The Night

6.1K 564 12
                                    

Aqu hanya pinjam karakter milik Masashi Kishimoto
Selamat membaca ❤
.
.
.

Kelap-kelip lampu warna warni diiringi alunan musik house membuat siapapun yang berada disana ingin menari. Hal berbeda dirasakan seorang gadis bernama Hinata yang malah duduk diam di pojokan celingukan dengan wajah canggungnya. Mata peraknya berkeliling mencari satu-satunya sosok yang membawanya kemari. Hinata ditinggal dengan sejuta janji bahwa dia akan kembali, tapi keberadaannya nihil. Bayangkan saja, dia masih polos dan baru pertama kali datang ke klub malam pantas saja Hinata gugup. Hinata merutuki kelakuan sahabatnya yang pergi tanpa tau kapan kembali.

Melihat bagaimana para wanita dan pria menari bebas tanpa sungkan bahkan tak jarang adu lomba menanggalkan pakaian mereka, Hinata menyalahkan keputusannya untuk mengikuti Ino kemari. Andai sang ayah tau, Hinata yakin dirinya akan dilempar keluar dari kartu keluarga.

"Huh!"

Sekali lagi, Hinata menghembuskan napasnya untuk mengurangi rasa gugup. Ino sungguh tega meninggalkannya seorang diri demi mencari sang kekasih hati.

Wajahnya yang cantik serta didukung body yang aduhai, tak jarang para pria bergonta-ganti menyambanginya. Sekedar melirik, berkenalan, atau menggoda Hinata menolaknya dengan cara halus dan sopan.

Disudut lain, mata sapphire lelaki berambut pirang terus mengamati tingkah polos gadis yang duduk sendirian disana. Sesekali ia meneguk minumannya pandangan matanya tak lepas dari sosok Hinata yang terus digoda lelaki nakal. Sengaja, para pria dewasa menyenggol dan mencubit manja sekedar merasakan betapa mulus kulit Hinata. Meski pakaiannya longgar, kulit putih serta wajah ayunya tak dapat ia sembunyikan dan mengundang para kumbang nakal.

"Dia itu sedang apa disini?" Cibir Naruto yang berdialek sendiri.

Pria yang merupakan atasan Hinata, Uzumaki Naruto memandang lekat gerak gerik tak nyaman dari gadis polos itu. Naruto dapat menebak, Hinata baru pertama kali datang kemari. Lihat saja matanya yang tak berkedip memperhatikan manusia disekitarnya, Hinata mungkin baru menyaksikan dunia malam yang tersuguh nyata di matanya. Mata Naruto memicing tajam kala Hinata meneguk cepat minuman di depannya dan merubah tingkah lakunya. Seolah kepanasan, jaket kerja warna biru dilempar belum lagi tatapan buas dari mata lelaki yang haus akan kemolekan tubuh Hinata membuat Naruto menggeram.

Segera, Naruto mengambil langkah cepat untuk mengamankan Hinata. Mengusir kasar para lelaki yang tengah mengerubungi bawahannya.

"Hai tampan" Hinata mengelus garis pipi Naruto mesra dan membuatnya tak suka.

Kasar, Naruto menepis telapak tangan Hinata dari pipinya.

"Kau mabuk ya?"

Naruto meraih tubuh Hinata yang sempoyongan. Hanya satu gelas dan Hinata sudah berulah diluar batas. Gadis itu bagai cacing kepanasan, irama musik membuatnya tak sadar ikut menggoyangkan bokongnya.

"Tidak di kantor tidak diluar kau selalu merepotkan ku" cibir Naruto kesal.

Dengan kasar Naruto menarik lengan Hinata untuk mengikutinya keluar. Suasana klub malam tak baik untuk gadis pendiam macam Hinata.

Naruto tau, meski memiliki paras cantik Hinata tak pernah memanfaatkannya untuk menggoda lelaki di kantor. Meski banyak omongan negatif, jikapun Hinata memang gadis penggoda sudah dari dulu Hinata merayu dirinya. Pandangan Hinata pada Naruto selama ini hanyalah rasa takut.

Gadis itu selama ini selalu sendirian baik pulang maupun saat berangkat ke kantornya. Sering Naruto berpapasan dengannya tanpa Naruto tau bahwa Hinata lambat laun telah mencuri atensinya.

***

"Hinata bangun hei lepaskan aku!"

Kasar. Naruto membanting Hinata di kasur empuk miliknya. Karena sedikit informasi yang ia ketahui tentang Hinata membuat Naruto tak tau dimana gadis itu tinggal. Alhasil, ia membawa Hinata ke apartemen pribadinya.

"Panas"

Sejak di dalam mobil, Hinata terus menggeliat mengeluh kepanasan membuat Naruto kesulitan untuk berkendara.

Gadis itu bangun melepas pakaiannya dan membuat mulut Naruto ternganga.

"Bodoh! Apa yang kau lakukan"

Naruto mencoba menahan tangan Hinata yang ingin meloloskan pakaian dalamnya.

Gadis itu memberontak, rasa panas menjalar di seluruh tubuhnya.
Naruto mulai curiga pada minuman yang di teguk Hinata. Jika pendapatnya benar, bukan hanya alkohol di dalam minuman itu telah bercampur obat perangsang. Dan Naruto terjebak dengan membawa Hinata berduaan di apartemen miliknya.

Hinata dengan sekuat tenaga berontak tangan Naruto berusaha ditepisnya kuat. Panas ditubuh Hinata harus segera dituntaskan. Hingga tanpa sengaja kaki Hinata menjegal Naruto, dan naas keduanya jatuh diatas kasur dengan posisi Naruto berada diatas.

Sunyi melanda, mata perak dan sapphire saling bersirobak tanpa sadar saling mengagumi. Mata perak yang indah, Naruto sekarang setuju dengan pernyataan Sai betapa cantik karyawatinya itu.

Hidung mungil dan bulu mata lentik, sesaat Naruto kagum pada guratan cantik wajah Hinata. Semerbak harum tubuh gadis itu membuat Naruto mabuk kepayang. Kulitnya putih, Naruto merasa Hinata lebih pantas jadi model terkenal dibandingkan berakhir menjadi pegawai rendahan. Hinata mengalungkan kedua tangannya dileher sang direktur. Waktu seolah berjalan berhenti, Hinata menempelkan cepat bibir tipisnya pada bibir Naruto. Sesaat, Naruto terbuai dengan ciuman lembut sang bawahan.

Mata Naruto membulat dan melepas pungutan bibir mereka. Tak ingin berlanjut lebih jauh, ia berusaha melepas tangan Hinata dari lehernya.

"Kau mirip"

Kalimat lirih Hinata menghentikan niatan Naruto.

Lelaki itu memandang balik pada mata Hinata yang menatapnya sayu.

"Kau mirip dengan rubah sialan itu" racau Hinata.

Alis Naruto bertautan, tak mengerti siapa rubah yang dimaksud oleh Hinata.

"Mentang-mentang dia atasan lalu bisa berkata seenaknya" kali ini gadis itu mengamuk

Naruto tersenyum remeh. Dia tau siapa dalang yang dimaksudkan bawahannya itu. Tentu, siapa lagi jika bukan dirinya. Kebencian Hinata sudah mendarah daging kekesalannya bahkan dibawanya hingga ke bawah alam sadar sang gadis.

"Aku juga tidak mau seperti ini. Diejek, dihina, dan diperlakukan seolah aku wanita jalang oleh orang lain"

Ucapan Hinata semakin tak karuan. Ia mengeratkan pelukannya kepada Naruto dan membuat wajah keduanya semakin dekat. Hembusan napas Hinata bercampur aroma alkohol dapat Naruto rasakan.

"Kalau kau tidak berhenti. Kau akan menyesal Hinata" Naruto berusaha mengingatkan.

Ia lelaki normal. Diperlakukan semacam ini bagaimana mungkin ia tahan. Naruto tipe lelaki yang tak pernah nyeleweng itu didapat dari didikan keras kedua orang tuanya.

Berkomitmen untuk tidak menyentuh wanita jika bukan istrinya, meski jaman telah membebaskan sex Naruto dan keluarganya masih menerapkan aturan untuk tak bermain dengan wanita.

Tapi dalam posisinya sekarang siapapun bisa goyah. Gadis didepannya sungguh cantik dan mempesona didukung dengan kemolekan tubuhnya. Apalagi dengan Hinata yang hanya mengenakan pakaian dalamnya saja.

"Lakukan" tantang Hinata dengan tatapan begitu menggoda.

Untuk sesaat pria itu ragu namun ditepisnya hingga pada akhirnya Naruto kalah pada bisikan setan. Mereka melakukannya. Menghabiskan malam panjang tanpa ada ikatan. Naruto melanggarnya, komitmen untuk tak menyentuh seorang wanita sebelum dirinya menikah. Ini salah, namun Naruto tetap ingin melakukannya.

Naruto hanya tidak tau jika takdir telah mempermainkannya. Membuatnya harus memilih, antara cinta yang mulai tumbuh atau pada kisah masa lalunya yang menyakitkan. Dan Hinata terjebak pada jalan yang ia buat sendiri.

----
Bersambung,,,

Yuuhuuu.....
Ketemu lagi sama Aqu...
Yuk segera baca, komen, dan jangan lupa votenya ya
Agar penulis tetap semangat
Jangan tanya karakter lain dimana, masih Aqu simpen dulu
Biar momen NaruHina lebih greget❤
Dan terimakasih kepada para readers atas doanya untuk Aqu ❤

See you
Luv ❤

Square (Empat Garis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang