Two Lines

12.9K 636 20
                                    

Aqu hanya pinjam karakter milik Masashi Kishimoto
Selamat Membaca❤
.
.
.

Suara goresan pena hitam membuat gadis berambut indigo itu mendadak pusing. Hasil cetakan printer berisi laporan keuangan perusahaan hampir tak nampak tertimbun tinta, semua menunjukkan kesalahan. Mata peraknya menatap ngilu seolah juga merasakan sakit pada tiap goresan yang dibuat oleh direkturnya. Gadis itu menelan sulit salivanya, ia meremas rok hitam itu bercampur gemetar dan rasa takut.

Sang atasan berambut pirang itu semakin berwajah bengis kala hingga lembar terakhir banyak sekali laporan keuangan yang tak sesuai. Ditambah dengan penyusunannya yang berantakan, ingin sekali lelaki itu melempar kasar kertas itu di wajah sang bawahan.

PRAKKK!!!!

Suara lemparan kertas di atas meja kaca membuat wanita itu semakin bergidik.

Lihat, ia bahkan tak berani mengangkat wajahnya. Air mata hampir jatuh dari ujung matanya, berusaha menahan gadis dengan mata peraknya meski takut ia siap untuk dimarahi sang atasan.

Kesalahannya kali ini sungguh fatal dan ini sudah ketiga kalinya, sang direktur utama sungguh tak puas dengan kinerjanya.

"Kau tau berapa banyak kesalahan yang kau lakukan?" Tanya sang direktur menahan emosinya.

Gadis itu mengangguk pelan. Ia masih tetap menunduk dalam, matanya sungguh takut memandang atasannya. Si atasan bagai singa kelaparan dan siap mencengkeramnya.

"Tidur saat rapat, sering terlambat, dan sekarang mengerjakan laporan semudah ini kau tidak becus"

"Kau itu otak udang ya?" Pemilik Uzumaki Inc. bernama lengkap Uzumaki Naruto berkata menyakitkan tanpa penyaringan.

"Itu belum termasuk banyaknya kesalahan dalam penyusunan data. Kau ini sebenarnya bisa kerja tidak?!" Imbuhnya kalap.

Kini kesabarannya sudah di ujung, pantas jika Naruto tak lagi memperdulikan kata-katanya yang menusuk hati dan membuat sang gadis hampir menangis. Gadis bernama Hyuga Hinata sudah terlalu banyak melakukan kesalahan selama berkerja hampir dua tahun di perusahaan milik keluarganya.

Memiliki sifat ceroboh, tak cekatan, dan yang paling parah adalah otaknya yang dibawah rata-rata, Naruto sungguh curiga jika Hinata masuk di perusahaannya lewat jalur nepotisme. Jika tidak, mungkin Naruto akan mempertimbangkan kembali kinerja HRD perusahaannya.

"Maaf" satu kalimat halus meluncur dari bibir bawahannya.

Naruto menghela napas. Naruto tau saat ini Hinata pasti sedang menahan tangisnya. Satu kelebihan yang gadis itu miliki hanyalah sifat pekerja keras, dan itulah alasan Naruto masih mempertahankannya.

Andai saja ada piagam untuk karyawan paling bodoh, Naruto yakin Hinata juaranya. Memang kasar, tapi itulah kenyataannya.

"Keluar! Perbaiki lagi. Aku mau selesai besok" perintahnya dan langsung dijawab anggukan cepat oleh Hinata.

Buru-buru, gadis itu segera beranjak dari ruangan neraka yang menyekapnya setelah hampir satu jam. Hinata butuh bernapas, dadanya amat sesak. Tak lupa gadis itu menunduk sopan sebelum pergi kepada Naruto yang masih memasang muka garang.

"Eh!"

Hinata sesaat kaget saat dirinya hampir bertabrakan dengan lelaki berkulit putih, Direktur produksi Sai Shimura.

"Mari, pak" Hinata segera menguasai diri, menyapa sopan sang direktur yang terkenal dengan senyuman menawan. Hinata segera beranjak pergi, lama-lama berada diruang direktur utama Hinata hanya akan mati kehabisan napasnya.

Square (Empat Garis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang