ditemani bodyguard ayahnya yang menarik perhatian.
Ayah: "jadi bisa jelaskan kenapa semua ini terjadi dan dimana Acha?"
Mark: "bolehkan Mark meminta ayah untuk tidak menyela apa yg Mark akan jelaskan?"
Ayah: "ya, ayah akan mendengarkan."
Selama beberapa menit menceritakan itu semua, rahang ayahnya menguat keras. Ayah sudah marah besar, namun tau apa yang akan dilakukannya.
Ayah: "ayah sudah membuat keputusan. Kamu dan kedua adikmu akan ayah bawa ke Thailand. Bunda akan ayah beritau untuk kakak" mu itu akan ayah kirim ke luar negri semua akan ayah pisah, dan kalian tidak akan bertemu. Untuk Chan akan ayah bicarakan dengan orangtuanya. Malam ini kalian akan berangkat dengan ayah, barang kalian akan dibereskan oleh orang suruhan ayah."
Mark: "berarti kita semua akan berpisah yah? lalu bagaimana dengan bunda?"
Ayah: "bunda akan tinggal bersama kita tenang saja."
Mark mengangguk dan mengikuti ayahnya yang sudah kembali berdiri dan berjalan kembali ke ruang UGD. Mark tak berani menatap mata sang bunda, dia membiarkan kedua orangtuanya itu untuk berbicara. Dia tak berani menentang keputusan ayahnya yang sudah mutlak, bukannya hanya dia, seluruh keluarga nya pun seperti itu.
Saat sedang berkecamuk dengan pikirannya sendiri, pintu ruang UGd terbuka dan dokter yang menangani Zia dan Chan keluar dari ruangan.
Dokter: "wali dari anak Zia dan Chan?"
Ayah: "iya saya ayahnya dok."
Dokter: "untuk keadaaan Chan baik-baik saja luka yang didapat sudah dijahit, namun kepalanya membentur dan kemungkinan akan sekali-kali melupakan sebagian memori yg ada. Untuk Zia kepalanya terbentur dengan sangat keras, luka yg didapat juga sudah dijahit, namun sepertinya dia akan memiliki sedikit trauma."
Ayah: *terdiam sebentar "terimakasih dok, tp bolehkah saya bertanya sesuatu?"
Dokter: "iya silahkan.."
Ayah: "apakah saya bisa membawa Zia keluar negri malam ini? apakah tidak apa-apa terbang menggunakan pesawat."
Dokter: "sebetulnya masih tidak diperbolehkan, tp jika anda mempunya tim medis yg bisa dibawa untuk merawat Zia selama dipesawat masih diperbolehkan."
Ayah: "kebetulan saya mempunyai dokter yg bisa merawat Zia jadi Zia bisa diperbolehkan kan dok?"
Dokter: "jika seperti itu saya memperbolehkannya, kalau sudah saya permisi dulu. Semoga lekas sembuh."
Ayah: "terimakasih dok."
Mark tidak lg mendengarkan dan segera masuk ke ruangan Zia yang sudah dipindahkan.
Mark masuk dan melihat hanya Chan yang sudah tersadar, Chan hanya tersenyum melihat Mark masuk ke dalam ruangan.
Mark: "hai Chan.." *mark memaksakan senyumnya karean tidak tega melihat kondisi Chan.
Chan: "hei Mark, mana senyum konyol mu yg biasanya, jangan memasang senyum terpaksa kyk gt. Aku sudah tidak apa-apa."
Mark: "bagaimana aku bisa tersenyum saat teman dan adikku sendiri terluka."
Chan: "aku hanya terluka bukan akan pergi Mark..."
Mark: "ya.. km memang tidak akan pergi, tp aku dan adik-adikku akan pergi."
Chan: "apa yang sedang kau bicarakan?"
Mark: "ayahku sudah datang dan membuat keputusan. Kakak-kakakku semua akan dipisahkan di ntah dimana. Sedangkan aku, zia, acha, dan bunda akan ikut ayah ke thailand."
Chan: "kau tidak sedang bercanda kan?"
Mark: "aku tidak sempat bercanda diwaktu kyk gini Chan, malam ini aku akan berangkat mungkin ini adalah terakhir kalinya kita bertemu, jg pertemuan terakhirmu dengan acha dan zia."
Chan: *menunduk menahan tangis "apakah tidak bisa diundur? aku bahkan belum sempat berpisah dengan acha dan zia.."
Mark: "maafkan aku, tp keputusan ayah sudah bulat."
Chan dan Mark terdiam sampai pintu ruangan terbuka dan masuklah ayah dan bunda. Bunda menghampiri Chan terlebih dahulu karena Chan sudah sadar, bunda terus mengucapkan maaf dan memeluk Chan. Chan juga melakukan hal yang sama terhadap bunda. Sedangkan ayah menghampiri Zia dan mengelus kepala zia dengan lembut, lalu menghampiri Chan.
Ayah: "hai Chan, lama tidak berjumpa."
Chan: "hai ayah Cha, apa kabar?"
Ayah: "ayah baik-baik saja, jangan menanyakan ayah, liat saja kondisimu."
Chan meringis malu. Lalu bertanya pada ayah.
Chan: "ayah Cha, apakah kalian semua akan pergi beneran? Mark sudah mengatakannya padaku."
Ayah: "hei Chan, apa yang dikatakan mark memang betul, tp tak usah bersedih bbrp taun lg mungkin kalian akan bertemu."
Chan: "benarkah itu?"
Ayah: "iya betulann. sudah km pulihkan dulu kesehatanmu biar bisa bertemu kami."
Chan merasa tenang dan kembali menutup matanya karena masih terkena bius dari dokter. Ruangan mereka kembali hening hanya ada suara ayah yang berbicara dengan suruhannya untuk membereskan baju kami dan membawa Acha ke ruamh sakit dan pergi bersama.
Ayah juga sudah menelfon orangtua Chan dan mengerti keadaannya. malam itu juga mereka semua pergi dari Indonesia dan Chan tidak pernah bertemu mereka hingga dewasa.
Flashback off
Eychi selesai bercerita dengan begitu lamanya. Zey yg mendengar merasa sakit dikepalanya, seperti ada memori yang ingin keluar setelah Eychi bercerita seperti itu.
Zey: "sebentar ak pgn tanya sesuatu."
Eychi: "tanya ae, ceritaku dah selesai."
Zey: "kon iku Zia? Acha iku Chris? dan Chan..."
Eychi memotong perkataan Zey lbh cepat.
Eychi: "yo kon iku Chan, bunda cerita ke ak pas ingatanku mulai pulih, ak sadar dari awal lek kon iku Chan, mek kon mbe Chris sg ga sadar, lagian emang kita wes ga make nama kecil lg."
Zey: "kenapa mama papa ku gaada yang beritau ak soal iki?"
Eychi: "ayah yang bilang supaya ga inget, karena emang kita ga balek ke Indo bbrp tahun itu."
Zey: "jd selama iki...."
Eychi: "yo, kita semua nyembunyiin ini dari kon mbe Chris."
Zey terdiam sambil memandang Chris, perlahan' memori masa kecil nya teringat, walau kepalanya terasa sakit saat mengingatnya.
maap sobat readersku, critanya gajelas up nya lama.... habis ini juga masuk sekola jd bakal up agak lamaan .

KAMU SEDANG MEMBACA
Tatsache | no regret
Fanfictionwhen he realize his own fact... . . . . . . . . . . yaoi section (b×b) if u dont like dont read or even add to library thx. i will up randomly coz of my heavy schedule im sorry🙇♀️