Square - Bagian 1

4.6K 436 12
                                    

Aqu hanya pinjam karakter milik Masashi Kishimoto
Selamat membaca ❤
.
.
.

"Kita akhiri sampai disini, Sasuke"
.
.
Iris hitam pria itu terbuka lebar, membangunkan paksa dirinya dari mimpi buruk. Tidak, itu bukanlah mimpi. Kalimat masa lalu yang menyakitkan menjelma menjadi mimpi yang menghantuinya lima tahun terakhir ini. Wajah yang terlihat begitu kecewa juga kalimat terakhir yang gadis itu ucapkan sebelum ia pergi selamanya, pria itu mengingatnya jelas.

Mata pria itu beralih pada jam weker di samping tempat tidurnya. Masih sepertiga malam dan ia terjaga secara paksa.

"Sial!" Umpat pria itu kesal. Mengambil air di nakas dan meneguknya cepat berharap detak jantungnya kembali normal seperti sedia kala.

Lima tahun tak bisa begitu saja menghapus dosa masa lalunya. Pria itu hidup dalam kubangan rasa bersalahnya. Diam adalah tindakan manis untuk tetap membuat gadis yang ia cintai berada di kenyamanan.

----

Lagi, pria itu menatap malas layar ponselnya yang terus menyala. Bunyi notifikasi terus berdering, sederet pesan berjumlah ribuan hampir memenuhi kapasitas memori di ponselnya.

Naruto mendecih saat kembali mendapati ribuan foto Hinata dengan beragam pose dikirim melalui email. Siapa lagi dalangnya jika bukan ibunda tercintanya, Kushina. Ibu yang tak ingat umur itu hanya ingin memamerkan kemesraannya dengan calon tunangannya. Begitu akur dan rukun mencoba membuat Naruto iri nyatanya anaknya tak mau ambil pusing.

Naruto meletakkan ponselnya kembali di meja kayu. Duduk sendirian di kafe dengan latar kota Konoha, Naruto menghabiskan waktu makan siangnya di luar kantor.

"Nyamannya" ucap pria itu menikmati angin sejuk melewati surai pirangnya.

Hidupnya sungguh bebas sekarang dan Hinata adalah penyelamatnya. Jarang sekali Naruto menghabiskan waktunya sendirian di luar tanpa mengurusi setumpuk kertas dan amarah ibunya. Naruto mengenang kembali saat ibunya datang ke kantornya tadi. Berdalih ingin mengajak Hinata menyiapkan acara pertunangan mereka, fakta yang terjadi jelas berbeda. Ibunya hanya ingin jalan-jalan saja dan itu terlihat dibeberapa foto yang ibunya kirimkan, foto Hinata dengan setumpuk belanjaan milik sang ibu. Naruto dapat membayangkan betapa bosannya wanita itu sekarang.

"Naruto?" Sapaan halus terdengar di balik punggung kokoh Naruto.

Bahu Naruto menegang. Suara itu Naruto sangat mengenalinya. Nada lembut yang Naruto rindukan dari sosok gadis masa lalunya, gadis yang dicintainya.

Kepalanya perlahan menoleh. Senyuman manis serta surai sewarna permen kapas adalah pemandangan pertama yang ia tangkap di netra birunya.
"Sakura" gumamnya pelan

Gadis yang dipanggil itu berlari dan memeluk cepat Naruto.
"Aku merindukanmu"

Dan Naruto juga membalas erat pelukan itu. Begitu hangat sama seperti dahulu. Mata Naruto terpejam merasakannya, pelukan rindu untuk gadis yang ia cintai semasa SMA dan mungkin rasanya masih sama hingga hari ini. Bagaimana mungkin Naruto lupa jika hingga kini gadis itu masih merajai hatinya.

Sakura melerai pelukan itu dan membuat Naruto sedikit kecewa. "Aku tak salah mengenalimu kan?" Tanyanya terkikik manis.

Naruto memandang lekat gadis itu. "Tentu saja. Aku dari dulu selalu tampan dan mudah dikenali" jawab Naruto mencubit gemas pipi Sakura.

Wajah Sakura merengut sebal. Dan Naruto hanya tertawa terpingkal melihat.

Sakura masihlah secantik dulu. Penampilannya masih sama dengan helai rambut sebahu berwarna merah muda yang dipasanginya bandana merah menambah ayu wajah Sakura.

Square (Empat Garis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang