Sohyun diam mematung disana. Berdiri dalam diam dengan pakaian serba hitam yang menutupi tubuhnya. Menatap sebuah pigura besar di tengah ruangan yang dipenuhi dengan berbagai rangkaian bunga di sekitarnya. Melihat sosok yang sangat dikenalnya itu dengan mata sembab yang sejak tadi terus mengeluarkan air mata tanpa henti.
Terus menerus memaki dirinya sendiri karena berfikir ialah penyebab semua ini terjadi. Ya, ialah yang membuat semuanya hancur. Ialah adik tidak tahu diri yang sudah membuat kakak laki-lakinya kini terbaring tanpa nyawa, yang tidak lama lagi akan berubah menjadi abu yang terbang bersama udara.
Hilang untuk selamanya.
Kim Sohyun bahkan tidak sadar, sudah berapa lama dirinya berdiri disana. Menatap pigura yang memperlihatkan wajah Kim Mingyu yang tersenyum manis. Begitu manis, bahkan hingga membuat Sohyun kembali menangis kala mengingat kini sosok kakak satu-satunya itu sudah tiada.
Tapi Sohyun tidak pernah lelah untuk berdiri di sana. Ia merasa bahwa hanya ini yang bisa di lakukannya untuk Mingyu sekarang.
Hanya bisa menatap dalam diam dan menyesali semuanya.
"Mingyu! Kenapa kau pergi secepat ini?!"
Sohyun tersentak saat Kim Hana, ibu tirinya itu berteriak di depan jasad Mingyu. Terus menangis dengan keras disana. Merasa tidak adil akan kepergian anak kandungnya yang terkesan tiba-tiba itu.
Nyonya Kim bahkan sudah hampir dua belas jam terus menangis disana. Semua orang sudah menyuruhnya untuk beristirahat atau setidaknya makan sesuap nasi. Tapi Nyonya Kim tidak pernah menghiraukan itu. Ia bahkan ingin mati saja saat mendapat kabar jika anak lelaki satu-satunya itu tewas dalam kecelakaan lalu lintas.
Sohyun kembali menitikkan air matanya kala mendengar teriakan Ibunya yang terdengar begitu putus asa itu. Ia benar-benar merasa bersalah. Tapi seberapa banyak pun ia meminta maaf, Nyonya Kim tidak pernah mau memaafkannya.
"Ibu...sebaiknya ibu beristirahat.."
Ucap Sohyun dengan suaranya yang begitu serak. Tidak berbeda dengan Ibu tirinya itu, Sohyun bahkan juga tidak pernah berhenti menangis kala rumah sakit menelfonnya dan mengatakan bahwa Mingyu sudah tiada.
Tapi Nyonya Kim justru memandanginya dengan mata tajam disana. Menghapus air matanya dengan kasar, lalu berdiri tepat di hadapan Sohyun.
"Siapa yang kau panggil ibu? Aku tidak pernah menganggap mu sebagai anakku."
Sohyun terdiam mendengar itu. Ia terlalu lelah untuk kembali berdebat dengan ibunya, setidaknya di hari kematian Mingyu biarkan dirinya tenang.
"Ibu...aku--"
"Apalagi yang kau mau dari keluargaku? Setelah menghilang begitu saja karena hamil diluar nikah dan membuat ayahmu sakit, kini kau juga merenggut satu-satunya anakku. Sekarang kau mau apalagi?"
"Aku minta maaf. Tapi Mingyu oppa yang kehilangan nyawa tidak sepenuhnya kesalahan ku."
Nyonya Kim memandangi Sohyun dengan mata tajamnya. Muak melihat perangai anak tirinya itu.
"Bukan kesalahan mu?! Kau bilang bukan kesalahan mu?! Jika saja kau tidak pergi ke Busan maka Mingyu tidak akan mengikuti mu untuk tinggal disini dan kehilangan nyawanya!"
"Tapi aku---"
"Mingyu bahkan tidak berani meminum satu gelas kecil wine. Tapi apa? Ia mengalami kecelakaan karena mengendarai mobil dalam keadaan mabuk? Kau kira aku tidak tahu apa saja yang telah kau perbuat hingga dia bisa mabuk?!"
Nyonya Kim menunjuk Sohyun dengan jari telunjuknya, masih menatap dengan nyalang.
"Kau sama saja seperti ibumu itu. Bahkan saat sudah mati, ia hanya membuat keluargaku susah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
' EROS ' ✔
FanficEros, sang dewa cinta di dalam mitologi Yunani. Percaya atau tidak, tapi aku percaya. Dipertemukan dalam sebuah cerita yang begitu singkat. Entah bagaimana rasa cinta itu tumbuh dengan skala yang begitu besar kepadanya. Jika kisah cinta itu adalah k...