Tiga

6.5K 718 59
                                    

Kimindra tak bergerak sama sekali, bernafas pun ia lakukan sepelan mungkin. Pandangan mata orang-orang padanya sudah cukup membuatnya yakin jika mereka semua pasti tahu siapa dirinya dan apa tujuannya datang.

"Selamat datang Kimindra..." Sapa Aldi menyambut baru akhirnya semua anggota keluarga ikut tetsenyum lalu berjalan ke arah Kimi, kecuali Salma. Wanita itu tak berekspresi.

"Ini Papa." Kata Aldi memperkenalkan pria paruh baya yang tempo hari sekedar ia salam usai ijab qobul tapi tak berkenalan.

"Pradipta Respati." Sapa pria itu.

"Kimindra Rahayu Om." Jawab Kimi sopan menarik punggung tangan Pradipta ke keningnya.

"Ini Mama." Kata Aldi lagi membawanya ke wanita paruh baya.

"Maudya Respati." Sapa wanita itu.

"Salam kenal tante." Kata Kimi sopan melakukan hal sama seperti pada Pradipta.

"Lalu ini istriku, Salma Reina Respati." Kata Aldi merangkul pinggang langsing wanita cantik.

"..." Kali ini Kimi hanya menyalam tanpa berkata apapun. Ia bisa melihat sosok terakhir yang diperkenalkan Aldi menatapnya tak bersahabat.

"Ayo kita makan malam." Ajak Maudya.

Saat makan malam orang tua Aldi menjadi tuan rumah yang sangat baik. Kimi bahkan tanpa sadar merasa jika ia seolah sudah mengenal lama keluarga ini. Obrolan juga berjalan dengan baik antara orang tua dan Kimindra.

Sedangkan Aldi tampak tenang, sebagaimana kepribadiannya, memilih diam tak ikut dengan obrolan Kimi dan kedua orangtuanya. Salma juga hanya memilih diam menikmati makanannya.

Tapi tetap saja, hati Kimi nggak bisa bohong, ia merasa aura tidak nyaman dari istri Aldi atas kehadirannya. Perempuan itu kebanyakan diam dan menatapnya sinis. Tentu saja, istri mana yang bisa ramah dan ha-ha-hi-hi dengan 'madu' nya meski dia dinikahi hanya agar orang tak bertanya kenapa dia tiba-tiba hamil.

"Gimana keadaan Papa kamu?" Tanya Pradipta.

Kimi mencoba tersenyum. "Baik, sebaik informasi terakhir yang Om peroleh dari pihak rumah sakit." Jawabnya ramah tapi kesan sinis kental di sana. Ya, Kimi tahu ia diawasi selama ini.

Suasana jadi sedikit canggung di ruang makan.

"Kimi. Om dan Papa mu berteman cukup baik walaupun kami bukan sahabat dekat. Om juga membantu dia sebisa Om dalam masa sulit ini. Tapi bisnis tetap bisnis, om nggak mungkin menggratiskan semua kerugian yang om alami karena perusahaan kalian yang pailit kan?"

"Kalian meminta sesuatu yang lebih besar dari itu Om. Kalian meminta hidup dan nyawa keluargaku."

"Kimi..." Tegur Aldi. Tapi Kimi enggan minta maaf. 

Para pelayan mulai merapikan meja dan Kimi bergerak membantu usai makan malam. Salma juga ikut merapikan membawa peralatan makan bekas pakai ke dapur hanya untuk menemui Kimi.

Saat Kimi membawa beberapa gelas ke dapur, Salma mendempetnya.

"Kamu hanya akan jadi tempat persinggahan bayiku, jadi jangan bersikap seolah kamu benar-benar menantu di keluarga ini. Begitu bayi yang kami harapkan lahir, dia akan jadi anakku dan Aldi, dan kamu ditalak." Ucapnya pelan namun tajam. Kimi merasakan sakit menusuk ulu hatinya.

Apa perempuan ini kira ia 'berminat' jadi pelakor???? Astaga, Aldi memang ganteng, siapapun akan mengakuinya, tapi sumpah dia nggak minat sama suami orang, kebayang aja nggak.

"Maaf mbak. Saya rasa mbak nggak perlu mencemaskan apapun. Saya juga disini demi orang tua dan saudara saya bukan untuk jadi menantu keluarga Respati." Kata Kimi meninggalkan Salma di dapur.

BABY MILIONER (Tersedia EBOOK Juga PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang