"Ma dia siapa?" Tanya Dongpyo.
Kak Seungyoun melihat Dongpyo setelah mendengar dia nyebut gue dengan sebutan ma.
"Kamu tidak usah marah. Hari ini anak saya ulang tahun, y/n hanya membantu saya." Kata Om Seungwoo sambil menatap Kak Seungyoun.
"Om Seungwoo bener. Aku cuma sekedar ikut merayakan sebagai tetangga. Kak Seungyoun paham kan?" Tanya gue was-was.
Kak Seungyoun diam dan menatap gue dengan pandangan lurus.
"Aku pulang" kata Kak Seungyoun langsung pergi.
"Kak Seungyoun! Kak!"
Gue berusaha mengejar Kak Seungyoun tapi Om Seungwoo malah nahan gue. Langsung aja gue noleh kesal ke dia.
"Lepasin Om!
"Percuma kamu mau ngejar kalau dia suasana hatinya lagi begini" kata Om Seungwoo yang ada benarnya juga.
"Kalau sampai Kak Seungyoun marah sama aku, om tanggung jawab"
"Iya. Nanti kalau kalian putus, aku tanggung jawab jadi pengantinya"
"OM SEUNGWOO!!!"
Gue ngga bisa habis pikir kenapa dia masih sempat-sempatnya bercanda. Ngga ngerasain apa hati gue ketar-ketir mikirin Kak Seungyoun. Dengan santainya Om Seungwoo malah pamer senyum sok manis ke gue. Ngga ada hati emang.
"Papa jangan berantem dong sama mama" kata Dongpyo.
"Engga kok, Pyo. Mama kamu aja sewot" cibir Om Seungwoo sambil natap gue.
"Bodo amat!" Kata gue kesel dan langsung jalan ke rumah.
Gue ngga peduli Dongpyo mau tidur di rumah gue atau ngga. Yang jelas gue sekarang ninggalin dia.
"Mama marah ya sama Dongpyo?"
"Engga. Papa kan tadi udah bilang, mama capek. Jadi besok lagi ya sama mama."
"Iya deh pa"
•••
Gue nangis di kamar sendirian. Lampu aja sampai ngga gue nyalain saking galaunya. Gimana ngga galau, Kak Sungyoun ngga balas pesan dari gue. Ngga angkat telfon gue dan bahkan, diaaaaa nolak telpon dari gue. Kalau bisa mah gue mau lari dan jelasin semua ke dia sekarang juga. Tapii ini udah malam dan gue takut.
Klekkk, itu suara pintu kamar gue. Bodoh banget gue tadi lupa ngunci. Dan sial, lampu gue dinyalain. Terpampang nyata wajah gue yang sedang dalam keadaan menangis cantik.
"Astaga setaannn"
Ngga usah tanya siapa yang teriak dan suka bully gue begitu. Kakak gue lah, si Wooseok. Males ah gue kalau lagi begini ketemu sama dia. Kesel iya.
"Kenapa nangis sambil matiin lampu? Mau bunuh diri apa gimana?" Canda Kak Wooseok kek biasanya.
"Diem. Pergi atau aku tampol!"
Kak Wooseok tiba-tiba diem dan natap gue. Tadinya gue ngga liat dia, tapi pas dia diem gue jadi ngelirik dia.
"Dek?"
"Hm?"
"Jangan nangis. Muka lo kek bukan muka manusia."
Langsung aja gue dorong Kak Wooseok dengan kekuatan galau gue. Bisa-bisanya pas begini dia ngga hibur gue dan malah bully gue terus. Ngga ada otak nih kakak gue. Dan ngeselinnya lagi Kak Wooseok malah nyubit pipi gue sambil narik kenceng.
"Aaaaa... Kak!!!" Rintih gue kesakitan.
"Kamu nangisin apa?" Tanya Kak Wooseok edisi sok perhatian.