Sorry

5.3K 506 53
                                    

Aqu hanya pinjam karakter milik Masashi Kishimoto
Selamat membaca ❤
.
.
.


Jam dinding terus berdetak diantara kesunyian. Gemuruh angin bersahut-sahutan laksana kicauan burung. Mentari nampak bersembunyi dibalik awan cahayanya temaram terhalang gedung-gedung yang menjulang. Tampak dua pria saling berhadapan dalam keheningan mengumpat lewat batin melempar kesal juga tatapan bengis satu sama lain.

Naruto membenci kesunyian. Dia pria yang terlahir periang berkah turunan dari sang ibunda dewi kecerewetan. Bahkan sejak di dalam perut besar ibunya, bocah pirang hasil warisan sang ayah tak mau diam. Merepotkan Kushina yang selalu mengeluh sakit akibat sangat hiperaktif nya sang anak sejak dalam kandungan. Tapi kedatangan sahabat- ralat mantan sahabatnya membuat bibir pria itu bungkam tak lagi berkutik. Pengakuan-pengakuannya membuat kepala bos pirang itu hampir pecah dengan dengungan gatal disekitar telinga.

Setelah berabad-abad bersiteru, tanpa menyapa, dan tawa renyah. Sepuluh menit yang lalu sebelum sunyi ini tercipta, Sasuke bertandang ke ruangannya menghentikan langkah lebarnya saat ingin mengisi amunisi.
Berbaikan? Tidak.
Minta maaf? Juga bukan.
Pria itu bicara angkuh dengan mata menajam mewanti-wanti agar si pirang itu menurut menjauhi wanitanya. Setelah tahun-tahun terlewati bibir yang biasanya irit bicara sekarang lancar menerangkan.
Kejadian mengenai keguguran Sakura pun Sasuke beberkan dengan maksud memundurkan langkah sang lawan dan berhasil membuat Naruto syok bukan kepalang.

"Jadi, kau datang kemari hanya untuk memamerkan masa lalu mu?" Cibir Naruto sarkas.
Pria itu mulai membuka kembali adu mulut yang sempat terjeda.

"Sekali lagi aku peringatkan, jauhi Sakura" dia menekan setiap kalimat yang di ucapkannya. Berbicara tentang kekasih hatinya, suara Sasuke selalu berakhir di nada tinggi.

Cinta buta kata peribahasa. Setiap baitnya mengintimidasi tak peduli pada siapa pria bersurai kelam itu berucap. Kilas balik ingatan persahabatan mereka bertiga melintas dalam kenangan. Sebuah masa yang indah namun berakhir kelam dan dusta.

Kekehan ringan keluar dari bibir si pria pirang.
"Kau pikir aku akan melakukannya?" Tanya Naruto dengan senyum cemooh.
Selama Sasuke berkata-kata, duduk mendengarkanlah Naruto dengan senyuman sinis.
"Aku sudah kalah darimu satu kali. Untuk kali ini tidak lagi"

Teori dan pengharapan yang Sasuke berikan tak goyahkan niatnya. Itu masa lalu dan Naruto-lah yang menjadi pelipur lara bagi Sakura. Dulu, pernah sekali pria itu kabur tanpa memperjuangkan cintanya dan kini jalan terbentang luas mendepaknya untuk meraup dan menyembuhkan luka masa lalu. Sasuke menabur garam di atas luka pengharapan, itulah yang selalu pria itu lakukan. Sungguh lucu, persahabatan yang terjalin sedari menggunakan popok hancur lebur akibat berebut wanita.

Persahabatan erat itu dimulai dari keakraban yang terjalin antara orang tua mereka. Kushina dan Mikoto adalah dalang utama persahabatan anak-anak mereka. Perjanjian konyol pernah di buat oleh kedua ibu muda itu mencoba memvisualisasikan cerita-cerita roman yang digandrungi para remaja. Perjodohan. Dan beruntungnya Naruto yang terlahir dua bulan setelah Sasuke bergender sama. Perjodohan itu raib, pupus, dan tak terlaksana.

Berawal dari remaja berandalan berotak sedang membuat Naruto baru mengenali cinta ketika awal masuk sekolah menengah atas. Sosoknya baik, senyumannya mengalihkan dunia Naruto dengan helaian rambut berwarna merah muda berkibar. Aroma musim semi menyapa angin dan menusuk indera penciuman sang lelaki.

Namun cintanya terpendam oleh rasa yang sama yang dimiliki sahabat kecilnya. Cerita cinta segitiga, mereka menyebutnya demikian. Dia mengalahkan rasa egoismenya berharap sosok sahabatnya itu juga melakukan hal serupa. Tapi ia salah perhitungan, dalamnya hati manusia tak pernah bisa menebaknya.

Square (Empat Garis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang